Yogyakarta (ANTARA) - Yayasan Literasi Desa Tumbuh (YLDT) menggelar kegiatan Ngobrol Bareng bertajuk “Potensi Kolaborasi Desa Indonesia–Jepang, Konsep Sister Village, dan Peluang Kerja Sama Lintas Budaya” di Plataran Literasi Desa Tumbuh, Betakan yang melibatkan warga desa, tokoh masyarakat, dan pelaku UMKM setempat.
Rangkaian acara dimulai dengan penampilan Tari Nusantara oleh anak-anak Aksara Tari Literasi Desa Tumbuh, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas membuat origami bersama narasumber dan diakhiri dengan diskusi yang membahas berbagai isu terkait pendidikan di Jepang dan kesiapsiagaan negara tersebut dalam menghadapi bencana.
Hadir dalam acara yang bertujuan untuk menggali potensi kolaborasi antara desa-desa di Indonesia dan Jepang melalui konsep Sister Village, Noor Huda Ismail, Pendiri YLDT dan Tanaka Motoyasu, Director of Political Affairs dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia.
“Setiap tahunnya, sekolah di Jepang wajib mengadakan simulasi bencana,” kata Tanaka Motoyasu menjelaskan pentingnya pengurangan risiko bencana di Jepang.
Acara tersebut juga memberikan kesempatan bagi pemberdayaan ekonomi lokal, dengan melibatkan ibu-ibu desa dalam penjualan makanan tradisional yang sekaligus menghidangkan konsumsi bagi peserta. Partisipasi warga desa dalam sektor UMKM ini turut memperkuat jejaring diplomasi serta ekonomi lokal.
Ismiyati, seorang warga Betakan yang juga juara lomba kuliner berbahan lokal, mengungkapkan kebanggaannya terlibat dalam acara tersebut.
“Tidak hanya belajar tentang Jepang, kami juga mendapat kesempatan mengembangkan UMKM melalui penyediaan makanan. Harapan kami, kerja sama Sister Village benar-benar terlaksana dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari,” katanya.
Noor Huda Ismail, saat ditemui di lokasi, menekankan pentingnya kerja sama antara desa-desa di Indonesia dan Jepang.
“Sister Village membuka ruang diplomasi rakyat. Desa bukan hanya objek pembangunan, tetapi subjek yang bisa berkolaborasi lintas negara. Jepang memiliki pengalaman panjang dalam literasi bencana dan penguatan komunitas, sementara desa-desa kita memiliki tradisi gotong royong dan literasi budaya. Pertemuan ini adalah titik awal untuk menjembatani dua kekuatan itu,” ungkapnya.
Acara tersebut juga dihadiri oleh berbagai lembaga pendidikan alternatif seperti Narapuspitan, Sanggar Anak Alam Nitiprayan, dan Lebah Putih, serta praktisi perlindungan anak dari LPA Klaten. Selain itu, pemerintah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DIY turut bergabung dalam diskusi potensi kolaborasi antar desa.
Sebagai simbol persahabatan dan tumbuh bersama, acara ini ditutup dengan penanaman pohon alpukat, menandai langkah awal untuk mempererat kerja sama antara Indonesia dan Jepang melalui literasi dan kolaborasi desa.
Yayasan Literasi Desa Tumbuh sendiri merupakan organisasi berbasis masyarakat yang berfokus pada penguatan literasi, pendidikan, seni, dan pemberdayaan desa. Melalui Program Ruang Baca, pelatihan, dan dan kolaborasi lintas budaya, LDT berkomitmen menjadikan desa sebagai pusat pembelajaran dan inovasi sosial.