Jogja (ANTARA Jogja) - Desa Wisata Gamplong di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menawarkan produk kerajinan alat tenun bukan mesin sebagai potensi desa itu kepada wisatawan mancanegara maupun nusantara.
"Dengan potensi produk kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM) itu maka Desa Wisata Gamplong sampai saat ini mampu bertahan sebagai desa wisata yang diminati wisatawan mancanegara maupun nusantara karena mempunyai ciri spesifik yang bisa `dijual`," kata Penasihat Pengelola Desa Wisata Gamplong Sutopo Sugiharto di Yogyakarta,Kamis.
Menurut dia, selama ini desa wisata tersebut dikenal wisatawan karena ciri khasnya sebagai sentra produksi kerajinan tenun dengan menggunakan ATBM.
"Hingga kini masyarakat setempat masih tetap mempertahankan produk kerajinan tenunnya ATBM yang kemudian menjadi unggulan desa wisata tersebut," kata Sutopo Sugiharto yang juga menjadi ketua kelompok kerja pariwisata di desa itu.
Ia mengatakan, desa wisata itu kini semakin banyak dikunjungi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang ingin secara langsung untuk melihat proses produksi kerajinan tenun.
"Tiap libur akhir pekan maupun libur panjang dipastikan banyak wisatawan yang mengunjungi desa wisata tersebut. Biasanya wisatawan juga membeli produk tenun desa ini, bahkan terkadang memesan dalam jumlah banyak," katanya.
Menurut dia, sejak 1950-an Gamplong sudah dikenal sebagai desa penghasil barang kerajinan tenun. Keterampilan menenun warga setempat, diperoleh secara turun-temurun.
Produk tenun dari desa itu awalnya berupa kain lurik, serbet makan, dan barang kerajinan tenun lainnya.
"Namun, saat ini seiring dengan persaingan bisnis maka para perajin berinovasi produk dengan membuat tas wanita, tempat/rak buku, serta aksesori atau hiasan lainnya dengan bahan baku bervariasi di antaranya tanaman eceng gondok, lidi, serat, dan akar wangi yang ditenun menggunakan ATBM," katanya.
Ia mengatakan wisatawan yang berkunjung ke desa wisata tersebut, selain bisa melihat proses produksi secara langsung, juga bisa belajar menenun karena beberapa perajin membuka kursus singkat menenun dengan ATBM.
"Warga setempat juga menyediakan rumah mereka untuk menginap para wisatawan yang berkunjung ke desa wisata tersebut," katanya
(U.H008)
"Dengan potensi produk kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM) itu maka Desa Wisata Gamplong sampai saat ini mampu bertahan sebagai desa wisata yang diminati wisatawan mancanegara maupun nusantara karena mempunyai ciri spesifik yang bisa `dijual`," kata Penasihat Pengelola Desa Wisata Gamplong Sutopo Sugiharto di Yogyakarta,Kamis.
Menurut dia, selama ini desa wisata tersebut dikenal wisatawan karena ciri khasnya sebagai sentra produksi kerajinan tenun dengan menggunakan ATBM.
"Hingga kini masyarakat setempat masih tetap mempertahankan produk kerajinan tenunnya ATBM yang kemudian menjadi unggulan desa wisata tersebut," kata Sutopo Sugiharto yang juga menjadi ketua kelompok kerja pariwisata di desa itu.
Ia mengatakan, desa wisata itu kini semakin banyak dikunjungi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang ingin secara langsung untuk melihat proses produksi kerajinan tenun.
"Tiap libur akhir pekan maupun libur panjang dipastikan banyak wisatawan yang mengunjungi desa wisata tersebut. Biasanya wisatawan juga membeli produk tenun desa ini, bahkan terkadang memesan dalam jumlah banyak," katanya.
Menurut dia, sejak 1950-an Gamplong sudah dikenal sebagai desa penghasil barang kerajinan tenun. Keterampilan menenun warga setempat, diperoleh secara turun-temurun.
Produk tenun dari desa itu awalnya berupa kain lurik, serbet makan, dan barang kerajinan tenun lainnya.
"Namun, saat ini seiring dengan persaingan bisnis maka para perajin berinovasi produk dengan membuat tas wanita, tempat/rak buku, serta aksesori atau hiasan lainnya dengan bahan baku bervariasi di antaranya tanaman eceng gondok, lidi, serat, dan akar wangi yang ditenun menggunakan ATBM," katanya.
Ia mengatakan wisatawan yang berkunjung ke desa wisata tersebut, selain bisa melihat proses produksi secara langsung, juga bisa belajar menenun karena beberapa perajin membuka kursus singkat menenun dengan ATBM.
"Warga setempat juga menyediakan rumah mereka untuk menginap para wisatawan yang berkunjung ke desa wisata tersebut," katanya
(U.H008)