Yogyakarta (Antara Jogja) - Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Gajah Wong bekerja sama dengan mahasiwa arsitektur Universitas Diponegoro akan memetakan potensi yang ada di sepanjang bantara sungai yang melalui wilayah Kota Yogyakarta.
"Sudah ada komunikasi dengan mahasiswa Strata Dua (S2) Arsitektur Universitas Diponegoro. Mereka akan melakukan pemetaan terhadap potensi yang ada di sepanjang bantara sungai," kata Wakil Ketua Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (Forsidas) Gajah Wong Purbudi Wahyuni di sela-sela Festival Gajah Wong di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, pemetaan akan dilakukan terhadap semua potensi fisik dan nonfisik yang ada di sepanjang bantaran sungai, termasuk potensi perekonomian dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Pemetaan tersebut, lanjut dia, akan digunakan sebagai dasar penataan sungai menuju sungai sehat, permukiman yang sehat dan pertumbuhan ekonomi untuk warga di sepanjang bantaran sungai.
Purbudi mengatakan, Forsidas Gajah Wong yang terbentuk sejak tahun lalu sudah melakukan sosialisasi untuk mengajak masyarakat agar memiliki kepedulian terhadap sungai dan berperan dalam upaya penataan sungai.
Salah satunya adalah meminta kesediaan masyarakat untuk memundurkan rumahnya agar tidak memakan bantaran sungai karena sungai akan dikeruk dan di sepanjang bantaran akan dimanfaatkan untuk ekowisata serta membangun jalan evakuasi.
"Seluruh warga sudah menandatangani surat kesepakatan untuk memundurkan rumahnya. Bagi warga yang tidak lagi memiliki halaman sudah bersedia untuk tinggal di rusunawa," tuturnya.
Di RW 9 Kelurahan Giwangan rencananya akan dibangun rusunawa yang bisa dimanfaatkan warga bantaran Sungai Gajah Wong.
Pada 2013, Forsidas Gajah Wong juga akan memperoleh bantuan dari Kementerian Perumahan Rakyat dengan total nilai Rp4,8 miliar yang diberikan selama tiga tahun untuk pembangunan tebing.
Selain itu, juga ada bantuan dari Kementerian Perhutanan berupa bantuan bibit tanaman seperti petai, mangga dan kenanga.
"Yang paling banyak ditanam adalah kenangan agar sungai menjadi lebih harum. Sebagai sungai yang memiliki nilai sejarah, diharapkan wanginya pun berbeda," ujarnya.
Forsidas juga telah bekerja sama dengan LIPI untuk mengekstrak bunga kenanga tersebut sehingga masyarakat akan memperoleh penghasilan tambahan.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, upaya penataan sungai harus diawali dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang sungai dan fungsinya.
"Di Yogyakarta, sungai selalu menjadi daya tarik untuk tempat permukiman. 30 persen dari total penduduk Yogyakarta tinggal di bantaran sungai. Upaya pemerintah untuk menata sungai seakan memperoleh pertentangan dari masyarakat yang tinggal di daerah tersebut," tukasnya.
Meskipun demikian, Haryadi mengatakan akan melakukan pencermatan terhadap permukiman-permukiman di bantaran sungai tersebut.
"Akan kami cermati izinnya. Jika memang melanggar maka akan segera ditertibkan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perusahan Energi dan Sumber Daya Mineral Pemerintah DIY Rani Syamsinarsi mengatakan, penataan sungai perlu dimulai dari masyarakatnya.
"Perlu integrasi antar masyarakat di wilayah baik dari sleman, bantul dan Kota Yogyakarta. Jika tidak ada integrasi. Maka bisa saja, penataan tidak berjalan beriringan," tambahnya.
Setelah ada program dari wilayah, lanjut dia, Pemerintah DIY bisa memfasilitasinya. "Nanti akan dilihat apakah program tersebut bisa ditangani oleh Pemerintah DIY, pemerintah daerah atau oleh swasta," katanya.
