Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menilai fenomena penurunan suhu yang mencolok atau "bediding" memiliki kaitan dengan fenomena Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari atau aphelion.
Ia menilai fenomena penurunan suhu yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia pada belakangan ini memiliki kaitan dengan aphelion, meskipun secara tidak langsung. Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan bahwa berita yang sempat beredar tentang fenomena yang dikaitkan dengan aphelion tersebut tidak sepenuhnya salah.
"Sekilas memang iya, seperti tidak ada kaitannya, karena memang jauh sekali jika dibandingkan dengan dampak yang terjadi di beberapa kota di Indonesia," kata Eddy dalam gelar wicara yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Eddy menjelaskan beberapa wilayah Indonesia di Bumi bagian selatan dan bertipe monsunal seperti Pulau Jawa, Bali, serta Nusa Tenggara mengalami penurunan suhu udara pada 15 Juli lalu. Seperti Bandung yang suhunya turun mencapai suhu terendahnya tahun ini dengan 15 derajat Celsius, di mana suhu udara pada belakangan ini tercatat di sekitar 22 derajat Celsius.
Sedangkan di wilayah Indonesia yang terletak di Bumi bagian utara seperti Medan dan Pontianak, paparnya, hanya mengalami penurunan yang sedikit dan tidak signifikan, dari sekitar 28 derajat menjadi 24-25 derajat Celsius. Eddy menyebut peristiwa itu terjadi setelah adanya aphelion, yang pasti terjadi setahun sekali sebelum tanggal 8 Juli.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti BRIN nilai fenomena "bediding" berkaitan dengan aphelion