Jogja (Antara Jogja) - Perguruan tinggi swasta di Indonesia diharapkan segera berbenah, memacu diri, mengembangkan mutu pendidikan, dan menciptakan iklim akademis yang dapat menunjang proses internasionalisasi pendidikan.
"Internasionalisasi pendidikan telah menjadi sebuah keniscayaan yang harus dihadapi kalangan perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi swasta (PTS)," kata Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, arus globalisasi saat ini tidak hanya menyentuh aspek perdagangan dan ekonomi, tetapi juga telah memasuki ranah pendidikan. Hal itu sudah seharusnya direspons dengan cepat oleh PTS di Indonesia.
"Seperti tertuang dalam General Agreement on Trade in Services (GATS), pendidikan telah dimasukkan sebagai komoditas jasa yang dapat diintegrasikan dalam arus global," kata Edy yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Ia mengatakan hal itu membawa konsekuensi persaingan dalam penyediaan jasa pendidikan ke depan akan semakin ketat karena tidak hanya melibatkan aktor lokal tetapi juga global.
"Isu internasionalisasi terus bergulir hingga mulai dipandang sebagai isu penting seiring dengan menguatnya arus globalisasi yang telah menyentuh ranah pendidikan di Tanah Air," katanya.
Menurut dia, globalisasi menyebabkan aspek pendidikan saat ini telah menjadi salah satu komoditas jasa seperti yang diatur dalam kesepakatan internasional.
Oleh karena itu, kata dia, Aptisi terus menggalakkan berbagai jaringan kerja sama riset dan pelatihan kepemimpinan dengan perguruan tinggi asing sebagai salah satu upaya memperkuat kesiapan PTS menuju internasionalisasi.
"Perguruan tinggi asing itu di antaranya University of Technology Sydney, Deakin University, dan University of Tasmania, Australia," kata Edy.
(U.B015)
"Internasionalisasi pendidikan telah menjadi sebuah keniscayaan yang harus dihadapi kalangan perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi swasta (PTS)," kata Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, arus globalisasi saat ini tidak hanya menyentuh aspek perdagangan dan ekonomi, tetapi juga telah memasuki ranah pendidikan. Hal itu sudah seharusnya direspons dengan cepat oleh PTS di Indonesia.
"Seperti tertuang dalam General Agreement on Trade in Services (GATS), pendidikan telah dimasukkan sebagai komoditas jasa yang dapat diintegrasikan dalam arus global," kata Edy yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Ia mengatakan hal itu membawa konsekuensi persaingan dalam penyediaan jasa pendidikan ke depan akan semakin ketat karena tidak hanya melibatkan aktor lokal tetapi juga global.
"Isu internasionalisasi terus bergulir hingga mulai dipandang sebagai isu penting seiring dengan menguatnya arus globalisasi yang telah menyentuh ranah pendidikan di Tanah Air," katanya.
Menurut dia, globalisasi menyebabkan aspek pendidikan saat ini telah menjadi salah satu komoditas jasa seperti yang diatur dalam kesepakatan internasional.
Oleh karena itu, kata dia, Aptisi terus menggalakkan berbagai jaringan kerja sama riset dan pelatihan kepemimpinan dengan perguruan tinggi asing sebagai salah satu upaya memperkuat kesiapan PTS menuju internasionalisasi.
"Perguruan tinggi asing itu di antaranya University of Technology Sydney, Deakin University, dan University of Tasmania, Australia," kata Edy.
(U.B015)