Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membangun sumberdaya manusia (SDM) melalui peningkatan literasi atau budaya membaca di antaranya dengan mengembangkan Gazebo Pojok Baca di wilayah Dusun Kebosungu, Kecamatan Dlingo.
"Pemerintah Kabupaten Bantul tidak hanya mengejar pembangunan infrastruktur, tetapi juga membangun sumberdaya manusia, salah satunya dengan peningkatan literasi," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih di Bantul, Rabu.
Menurut dia, pembangunan daerah tidak hanya sektor infrastruktur, karena kalau jalanan mulus, jembatan kokoh, penerangan jalan baik, akan tetapi bila wawasan masyarakatnya rendah, maka pembangunan infrastruktur menjadi sia-sia.
"Wawasan, ilmu pengetahuan, didapatkan dari literasi. Kalau literasi tinggi, bangsa maju. Begitu juga sebaliknya, kalau literasi rendah, maka bangsa jalan di tempat," kata Bupati.
Oleh karena itu, Bupati Bantul berharap adanya Gazebo Pojok Baca yang dilengkapi almari buku yang memuat 100 buku yang diresmikan pada Selasa (15/4) dapat mendorong peningkatan indeks literasi masyarakat.
Berdasarkan data yang dihimpun UNESCO, tingkat literasi Indonesia sangat rendah atau hanya 0,001 persen atau 1/1000. Artinya, dari sebanyak 1.000 orang, hanya satu orang yang senang membaca. Angka ini stagnan, tidak berubah sejak tahun 2016.
Kondisi ini menyebabkan Indonesia berada di rangking dua terbawah dari 61 negara yang disurvei oleh UNESCO, padahal minat baca masyarakat di suatu negara berjalan lurus dengan kemajuan bangsa.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bantul Sukrisna Dwi Susanto mengatakan seiring meningkatnya minat baca, akan meningkat pula pemahaman masyarakat tentang kearifan lokal dan lingkungan sekitar.
Dia mengatakan salah satunya ketika dirinya menjadi Camat Dlingo, memiliki kader pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) yang memiliki tingkat literasi baik, paham bahwa satu pohon memiliki peran sangat besar bagi lingkungan, salah satunya terkait cadangan air bersih.
"Jadi kader PKK ini menanam tiga pohon sekaligus, karena dia tahu betul peran dan manfaat pohon. Ini bisa dilakukan karena tingkat literasinya baik. Dan penanaman pohon ini nyambung dengan kearifan lokal yang selama ini diyakini," katanya.