Mutiara terpendam di Kaligesing perlu digali

id Mutiara terpendam di Kaligesing perlu digali

Mutiara terpendam di Kaligesing perlu digali

Kambing Kaligesing milik Krisbianto, di Desa Pandanrejo, Kaligesing, Purworejo. (Foto Antara/ Budi Santoso)

Setiap jumat malam ribuan kambing peranakan Etawah, khususnya Ras Kaligesing berdatangan ke Pasar Pendem dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan sebagian kecil Jawa Barat.

Para peternak mengincar waktu transaksi Pasar Pendem yang hanya buka pada hari Sabtu di Desa Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Tidak kurang dari 1.000 ekor diperdagangkan, mulai dari anak kambing yang belum lepas sapih sampai kambing dewasa, termasuk yang sudah masuk masa pemerahan.

Kambing Kaligesing yang diperdagangkan itu sebagian besar kelas B, C, dan D. Kelas A yang datang biasanya hanya beberapa ekor saja untuk melayani peternak khusus pembibitan.

Para peternak sudah paham dengan ciri-ciri asli Kaligesing, antara lain, telinga menjuntai ke bawah dengan lipatan terbuka ke depan, bentuk rahang bawah lebih menonjol, dan lengkungan hidung yang tajam ke bawah. Bulu lebat di bagian kaki belakang, punya gelambir di leher, serta warna dominan hitam di kepala.

Makin jauh dari karakteristik itu, harga jualnya makin rendah. Akan tetapi, justru banyak peternak yang hanya mengincar produksi susunya sehingga mengamati juga bentuk lain, yaitu ambing dan puting susunya.

Populasi kambing ras Kaligesing di Kabupaten Purworejo berdasarkan data akhir Juni 2017 tercatat 61.663 ekor. Sebanyak 75 persen populasinya ada di Kecamatan Kaligesing, sisanya tersebar di 16 kecamatan lainnya. Secara nasional ada sekitar 100.000 ekor. Namun, sebagian yang di luar Kaligesing ada yang sudah disilangkan dengan ras lain.

Kaligesing memang perupakan ternak kambing jenis perah yang diharapkan peternak mampu menghasilkan produksi susu terbanyak.

Sudah banyak turunan Kaligesing yang dibeli peternak dari Pasar Pendem mampu menghasilkan susu terbaik yaitu rata-rata produksi 1 liter sampai 1,5 liter per hari.

Banyak juga pemda dari daerah lain sengaja membeli kambing Kaligesing langsung dari peternak di Kaligesing untuk mencetak peternak baru dengan harapan produksi susu bisa menjadi pendapatan mereka.

Namun, kebanyakan peternak di Kecamatan Kaligesing justru memelihara kambing untuk pembibitan dan mengabaikan potensi susunya.

Semua susu yang dihasilkan hanya diberikan kepada anak kambing. Peternak baru menjual kalau masih ada sisa setelah semua cempe atau anakan kambing sudah mendapat susu.

Sementara itu, seorang peternak yang mengharapkan susu kambing untuk dijual justru akan memberikan anakan kambing susu sapi, sementara susu kambingnya dijual kepada masyarakat.

Harga susu kambing segar memang masih tinggi, yaitu Rp20 ribu sampai Rp25 ribu per liter, sementara harga susu sapi hanya di kisaran Rp4.500 sampai Rp6.000 per liter.

    
Tidak Sadar
    
Banyak peternak di Kaligesing yang tak menyadari bahwa potensi susu dari kambing Kaligesing sangat tinggi bukan hanya 1 s.d. 1,5 liter/hari seperti yang banyak disampaikan sejumlah buku litelatur dan pengalaman peternak di daerah lain.

Jika pemeliharaan baik, termasuk pemberian makanan yang tepat, akan mampu meningkatkan produksi susu sampai 4 liter.

Hal itu sudah dibuktikan peternak muda, Krisbianto, di Desa Pandanrejo yang sejak 2 tahun lalu fokus pada produksi susu.

Ia sudah membuktikan bahwa produksi susu dari Kambing Kaligesing mampu menghasilkan pendapatan yang lumayan, tanpa mengurangi hak cempe untuk mendapatkan susu segar kambing.

Saat ini peternak di Kaligesing lebih fokus menghasilkan anakan atau cempe yang baik sesuai dengan karakterik khas dari ras Kaligesing.

Mengubah kebiasaan peternak untuk fokus juga pada produksi susu agar meraih pendapatan lebih baik memang sulit. Hal itu juga diakui Puji Atmoko Staf Bidang Peternakan Dinas Pertanian Pangan Perikanan Kelautan Perikanan (DPPKP) Kabupaten Purworejo.

