Yogyakarta (ANTARA) - Menjaga kesehatan di usia senja bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi seorang ibu rumah tangga dengan riwayat penyakit kronis. Hal inilah yang tengah dijalani oleh Winarti (59), seorang ibu dua anak asal Sleman, sejak tahun 2015 harus hidup berdampingan dengan diabetes.

Kondisi tersebut kian menantang ketika lututnya mulai mengalami gangguan hingga menghambat aktivitas sehari-hari.

Awalnya, keluhan lutut itu dianggap sepele, namun seiring waktu mulai mengganggu keseharian Winarti, terutama saat menjalankan ibadah, terutama saat duduk takhiyat akhir dalam sholat, ia merasa sakit dan tak nyaman.

"Kalau dibuat untuk sholat itu sakit. Ada bunyinya krek-krek," cerita Winarti ketika ditemui di sela-sela menunggu pemeriksaan di bagian ortopedi salah satu rumah sakit di Sleman, pada minggu pertama Agustus 2025.

Berbagai upaya ia tempuh untuk mencari pengobatan lututnya, mulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga akhirnya dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).

“Pernah saya periksakan di FKTP, namun tidak mengalami perubahan. Ini sudah sekitar enam bulan sakitnya, lalu dirujuk ke FKRTL,” ujarnya.

Di tengah perjuangan tersebut, Winarti merasa sangat terbantu dengan adanya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Awalnya ia terdaftar sebagai peserta mandiri kelas 2 dengan iuran yang dibayarkan oleh anak-anaknya.

Namun setelah anak-anaknya berkeluarga dan memiliki tanggungan masing-masing, ia beralih menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK) kelas 3 yang iurannya ditanggung pemerintah.

“Program JKN ini sangat membantu sekali buat saya. Walaupun sekarang terdaftar di kelas 3, saya merasa tidak ada masalah. Urusan kesehatan saya sudah ada yang mengurusi. Tidak takut lagi harus keluar biaya besar untuk berobat,” ungkap Ibu Winarti.

Bagi Winarti, Program JKN tidak hanya soal jaminan biaya pengobatan, tetapi juga memberikan rasa aman dan nyaman. Ia bisa rutin memeriksakan kesehatan, mengontrol kadar gula darah, hingga memperoleh obat-obatan secara gratis.

“Setiap bulan saya kontrol ke rumah sakit karena harus konsumsi obat untuk gula. Seluruh obat yang diberikan juga gratis, dijamin BPJS Kesehatan.

Walaupun di kelas 3, tetapi pelayanan yang diberikan setara tidak dibeda-bedakan dengan peserta kelas 1 maupun kelas 2," tambahnya.

Akibat diabetes yang dideritanya, telah membawanya banyak perubahan dalam hidupnya seperti harus rutin mengontrol kadar gula darahnya termasuk dengan mengonsumsi obat-obatan secara rutin.

Diabetes juga telah membentuk kebiasaan sehat yang mengubah pola hidup Winarti, seperti dengan mulai memperhatikan asupan makanan dan menghindari makanan yang bisa memicu lonjakan gula darah.

“Pengalaman pribadi saya dan kehilangan orang terdekat akibat diabetes membuat saya semakin berhati-hati menjaga kesehatan. Dua kakak saya meninggal dunia setelah berjuang melawan diabetes, salah satunya bahkan harus menjalani cuci darah. Dari situ, saya belajar untuk lebih disiplin mengatur pola makan dan menjaga gaya hidup sehat,” ungkap Winarti.

Meskipun ia masih menghadapi tantangan dengan kondisi lututnya, Winarti tetap optimis. Ia berharap pengobatannya dapat segera membuahkan hasil dan dirinya bisa kembali beraktivitas dengan nyaman.

“Semoga saya diberi kekuatan untuk tetap menjaga kesehatan meskipun dengan kondisi diabetes dan sakit lutut. Harapan saya, Program JKN ini bisa terus ada sampai kapanpun, karena sudah banyak menolong masyarakat, termasuk saya,” tutupnya.

Kisah Winarti menjadi bukti bahwa kehadiran Program JKN bukan sekadar jaminan kesehatan, tetapi juga memberikan rasa tenang, harapan, dan semangat baru bagi masyarakat dalam menghadapi ujian hidup.
 
 
 


Pewarta : N008
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2025