Batan dorong pemerintah realisasikan program PLTN

id BATAN

Batan dorong pemerintah realisasikan program PLTN

Kantor Badan Tenaga Nuklir Nasional (Foto Antara/doc/Shinta)

Yogyakarta (Antara) - Badan Tenaga Nuklir Nasional mendorong pemerintah segera merealisasikan program pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir mengingat kebutuhan listrik nasional yang terus meningkat.

"Meningkatnya keinginan berbagai daerah untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menjadi modal pemerintah pusat untuk berkomitmen `go nuclear`," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot S. Wisnubroto di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa.

Menurut Djarot, Indonesia lebih siap dibandingkan dengan Vietnam, sebagai negara pertama yang akan mempunyai PLTN di Asia Tenggara. Hingga saat ini Indonesia memiliki potensi uranium hingga 70 ribu ton di sejumlah wilayah, seperti di Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.

"Apalagi bisa dikatakan uranium merupakan bahan bakar yang tidak habis pakai," kata dia.

Di sisi lain, menurut dia, tanpa mengandalkan tenaga nuklir Indonesia akan sulit memenuhi kebutuhan energi masyarakat di masa depan.

Data Kementerian ESDM menunjukkan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam 12 tahun ke depan, cadangan batu bara proven mampu bertahan hingga 22 tahun, dan gas akan habis dalam 36 tahun mendatang.

Meski demikian, Djarot mengatakan salah satu tantangan utama program PLTN di Indonesia adalah masih adanya kesangsian dari sebagian masyarakat terhadap kemampuan Indonesia dalam mengelola teknologi yang berisiko.

Namun, dengan pengalaman selama 40 tahun, ia menilai, Indonesia telah memiliki infrastruktur yang memadahi unuk membangun PLTN.

Sementara itu, Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto mengatakan Indonesia saat ini telah memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam pengembangan tenaga nuklir.

Selain SDM yang dimiliki BATAN, ilmuwan yang memiliki spesifikasi di bidang kimia nuklir, serta teknik nuklir di berbagai perguruan tinggi cukup memadai.

"Banyak para pakar di bidang nuklir yang sejak lama mengkaji nuklir dan siap mendukung pengembangan PLTN, namun belum dimanfaatkan," kata dia.

Apalagi, Deendar juga memandang BATAN telah memiliki pengalaman yang kuat dengan adanya pengembangan reaktor nuklir di Bandung, serta Yogyakarta.

"Dari faktor keamanan, dengan didukung banyaknya ilmuwan yang `konsern` di bidang keamanan reaktor nuklir, saya pikir cukup aman," kata dia.

(L007)