Sementara itu, dalam festival tersebut dilakukan sejumlah kegiatan seperti lomba rakit, dan lomba tumpeng.
(E013)
"Sudah ada komunikasi dengan mahasiswa Strata Dua (S2) Arsitektur Universitas Diponegoro. Mereka akan melakukan pemetaan terhadap potensi yang ada di sepanjang bantara sungai," kata Wakil Ketua Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (Forsidas) Gajah Wong Purbudi Wahyuni di sela-sela Festival Gajah Wong di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, pemetaan akan dilakukan terhadap semua potensi fisik dan nonfisik yang ada di sepanjang bantaran sungai, termasuk potensi perekonomian dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Pemetaan tersebut, lanjut dia, akan digunakan sebagai dasar penataan sungai menuju sungai sehat, permukiman yang sehat dan pertumbuhan ekonomi untuk warga di sepanjang bantaran sungai.
Purbudi mengatakan, Forsidas Gajah Wong yang terbentuk sejak tahun lalu sudah melakukan sosialisasi untuk mengajak masyarakat agar memiliki kepedulian terhadap sungai dan berperan dalam upaya penataan sungai.
Salah satunya adalah meminta kesediaan masyarakat untuk memundurkan rumahnya agar tidak memakan bantaran sungai karena sungai akan dikeruk dan di sepanjang bantaran akan dimanfaatkan untuk ekowisata serta membangun jalan evakuasi.
"Seluruh warga sudah menandatangani surat kesepakatan untuk memundurkan rumahnya. Bagi warga yang tidak lagi memiliki halaman sudah bersedia untuk tinggal di rusunawa," tuturnya.
Di RW 9 Kelurahan Giwangan rencananya akan dibangun rusunawa yang bisa dimanfaatkan warga bantaran Sungai Gajah Wong.
Pada 2013, Forsidas Gajah Wong juga akan memperoleh bantuan dari Kementerian Perumahan Rakyat dengan total nilai Rp4,8 miliar yang diberikan selama tiga tahun untuk pembangunan tebing.
Selain itu, juga ada bantuan dari Kementerian Perhutanan berupa bantuan bibit tanaman seperti petai, mangga dan kenanga.
"Yang paling banyak ditanam adalah kenangan agar sungai menjadi lebih harum. Sebagai sungai yang memiliki nilai sejarah, diharapkan wanginya pun berbeda," ujarnya.
Forsidas juga telah bekerja sama dengan LIPI untuk mengekstrak bunga kenanga tersebut sehingga masyarakat akan memperoleh penghasilan tambahan.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, upaya penataan sungai harus diawali dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang sungai dan fungsinya.
"Di Yogyakarta, sungai selalu menjadi daya tarik untuk tempat permukiman. 30 persen dari total penduduk Yogyakarta tinggal di bantaran sungai. Upaya pemerintah untuk menata sungai seakan memperoleh pertentangan dari masyarakat yang tinggal di daerah tersebut," tukasnya.
Meskipun demikian, Haryadi mengatakan akan melakukan pencermatan terhadap permukiman-permukiman di bantaran sungai tersebut.
"Akan kami cermati izinnya. Jika memang melanggar maka akan segera ditertibkan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perusahan Energi dan Sumber Daya Mineral Pemerintah DIY Rani Syamsinarsi mengatakan, penataan sungai perlu dimulai dari masyarakatnya.
"Perlu integrasi antar masyarakat di wilayah baik dari sleman, bantul dan Kota Yogyakarta. Jika tidak ada integrasi. Maka bisa saja, penataan tidak berjalan beriringan," tambahnya.
Setelah ada program dari wilayah, lanjut dia, Pemerintah DIY bisa memfasilitasinya. "Nanti akan dilihat apakah program tersebut bisa ditangani oleh Pemerintah DIY, pemerintah daerah atau oleh swasta," katanya.
Sementara itu, dalam festival tersebut dilakukan sejumlah kegiatan seperti lomba rakit, dan lomba tumpeng.
(E013)