Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) optimistis kunjungan wisatawan mancanegara ke provinsi ini pada 2025 bisa menembus 270 ribu orang hingga akhir tahun.
Kepala Dispar DIY Imam Pratanadi saat ditemui di ruang kerjanya di Yogyakarta, Senin, menyebut data terakhir kunjungan wisatawan mancanegara pada 2025 telah mencapai 202.312 orang.
"Kita harapkan di akhir tahun 2025 ini sampai dengan 270-an ribu. Kalau kita melihat di September ada 202 ribuan," ujar Imam.
Menurut dia, proyeksi tersebut realistis mengingat puncak kunjungan wisman ke DIY biasanya terjadi pada dua bulan terakhir setiap tahun.
"Di bulan November-Desember itu masanya salah satu puncak kunjungan wisatawan mancanegara. Sehingga angka itu saya rasa relevan untuk kemudian kita perkirakan akan tercapai di tahun 2025 ini," kata dia.
Untuk mendorong capaian itu, Dispar DIY mengandalkan sejumlah kegiatan promosi bersama kementerian maupun perwakilan RI di luar negeri.
Imam menyebut beberapa kali DIY menerima kunjungan familiarization trip (famtrip) yang membawa pelaku industri perjalanan hingga pemengaruh (influencer) dari berbagai negara untuk melihat langsung destinasi di Yogyakarta.
"Apakah itu travel industri atau kemudian influencer yang mereka bawa ke Yogya, mereka memastikan mengunjungi tempat-tempat yang memang daya tarik yang memang menjadi favorit selama ini," kata dia.
Berbagai kegiatan berskala internasional juga dimanfaatkan sebagai sarana eksposur, di antaranya Jogja International Heritage Walk dan Ngayogjazz yang cukup menarik partisipasi wisatawan mancanegara.
"Di Jogja International Heritage Walk saja sudah sampai 200-an wisatawan yang hadir di situ. Itu luar biasa," ucap dia.
Imam menyebut tiga negara penyumbang wisman terbesar di DIY masih berasal dari Malaysia, Singapura, dan China.
"Malaysia, Singapura, dan China dan (negara) yang lain di bawahnya semuanya," kata Imam.
Sementara itu, destinasi yang paling banyak dikunjungi hingga saat ini adalah Borobudur, Kota Yogyakarta, dan Prambanan. Di Kota Yogyakarta, Malioboro, Keraton Yogyakarta, dan Taman Sari masih menjadi daya tarik utama.
"Tapi sekarang mulai berkembang lagi, yaitu kegiatan-kegiatan yang sifatnya wisata alam, seperti di Merapi, lereng Merapi, kemudian di Kulon Progo dan di Gunung Kidul di kawasan pantai Gunung Kidul," ujar dia.
Menurut Imam, tren kenaikan jumlah wisman di DIY sejatinya konsisten setiap tahun sejak masa pemulihan pascapandemi.
Ia mencatat kunjungan Januari-September yang terus meningkat dari 8.753 orang pada 2021, menjadi 40.226 pada 2022, 106.645 pada 2023, dan melonjak menjadi 187.846 pada 2024.
Meski demikian, dari 2024 ke 2025 terjadi perlambatan karena baru bertambah sekitar 14.466 orang.
Tren perlambatan tersebut, menurut dia, salah satunya dipengaruhi kebijakan pemerintah pusat yang membatasi aktivitas "direct selling" ke luar negeri sejak 2023.
Kondisi itu membuat DIY tidak lagi mampu menyasar pasar-pasar yang selama ini menjadi andalan, termasuk Belanda, Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat.
Menurut Imam, hilangnya ruang promosi langsung di negara tujuan menyebabkan beberapa pasar melemah, termasuk Korea dan Jepang.
"Yang persentasenya bisa bertahan itu adalah Jerman, Prancis. Amerika pun juga masih bisa bertahan," ucapnya.