Kemenkes: Angka positif Omicron melebihi Delta namun BOR rendah

id kemenkes, omicron,BOR, keterisian rumah sakit

Kemenkes: Angka positif Omicron melebihi Delta namun BOR rendah

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan pers secara virtual terkait situasi pandemi COVID-19 di Indonesia yang diikuti dari aplikasi Zoom di Jakarta, Kamis (10/2/2022). (ANTARA/Andi Firdaus)

Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut angka kasus konfirmasi positif oleh varian Omicron memang melebihi varian Delta, namun bed occupancy rate atau tingkat keterisian rumah sakit masih rendah.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, Nadia mengungkapkan hingga Selasa (15/2), pasien yang dirawat di rumah sakit terus terkendali secara nasional, dan angka pasien yang dirawat di rumah sakit berada di posisi 33 persen.

Rumah sakit di Indonesia dinyatakan masih cukup memadai untuk merawat pasien COVID-19 di fase Omicron ini. Bahkan per hari ini, jumlah total tempat tidur perawatan dan intensif COVID-19 ditambah dari 88.485 menjadi 91.018.

Nadia menjelaskan meski kasus konfirmasi harian sudah melebihi puncak delta di posisi 57.049 hari ini, dan di beberapa daerah sudah melebihi kasus konfirmasi harian pada gelombang Delta 2021 lalu, pasien yang dirawat di rumah sakit masih bisa terkendali.

"Sejauh ini tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit untuk pasien masih memadai. Belum ada daerah dengan tempat tidur dan perawatan intensifnya di angka 60 persen di Indonesia," ujar Nadia.

Ia menjelaskan DKI Jakarta sejauh ini, dari 15.313 tempat tidur isolasi yang disediakan baru terisi 54,9 persen. Begitu juga dengan tempat tidur ICU yang tersedia 921, baru terisi 44,1 persen. Berbeda halnya dengan kondisi Delta, dimana DKI Jakarta merawat pasien COVID-19 sebanyak 18.824 di masa puncak gelombang Delta.

“Perlu kami imbau dengan tegas kembali pasien dengan tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan hendaknya dirawat secara isolasi mandiri (isoman) atau isolasi terpusat (isotar) yang disediakan pemerintah. Mari kita bantu saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit karena memiliki gejala sedang, berat, kritis, dan memiliki komorbid,” ujar dia melanjutkan.

Nadia mengemukakan dari catatan hingga 13 Februari lalu, pasien OTG dan ringan yang dirawat di rumah sakit dan sebagian besar tidak perlu terapi oksigen masih mendominasi. Dari 20.920 pasien dirawat di rumah sakit per 13 Februari 2022, 4.037 di antaranya OTG dan 9.664 bergejala ringan. Artinya, 65,49 persen dari pasien bisa isoman di rumah atau di isoter di tempat yang disediakan pemerintah selain di rumah sakit.

“Layanan telemedisin dan pengantaran obat bagi pasien isoman sudah jauh lebih baik dan lebih siap melayani pasien sejak kita melakukan percepatan pelayanan 29 Januari 2022 lalu,” terang Nadia.

Sementara dari 130.346 pasien yang menghubungi layanan telemedisin, 97 persen sudah berkonsultasi jarak jauh dengan dokter atau tenaga kesehatan dan menerima resep elektronik dari layanan telemedisin. Lalu 85 peesen di antaranya sudah menerima paket obat gratis dari Kemenkes di hari yang sama atau H+1.

Sisanya H+2 sebanyak 14 persen, dan H+3 sebanyak satu persen. Kemenkes akan terus memperbaiki kinerja untuk meningkatkan pengiriman obat hingga maksimal pasien menerima obat H+1.

Kendati begitu, Nadia mengatakan masih sedikit pasien isolasi mandiri yang memanfaatkan layanan telemedisin gratis. Sejak 17 Januari - 13 Februari 2022, dari 346,930 kasus terkonfirmasi COVID-19 130,346 atau 38 persen pasien yang melakukan layanan telemedisin.

“Dengan mengurangi beban rumah sakit dan tenaga kesehatan kita, pasien yang memiliki gejala sedang hingga kritis jadi tertangani dengan lebih baik dan mengurangi risiko terburuk akibat COVID-19. Sekali lagi kami menghimbau agar pasien OTG dan bergejala ringan segera memanfaatkan layanan telemedisin maupun isolasi terpusat yang akan dilayani oleh tenaga medis kita,” ujar Nadia.

Selain itu, Kemenkes mengimbau agar masyarakat segera melengkapi vaksinasi COVID-19 dua dosis. Ini untuk mencegah agar masyarakat tidak bergejala berat dan terhindar risiko kematian.

Nadia mengatakan vaksinasi masih menjadi pencegahan yang efektif ditambah prokes yang ketat. Hingga Selasa (15/2) pukul 12.00 WIB, 188,5 juta (90,55 persen) penduduk Indonesia yang sudah divaksinasi dosis 1, 136,6 juta (65,61 persen) penduduk Indonesia divaksinasi dosis 2, dan 7,2 juta (3,49 persen) penduduk sudah melaksanakan vaksinasi penguat atau booster.


Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024