Bantul awasi peredaran daging sehat

id Daging sapi

Bantul awasi peredaran daging sehat

Ilustrasi, pemjualan daging sapi (Foto ANTARA)

 Bantul, 10/7 (Antara) - Dinas Pertanian Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengawasi peredaran daging sehat terutama sapi di pasaran daerah ini melalui rumah potong hewan milik pemerintah setempat. 
     
"Aliran-aliran ternak itu perlu kita jaga juga ke depan, misalnya dalam pemotongan itu kan sekarang ini untuk daging yang beredar di Bantul sudah lewat yang namanya RPH (rumah potong hewan)," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Selasa.
     
Menurut dia, RPH resmi yang berbentuk UPT milik instansinya tersebut terdapat di Desa Segoroyoso Pleret yang merupakan sentra ternak sapi di wilayah Bantul, keberadaan UPT RPH itu efektif mencegah daging tidak sehat beredar atau yang dipotong dengan tidak benar. 
     
Ia menjelaskan, sebab hewan atau ternak yang masuk ke RPH tersebut terlebih dulu dipastikan kondisi kesehatannya dengan pemeriksaan, kemudian daging yang dipotong bila perlu dilengkapi dengan keterangan sehat agar bisa diterima pasar. 
   
 "Kalau daging yang Idul Adha kan tidak bisa, makanya sebelum kurban kita awasi lewat RPH bahkan kita buka pelayanan selama 24 jam, dan saya kira di Indonesia baru satu RPH yang buka 24 jam, di Segoroyoso itu digunakan untuk melayani," katanya.
     
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya terus mengimbau dan menyosialisasikan kepada masyarakat terutama pengusaha daging dan jagal hewan agar memanfaatkan layanan RPH, bahkan tarif yang dibebankan tiap pemotongan terjangkau, daging yang dipotong sudah siap edar. 
     
"Dan dengan pelayanan yang kita tingkatkan serta buka 24 jam itu jagal-jagal tertarik, kalau dulu di RPH Segoroyoso itu rata-rata dua sampai tiga ekor per hari, namun sekarang ini memotong rata-rata 15 ekor per hari, kalau musim liburan bisa lebih banyak," katanya. 
       
Ia mengatakan, RPH Segoroyoso satu-satunya milik instansinya ini juga akan terus dikembangkan baik sarana prasarana bahkan rencana ada perluasan, agar nantinya kapasitas muat ternak yang masuk sebelum dipotong bisa bertambah dari sebelumnya. 
     
"Itu salah satu strategi kita dalam menjaga supaya hewan yang dipotong memperoleh kesehatan cukup, sehingga konsumsi untuk masyarakat lebih aman karena muncul surat bahwa sudah dipotong dari RPH, itu contoh pencegahan daging tidak layak," katanya.