Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut sebanyak 2.000 kepala keluarga masih tinggal di daerah rawan bencana tanah longsor.
"Masih ada sekitar 2.000 KK lebih yang tinggal di daerah rawan bencana longsor yang tersebar di 36 kelurahan," kata Komandan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Bantul Aka Luk Luk Firmansyah saat dikonfirmasi di Bantul, Rabu.
Menurut dia, dikategorikan rawan bencana karena mereka masih tinggal atau menghuni rumah yang berada tidak jauh dari kawasan longsor atau berada di lereng perbukitan maupun tebing yang sewaktu waktu bisa mengalami longsor.
Dia mengatakan hal tersebut selaras dengan hasil kajian BPBD Bantul yang memetakan 36 kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan memiliki risiko rawan longsor dengan risiko rendah hingga sedang.
"Wilayah Bantul dengan tingkat kerawanan longsor sedang ada di Kelurahan Munthuk, Mangunan, Jatimulyo (Dlingo) dan Kelurahan Wukirsari, Karangtengah, Sriharjo dan Selopamioro (Imogiri)," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul Antoni Hutagaol mengatakan dalam menghadapi musim hujan, BPBD sudah mengadakan rapat komprehensif bersama seluruh desa, kecamatan dan organisasi perangkat daerah (OPD) juga Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Dia mengatakan dalam rapat koordinasi tersebut juga ada kaitannya dengan mengaktifkan 36 posko banjir, longsor dan angin kencang di tingkat kelurahan.
"Imbauannya bila hujan deras untuk waspada, bila terjadi longsor masyarakat untuk menjauh dari kemungkinan dekat longsoran. Dan juga selalu memperhatikan sekiranya kelihatan pohon rawan tumbang, hindari apabila ada angin kencang," katanya.