Perang tarif AS-China, untung atau buntung?

id Perang Dagang,Donald Trump,Tarif Impor Trump, Perang Dagang China AS Oleh Jafar M Sidik

Perang tarif AS-China, untung atau buntung?

Ilustrasi perang dagang AS vs China

Yakin jinakan Trump

Sebelum kekalutan global ini terjadi, China sudah menyatakan siap meladeni tantangan perang dari AS, dalam bentuk apa pun.

Walau tak akan ada yang menang dalam perang dagang, sikap China yang terus meladeni manuver Trump mengindikasikan mereka yakin dapat menjinakkan petualangan Trump.

"Siapa pun yang menyerah lebih dulu akan menjadi korban," kata seorang pejabat China kepada Reuters. "Ini soal siapa yang bisa bertahan lebih lama."

China tampaknya hanya memiliki satu opsi, yakni menyengat balik Trump. Walau memiliki kemewahan dalam menggalang koalisi global, China memilih sendirian menghadapi Trump karena lebih tahan dari risiko serangan dagang AS.

Selain itu, China harus melakukan ini karena kebanyakan negara yang dijatuhi tarif oleh Trump adalah tempat-tempat di mana industri China merelokasi diri, dengan pasar utama yang umumnya juga AS.

Sebaliknya, hasrat Trump dalam menyeimbangkan perdagangan AS-China sulit dicapai mengingat keadaan kedua negara ini saling bertolak belakang; yang satu produsen utama dunia (China), sedangkan satunya lagi konsumen terbesar dunia (AS). Seharusnya perbedaan ini membuat mereka bermitra, bukan saling memerangi.

Perang dagang ini juga pertarungan "kemauan politik" untuk bertindak pasti. Di sini, China unggul karena lebih pasti, selain lebih diterima dunia. Sebaliknya, karena mengusung kepentingan nasionalnya belaka, Trump tak mendapatkan kawan sebanyak yang dimiliki China.

Baca juga: Wow... imbas tarif AS, para miliarder dunia kehilangan Rp3,48 kuadriliun

China dianggap lebih mempedulikan harmoni global, dibandingkan AS yang kini dianggap perusak tatanan dunia, apalagi manuver-manuver Trump juga merugikan negara-negara miskin.

Sejumlah kawasan, termasuk Kanada, Jepang, dan Uni Eropa, pun menoleh China lebih rekat, baik sebagai upaya meminimalisasi dampak terkaman tarif Trump, maupun sebagai sekutu dalam membuat dunia tetap di koridor perdagangan bebas dan globalisasi.

Semua perkembangan ini tak luput dari perhatian rakyat AS, termasuk orang-orang yang mengantarkan Trump menjadi presiden AS, di antaranya Elon Musk dan Bill Ackman.

Musk yang bos Tesla dan Ackman yang penguasa lembaga lindung nilai terkemuka dunia, adalah dua dari beberapa donatur besar Trump selama Pemilu 2024.

Musk yang memiliki jejaring bisnis di China, meminta Trump mengaji kembali kebijakan tarif, sedangkan Ackman mendesak Trump menghentikan kebijakan tarif karena berisiko menciptakan tsunami pada perekonomian AS.

Yang lainnya, seperti bos JPMorgan Chase, Jamie Dimon, khawatir tarif akan menaikkan sistem harga di AS, yang bisa fatal akibatnya terhadap inflasi, dan bahkan memicu resesi.


COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.