Jogja (ANTARA Jogja) - Serangga tomcat yang meresahkan warga  Kampung Celeban, Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, akan ditangkap dengan menggunakan perangkap yang dilengkapi dengan lampu ultra violet.

"Kami sudah menyiapkan perangkap yang dilengkapi dengan lampu `ultra violet` (UV). Serangga tomcat yang  terperangkap di dalam perangkap ini kemudian dipindahkan ke lokasi yang jauh dari permukiman," kata Pakar Hama Tanaman dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Suputa di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, pihaknya tidak akan memusnahkan serangga tersebut karena tomcat adalah predator alami untuk hama tanaman padi, salah satunya adalah wereng.

Ia mengkhawatirkan, apabila serangga tomcat tersebut dimusnahkan, jumlah hama wereng yang menjadi musuh utama petani justru akan meledak.

Upaya untuk menangkap serangga tomcat dengan perangkap ultra violet tersebut, lanjut Suputa, dilakukan tepat sebelum matahari terbenam hingga matahari terbenam. "Saat itu, serangga tomcat sedang aktif-aktifnya," lanjut Suputa.

Penggunaan perangkap yang dilengkapi dengan lampu "ultra violet" tersebut, lanjut Suputa dilakukan karena serangga tersebut termasuk serangga yang aktif pada malam hari dan suka dengan cahaya.

"Kebetulan, ada sawah di dekat permukiman sehingga serangga tersebut kemudian mendatangi rumah penduduk karena tertarik dengan sinar lampu yang ada," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta Benny Nurhantoro mengatakan, masyarakat di Kampung Celeban tidak perlu panik dengan keberadaan serangga tersebut.

"Pada dasarnya, serangga tersebut sudah ada sejak dulu. Cara menyikapinya adalah sama dengan keberadaan sulung (laron saat masih kecil) yang juga senang dengan cahaya lampu. Hanya saja, yang perlu diwaspadai adalah cairan tubuhnya yang bisa menimbulkan iritasi kulit," katanya.

Senada dengan Suputa, Benny mengatakan, serangga tersebut tidak perlu dibasmi karena merupakan predator hama wereng sehingga merupakan sahabat petani.

"Yang pasti, masyarakat jangan sekali-kali memencet serangga itu jika ia berada di kulit. Karena cairan tubuhnya bisa menimbulkan iritasi. Ditiup saja, jangan dipencet," tegasnya.

Jika cairan dari serangga itu sampai terkena kulit, segera dicuci di air mengalir dan disabun. "Kalau menimbulkan iritasi kulit, segera ke puskesmas untuk memperoleh pertolongan," katanya.

Mengenai upaya dari UGM untuk menggunakan perangkap cahaya untuk menangkap tomcat, Benny mengatakan, bahwa hal tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan untuk daerah lain yang juga mengalami hal yang sama.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya akan mulai menyosialisasikan kepada masyarakat sekitar agar melakukan pengaturan pola tanam.

"Sawah yang ada di depan rumah warga itu setiap waktu selalu ditanami padi. Sehingga, hama pun berkembang biak dan tomcat pun semakin banyak," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat pun perlu melakukan pengaturan pola tanam, misalnya padi-padi-palawija, atau padi-padi-sayur, sehingga terjadi pemutusan siklus hidup hama.

"Agar petani mematuhi anjuran ini, kami pun akan berupaya memberikan dukungan terhadap pemasaran hasil pertaniannya," kata Benny.

Sebanyak 12 warga di Kampung Celeban Kelurahan Tahunan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta yang tinggal tepat di depan persawahan di kampung tersebut terkena iritasi kulit akibat serangga tomcat.

(E013)


Pewarta :
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024