Yogyakarta (ANTARA) - Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengukuhkan dua guru besar baru dalam bidang Desain Komunikasi Visual (DKV) dan Pedalangan melalui Sidang Senat Terbuka di Concert Hall ISI Yogyakarta, Senin (14/10).
Rektor ISI Yogyakarta Dr. Irwandi menyampaikan pengukuhan guru besar tersebut merupakan bentuk apresiasi lembaga atas kerja keras kedua profesor dalam meraih jabatan akademik tertinggi. Dua guru besar yang dikukuhkan tersebut yakni Prof. Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn. (Guru Besar Bidang Desain Komunikasi Visual) dan Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum. (Guru Besar Bidang Pedalangan).
“Capaian ini menunjukkan kerja keras beliau dalam mengajar, melakukan riset, dan mengabdi kepada masyarakat melalui kampus ISI Yogyakarta. Oleh karena itu, pencapaian ini tidak hanya merupakan prestasi pribadi, tetapi juga menjadi sumber inspirasi yang harus diteladani oleh dosen-dosen ISI Yogyakarta,” ujar Irwandi.
Menurut Irwandi pengukuhan guru besar ini menjadi titik perpaduan antara keilmuan, keteladanan moral, dan kontribusi nyata bagi kemajuan seni serta pendidikan tinggi di Indonesia.
“Keduanya menunjukkan bahwa ISI Yogyakarta tidak hanya melahirkan seniman, tetapi juga ilmuwan, pemikir, dan pendidik yang menjadi jembatan antara estetika dan kemanusiaan,” katanya.
Pada acara pengukuhan tersebut, masing-masing profesor menyampaikan orasi ilmiah. Prof. Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn., membawakan orasi berjudul “Pendidikan Desain Komunikasi Visual di Era Kecerdasan Buatan: Antara Estetika dan Etika”, sedangkan Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum., menyampaikan orasi berjudul “Wayang Kulit Purwa untuk Manusia Multiusia.”
Dalam sambutannya, Irwandi menjelaskan bahwa pidato ilmiah Prof. Prayanto menegaskan pentingnya semiotika sebagai inti disiplin ilmu yang tidak hanya mempelajari tanda, tetapi juga memahami perannya dalam menciptakan dan mentransmisikan makna, baik dalam seni, pendidikan, maupun kehidupan masyarakat luas.
“Prof. Prayanto menyoroti pentingnya transformasi paradigma dalam pendidikan desain, khususnya Desain Komunikasi Visual, di tengah kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan yang membawa disrupsi besar pada dunia pendidikan dan industri kreatif. Beliau menjelaskan bahwa pendidikan DKV tidak boleh berhenti pada aspek teknis atau vokasional semata, tetapi harus menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, kreatif, serta memiliki kepekaan sosial dan moral,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Irwandi, pidato ilmiah Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum., menunjukkan bahwa wayang kulit bukan hanya warisan budaya, tetapi juga sarana pendidikan lintas generasi yang mampu menanamkan nilai-nilai kehidupan secara universal.
“Melalui riset dan praktik panjang, beliau menegaskan bahwa wayang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan manusia di setiap usia. Tiga format wayang pedalangan menjadi inovasi penting dalam menjadikan seni pedalangan sebagai media pembelajaran sejak usia dini hingga lanjut usia. Wayang bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan yang mengajarkan budi pekerti, etika, spiritualitas, dan estetika,” katanya.
Kedua guru besar baru ISI Yogyakarta tersebut dikukuhkan secara simbolis melalui pengalungan tanda jabatan guru besar dan penyerahan surat keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi oleh Rektor ISI Yogyakarta.