Sudah ada bukti bahwa produksi susu dari ras Kaligesing cukup tinggi. Akan tetapi, mengajak peternak lain untuk berubah itu sulit, katanya.

Masih ada ketakutan peternak akan gagal memproduksi susu lebih baik dan perasaan sayang yang berlebihan pada anak kambing. Padahal, menurut Puji, dengan ambing yang sering diperah akan membuat kelenjar susu lebih sehat bahkan mengurangi kasus mastitis atau radang puting susu.

 Kasus mastitis memang lebih banyak karena adanya sisa susu di puting yang akhirnya mengundang bakteri berkembang biak.

Hal senada diungkap Krisbianto yang mengaku dengan pemerahan yang rutin justru jarang sekali ternaknya terkena mastitis.

    
Semula Dua Ekor
Krisbianto semula hanya memelihara dua ekor kambing, dan hasil susunya bisa mencapai 2 liter/hari/ekor sehingga mantap untuk fokus pada produksi susu.

Akhirnya, dia mulai menambah kambing betina dan dengan turunan indukan yang ada sekarang ada 10 ekor betina yang sudah laktasi.

Sejak 2 tahun lalu semua betina diarahkan untuk menghasilkan susu dan terbukti setelah dikurangi susu untuk anakan, masih bisa dijual susu segar rata-rata 10 s.d. 12 liter/hari.

Jika satu hari diproduksi 10 liter, dalam sebulan, pendapatan kotornya mencapai Rp7,5 juta dan setengah habis untuk biaya pakan.

Ia bahkan rutin mendapatkan bonus cempe usia 2 bulan yang dijual sekitar Rp800 ribu untuk betina dan Rp1,2 juta untuk jantan. Cempe betina dari indukan yang produksi susunya tinggi sengaja tidak dijual tetapi disiapkan untuk betina produktif.

Kambing dalam 2 tahun tiga kali melahirkan dengan anakan rata-rata dua ekor sehingga dari cempe yang 60 persen dijual, bisa mendapatkan bonus 20 cempe senilai Rp20 juta/tahun.

Ia mengaku terus mencari ilmu dari peternak lain yang sudah fokus pada produksi susu seperti Pak Ipung di Blitar.

Dari sana dirinya  dapat potensi pakan kulit kacang hijau kering, yang disini banyak terbuang. Bahkan, dia juga belajar mencampur konsentrat yang tepat buat meningkatkan produksi susu.

Ia yakin produksi susu Kambing Kaligesing sama dengan ras lain, seperti Safiran, Saanen, dan PE Jawarandu. Dengan pakan yang baik, tingkat produksi kambing Kaligesing mencapai 4 liter per hari pada 1 bulan setelah melahirkan. Setelah itu, turun sampai 1,5 per hari pada bulan keenam.

     
Mengajak Peternak Muda
      
Jika peternak senior masih sulit mengubah tradisi yang tetap memelihara kambing dengan fokus hasil anakan, dia lalu mengajak peternak muda untuk fokus pada produksi susu.

Usahanya tidak sia-sia, 5 bulan lalu, dua peternak bergabung, yaitu Nurfuadi yang punya tujuh ekor betina dan Topan yang punya empat ekor. Menyusul 1 bulan lalu, Tasmudi yang punya sembilan ekor betina.

Peternak itu mulai rajin memerah susu dan hasilnya juga ternyata mudah terserap pasar.

Dari tiga peternak itu, rata-rata menyetor susu ke sini antara 15 dan 20 liter per hari, katanya.

Susu segar diolah Krisbianto menjadi susu dengan rasa cokelat dan strawberry. Dia tidak menjual seluruh susu segarnya karena sebagian juga diolah menjadi susu bubuk. Bahkan, untuk meningkatkan minat mencoba susu kambing, Krisbianto pada minggu lalu membuat ice cream susu kambing yang dibagikan gratis kepada siswa SD Pandanrejo.

Kalau bentuk ice cream, anak-anak tidak menolak. Cara ini untuk mengenalkan susu kambing kepada anak-anak.

Puji juga mengapresiasi langkah Krisbianto untuk terus mengajak peternak muda fokus pada produksi susu dan terus mengembangkan hasil olahan susu kambing.

Ia yakin jika semua mengikuti jejak Krisbianto, akan muncul bibit kambing Kaligesing yang tinggi produksi susunya.

Potensi terpendam di Kaligesing mulai terkuak berkat upaya Krisbianto. Jika saja 10.000 ekor kambing betina di Kaligesing bisa diperah rutin dengan minimal dijual 1 liter/hari, akan dihasilkan 10.000 liter susu senilai Rp200 juta/hari.

Semoga peternak makin menyadari ada potensi pendapatan lain yang bisa diraih untuk meningkatkan kesejahteraan.

    ***3***
(T.B013)