Yogyakarta (ANTARA) - Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Yogyakarta menyebut sejumlah aksi unjuk rasa yang muncul di Yogyakarta selama ini cenderung damai dan minim gejolak sosial karena sebagian besar pesertanya berpendidikan tinggi.

"Alhamdulillah di Yogyakarta demonya itu damai dan kondusif karena yang demo berpendidikan tinggi. Di Yogya alhamdulillahnya seperti itu," ujar Kepala Bakesbangpol Kota Yogyakarta Nindyo Dewanto di Balai Kota Yogyakarta, Jumat.

Nindyo mencatat sepanjang tahun 2024 berlangsung sebanyak 124 kali unjuk rasa di Kota Yogyakarta sehingga menjadikan Kota Gudeg sebagai wilayah dengan intensitas aksi demonstrasi tertinggi ketimbang kabupaten lain di DIY.

"Kalau kemarin saya dapat informasi di Kulonprogo itu hanya dua kali (unjuk rasa), di Gunungkidul itu hanya dua kali, di Bantul 10 kali, di Sleman ada 40 kali. Dan di Kota Yogya ada 124 kali," ujar dia.

Menurut dia, tema-tema yang diangkat dalam aksi-aksi unjuk rasa tersebut sebagian besar tidak berkaitan langsung dengan kebijakan daerah. Mayoritas aspirasi yang disuarakan berkait kebijakan nasional.

"Kalau kita lihat data statistik, dari 124 kali unjuk rasa ini, hanya 15 kali yang terkait dengan kebijakan kota, atau kebijakan daerah. Jadi dari 124, sebanyak 108 Itu terkait kebijakan nasional," ucapnya.

Nindyo menilai Kota Yogyakarta selama ini hanya menjadi panggung penyampaian aspirasi masyarakat, terutama mahasiswa, kepada pemerintah pusat. Meski intensitasnya tinggi, ia memastikan bahwa aksi demonstrasi tidak sampai menimbulkan gangguan serius terhadap situasi perekonomian dan keamanan kota.

"Artinya, resistensi terhadap rencana ada demo itu enggak terlalu memengaruhi kehidupan di Kota Yogyakarta. Selama ini normal-normal saja," kata dia.

Menurut Nindyo, fenomena tersebut tak lepas dari karakteristik pendemo yang umumnya berasal dari kalangan kampus.

"Mereka adalah adik-adik yang terdidik secara intelektual sehingga bisa melihat mana yang produktif, mana yang kontraproduktif," beber Nindyo.

Ia menambahkan, pemahaman para peserta demonstrasi terhadap dampak sosial yang mungkin timbul menjadi salah satu penyebab sebagian aksi penyampaian aspirasi di Kota Yogyakarta pada umumnya berlangsung kondusif.

"Mereka paham kalau demo memicu macet, menyebabkan keributan malah dihujat oleh orang lain. Ini yang sebenarnya adik-adik, teman-teman ini sudah tahu hal itu," katanya.

Untuk menjaga kondusivitas, Nindyo berujar Bakesbangpol Kota Yogyakarta terus menjalin koordinasi dengan lintas sektor, termasuk kepolisian, TNI, dan unsur intelijen.

"Kolaborasi antara Kasbangpol dengan tim-tim atau teman-teman dari Bakesbang ini, itu sangat harus matang, dijalankan dengan Polres, dengan Kodim, dengan BAIS, dengan tim-tim inilah. Kami juga punya tim terkait dengan ini," tutur dia.


Pewarta : Luqman Hakim
Editor : Hery Sidik
Copyright © ANTARA 2025