PSE UGM dukung pembangunan RDE Serpong

id pltn

PSE UGM dukung pembangunan RDE Serpong

Ilustrasi, pengembangan nuklir (rnw.nl)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mendukung rencana pemerintah melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional membangun reaktor daya eksperimen (RDE) atau pembangkit listrik tenaga nuklir mini di Serpong, Banten.

"Kami mendukung penuh, karena memang tanpa tenaga nuklir mustahil bisa memenuhi target listrik pemerintah sebesar 35.000 megawatt (MW)," kata Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, Indonesia saat ini telah memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam pengembangan tenaga nuklir. Selain SDM yang dimiliki BATAN, ilmuwan yang memiliki spesifikasi di bidang kimia nuklir, serta teknik nuklir di berbagai perguruan tinggi cukup memadai.

"Banyak para pakar di bidang nuklir yang sejak lama mengkaji nuklir dan siap mendukung pengembangan PLTN, namun belum dimanfaatkan," kata dia.

Apalagi, Deendar juga memandang BATAN juga telah memiliki pengalaman yang kuat dengan adanya pengembangan reaktor nuklir di Bandung, serta Yogyakarta.

"Dari faktor keamanan, dengan didukung banyaknya ilmuwan yang konsern di bidang keamanan reaktor nuklir, saya pikir cukup aman," kata dia.

Sementara itu, dia mengatakan, tanpa mengandalkan tenaga nuklir Indonesia akan sulit mencapai target energi listrik 35.000 MW. Apalagi Indonesia memiliki sekitar 60.000 ton cadangan uranium sebagai bahan bakar reaktor nuklir.

Sumber energi itu juga dikenal sebagai energi yang murah dibanding energi lainnya.

"Yang paling murah memang nuklir yakni 4 sen per dollar per kwh, sementara energi lainnya bisa mencapai di atas 9 sampai 12 sen dollar per kwh," kata Deendar.

Energi baru dan terbarukan yang ada di Indonesia, menurut Deendar, tidak akan mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Indonesia. "Masa depan energi ya nuklir," kata dia.

Sebelumnya, anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldi Dalimi meminta BATAN mengkaji ulang rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Mini atau Reaktor Daya Eksperimen di Serpong, Banten tersebut.

"Tanpa pengujian secara matang risikonya bisa tidak andal, bocor, dan meledak," kata Rinaldi dalam sebuah seminar di UGM beberapa waktu lalu.

Pengembangan nuklir atau pembangunan PLTN, kata dia, merupakan opsi terakhir. Hal itu sesuai dengan Peraturan Presiden Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) pasal 11 ayat 3 yang menyebutkan bahwa PLTN ditetapkan sebagai pilihan akhir, mengingat risiko tinggi yang bisa ditimbulkan sehingga mengancam keselamatan sosial masyarakat.

Justru, lanjut dia, dalam Perpres itu juga KEN lebih memprioritaskan pengembangan energi baru terbarukan dengan mencanangkan target 23 persen pada 2025.

"Justru yang perlu lebih diperhatikan adalah pengembangan energi baru terbarukan, bukan nuklir," kata Rinaldi.***1***

(L007)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024