Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta akan menambah sekolah tertib lalu lintas khususnya di jenjang SMA atau sederajat untuk mengantisipasi munculnya geng motor yang beranggotakan pelajar.
"Pada 2012 sudah ada enam sekolah yang menjadi percontohan sekolah tertib lalu lintas. Tahun ini akan ditambah 10 sekolah lagi sehingga menjadi 16 sekolah pada akhir tahun," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta masih terus melakukan seleksi terhadap sekolah-sekolah yang berpotensi menjadi sekolah percontohan tertib lalu lintas.
Upaya lain yang dilakukan untuk menekan keberadaan geng motor adalah mengeluarkan peraturan wali kota dan surat edaran dinas yang melarang siswa SMP atau sederajat menggunakan sepeda motor ke sekolah.
"Kami juga sudah mengimbau orang tua agar tidak memberikan izin kepada anaknya untuk menggunakan sepeda motor ke sekolah atau aktivitas lain apabila masih di bawah umur," katanya.
Mengenai aksi pelemparan bom molotov dan batu ke pos Satpam SMK Negeri 3 Yogyakarta pada Selasa (14/5) malam, Edy menegaskan, sudah menerima laporan dan terus memantau perkembangan penangkapan yang dilakukan Kepolisian Resor Kota Yogyakarta.
Meskipun demikian, Edy mengatakan, dalam kasus tersebut status pelaku sudah merupakan masyarakat umum dan bukan lagi pelajar karena aksi pelemparan bom molotov dilakukan di luar jam sekolah.
"Apakah akan ada sanksi dari sekolah, hal itu diserahkan ke masing-masing sekolah karena setiap sekolah memiliki tata tertib yang berbeda-beda," katanya.
Aksi pelemparan bom molotov dan batu ke pos Satpam di SMK Negeri 3 Yogyakarta tersebut dilakukan oleh segerombolan pelajar yang datang berombongan dengan sepeda motor.
Kejadian tersebut bukan kasus pertama yang menimbulkan korban luka sehingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Korban luka dari aksi tersebut adalah Bripka Sudarmaji (53) anggota Polsek Jetis yang mengalami luka bakar di leher dan lengan kiri dan Marsudi (38) satpam yang mengalami luka karena pecahan botol.
Beberapa jam setelah kejadian, Polresta Yogyakarta dan jajarannya berhasil mengamankan sejumlah pelaku dari sejumlah tempat. Pelaku rata-rata berstatus sebagai pelajar SMP dan SMA/SMK.
Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh mengatakan geng motor dari pelajar sudah meresahkan sehingga dibutuhkan pendidikan etika dan moral yang lebih baik.
Ia mengatakan solusi agar tidak lagi muncul geng motor beranggotakan pelajar adalah meningkatkan pendidikan moral, agama, keteladanan dan orang tua melakukan pengawasan yang lebih baik.
Pada Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga akan menambah jam pelajaran agama dari dua jam menjadi empat jam serta adanya pendidikan budi pekerti.
(E013)
"Pada 2012 sudah ada enam sekolah yang menjadi percontohan sekolah tertib lalu lintas. Tahun ini akan ditambah 10 sekolah lagi sehingga menjadi 16 sekolah pada akhir tahun," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta masih terus melakukan seleksi terhadap sekolah-sekolah yang berpotensi menjadi sekolah percontohan tertib lalu lintas.
Upaya lain yang dilakukan untuk menekan keberadaan geng motor adalah mengeluarkan peraturan wali kota dan surat edaran dinas yang melarang siswa SMP atau sederajat menggunakan sepeda motor ke sekolah.
"Kami juga sudah mengimbau orang tua agar tidak memberikan izin kepada anaknya untuk menggunakan sepeda motor ke sekolah atau aktivitas lain apabila masih di bawah umur," katanya.
Mengenai aksi pelemparan bom molotov dan batu ke pos Satpam SMK Negeri 3 Yogyakarta pada Selasa (14/5) malam, Edy menegaskan, sudah menerima laporan dan terus memantau perkembangan penangkapan yang dilakukan Kepolisian Resor Kota Yogyakarta.
Meskipun demikian, Edy mengatakan, dalam kasus tersebut status pelaku sudah merupakan masyarakat umum dan bukan lagi pelajar karena aksi pelemparan bom molotov dilakukan di luar jam sekolah.
"Apakah akan ada sanksi dari sekolah, hal itu diserahkan ke masing-masing sekolah karena setiap sekolah memiliki tata tertib yang berbeda-beda," katanya.
Aksi pelemparan bom molotov dan batu ke pos Satpam di SMK Negeri 3 Yogyakarta tersebut dilakukan oleh segerombolan pelajar yang datang berombongan dengan sepeda motor.
Kejadian tersebut bukan kasus pertama yang menimbulkan korban luka sehingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Korban luka dari aksi tersebut adalah Bripka Sudarmaji (53) anggota Polsek Jetis yang mengalami luka bakar di leher dan lengan kiri dan Marsudi (38) satpam yang mengalami luka karena pecahan botol.
Beberapa jam setelah kejadian, Polresta Yogyakarta dan jajarannya berhasil mengamankan sejumlah pelaku dari sejumlah tempat. Pelaku rata-rata berstatus sebagai pelajar SMP dan SMA/SMK.
Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh mengatakan geng motor dari pelajar sudah meresahkan sehingga dibutuhkan pendidikan etika dan moral yang lebih baik.
Ia mengatakan solusi agar tidak lagi muncul geng motor beranggotakan pelajar adalah meningkatkan pendidikan moral, agama, keteladanan dan orang tua melakukan pengawasan yang lebih baik.
Pada Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga akan menambah jam pelajaran agama dari dua jam menjadi empat jam serta adanya pendidikan budi pekerti.
(E013)