Jogja (Antara Jogja) - Kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Kimia Universitas Islam Indonesia Yogyakarta mengembangkan alat untuk mengolah limbah industri keramik di wilayah Yogyakarta.
"Kami berupaya menciptakan alat untuk membantu para perajin keramik agar dapat menjalankan usahanya tetapi tetap memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan," kata ketua kelompok mahasiswa Zulfa Zuhrufa di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, salah satu tahap produksi kerajinan keramik yang berpotensi menghasilkan limbah adalah pada tahap pewarnaan yang menggunakan serbuk glasir yang diencerkan.
"Sisa bahan pewarnaan yang tidak terpakai itu jika dibuang begitu saja ke sungai dapat merusak kelestarian lingkungan karena mengandung logam-berat," katanya.
Padahal, kata dia, air sungai tempat membuang limbah itu sering dimanfaatkan warga untuk mengairi persawahan dan menyemai tanaman kangkung. Logam berat yang terkandung di dalamnya pun berpotensi terserap oleh tanaman tersebut dan berpindah ke tubuh manusia.
"Berawal dari hal itu kami menggagas perancangan alat untuk mengolah limbah industri keramik. Berdasarkan uji laboratorium, alat yang kami kembangkan ternyata mampu secara signifikan mengurangi kandungan logam berat dalam limbah keramik," katanya.
Ia mengatakan limbah cair pun menjadi lebih ramah lingkungan ketika dibuang ke sungai. Tidak hanya itu, limbah cair glasir yang telah diolah dengan alat tu dapat dimanfaatkan kembali dalam proses produksi keramik selanjutnya sehingga turut mendorong efisiensi bahan produksi.
"Berdasarkan uji laboratorium dengan memakai instrumen Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) diperoleh hasil sesudah pengolahan dengan alat kami, kandungan logam Cu hampir turun 100 persen (dari 148 mg/L menjadi 1,89 mg/L) sehingga dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan glasir dalam proses pewarnaan kerajinan keramik," katanya.
Menurut dia, cara kerja dari alat itu adalah dengan memanfaatkan sistem osmosis balik, di mana limbah yang dihisap dari pompa air akan melewati adsorben berupa lempung kaolin yang kemudian menetralisir kandungan logam berat di dalamnya.
"Kami berharap alat tersebut dapat lebih dikembangkan untuk memberi manfaat nyata bagi industri kerajinan keramik di Yogyakarta," katanya.
Anggota kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Kimia UII yang mengembangkan alat untuk mengolah limbah industri keramik itu adalah Imam Sahroni, Riva Elvira, dan Meili Mustathi`ah.
(B015)
"Kami berupaya menciptakan alat untuk membantu para perajin keramik agar dapat menjalankan usahanya tetapi tetap memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan," kata ketua kelompok mahasiswa Zulfa Zuhrufa di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, salah satu tahap produksi kerajinan keramik yang berpotensi menghasilkan limbah adalah pada tahap pewarnaan yang menggunakan serbuk glasir yang diencerkan.
"Sisa bahan pewarnaan yang tidak terpakai itu jika dibuang begitu saja ke sungai dapat merusak kelestarian lingkungan karena mengandung logam-berat," katanya.
Padahal, kata dia, air sungai tempat membuang limbah itu sering dimanfaatkan warga untuk mengairi persawahan dan menyemai tanaman kangkung. Logam berat yang terkandung di dalamnya pun berpotensi terserap oleh tanaman tersebut dan berpindah ke tubuh manusia.
"Berawal dari hal itu kami menggagas perancangan alat untuk mengolah limbah industri keramik. Berdasarkan uji laboratorium, alat yang kami kembangkan ternyata mampu secara signifikan mengurangi kandungan logam berat dalam limbah keramik," katanya.
Ia mengatakan limbah cair pun menjadi lebih ramah lingkungan ketika dibuang ke sungai. Tidak hanya itu, limbah cair glasir yang telah diolah dengan alat tu dapat dimanfaatkan kembali dalam proses produksi keramik selanjutnya sehingga turut mendorong efisiensi bahan produksi.
"Berdasarkan uji laboratorium dengan memakai instrumen Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) diperoleh hasil sesudah pengolahan dengan alat kami, kandungan logam Cu hampir turun 100 persen (dari 148 mg/L menjadi 1,89 mg/L) sehingga dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan glasir dalam proses pewarnaan kerajinan keramik," katanya.
Menurut dia, cara kerja dari alat itu adalah dengan memanfaatkan sistem osmosis balik, di mana limbah yang dihisap dari pompa air akan melewati adsorben berupa lempung kaolin yang kemudian menetralisir kandungan logam berat di dalamnya.
"Kami berharap alat tersebut dapat lebih dikembangkan untuk memberi manfaat nyata bagi industri kerajinan keramik di Yogyakarta," katanya.
Anggota kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Kimia UII yang mengembangkan alat untuk mengolah limbah industri keramik itu adalah Imam Sahroni, Riva Elvira, dan Meili Mustathi`ah.
(B015)