Bantul (Antara Jogja) - Kelompok Tani Marsudi Lestari, Desa Argorejo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan pemerintah setempat memfasilitasi kegiatan penanganan lahan bero atau kosong karena sulit ditanami tanaman.
"Ada lahan pertanian seluas 14,7 hektare di wilayah kami yang bero, makanya kami mengajukan permohonan bantuan agar pemerintah melalui Dinas Pertanian Bantul mendukung penanganan lahan bero," kata Ketua Kelompok Tani Marsudi Lestari Desa Argorejo, Bantul, Wagiyono, Kamis.
Menurut dia, lahan sawah seluas belasan hektare di bulak Jangkringan, Jurug, tersebut selama ini dibiarkan bero sebab petani dan pemilik lahan selalu gagal dalam budi daya padi akibat serangan tikus.
"Makanya kami ingin membangkitkan semangat petani yang beberapa tahun terakhir kehilangan semangat akibat berulang kali gagal karena tikus. Sehingga dengan dorongan bantuan dan fasilitasi dari pemerintah petani bisa kembali budi daya padi," katanya.
Ia mengatakan, berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk menangani lahan bero itu di antaranya pembersihan semak, penyemprotan gulma, pembuatan jalan usaha tani dan penyempurnaan saluran irigasi.
"Kemudian ada pengolahan lahan seperti pembenahan pematang, pengairan, pentraktoran, selanjutnya baru memasuki fase tanam mulai dari pembibitan, penanaman, pemupukan hingga perawatan," katanya.
Wagiyono mengatakan, keinginan petani untuk melakukan budidaya tanaman padi di bulak sawah bero itu tidak lain untuk mendukung program pemerintah dalam peningkatan produksi pangan khususnya beras.
"Kami ingin mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang selama ini bero, sehingga harapannya mendapat dukungan dari pemerintah, demi terlaksananya keinginan kami dalam mendukung program swasembada beras," katanya.
Menurut dia, lahan sawah bero yang dimiliki sebanyak 152 petani ini jika nantinya berhasil ditanami maka bisa meningkatkan produksi padi Bantul, dan pihaknya menargetkan produktivitas sekitar tujuh ton gabah kering panen per hektare.
(KR-HRI)
"Ada lahan pertanian seluas 14,7 hektare di wilayah kami yang bero, makanya kami mengajukan permohonan bantuan agar pemerintah melalui Dinas Pertanian Bantul mendukung penanganan lahan bero," kata Ketua Kelompok Tani Marsudi Lestari Desa Argorejo, Bantul, Wagiyono, Kamis.
Menurut dia, lahan sawah seluas belasan hektare di bulak Jangkringan, Jurug, tersebut selama ini dibiarkan bero sebab petani dan pemilik lahan selalu gagal dalam budi daya padi akibat serangan tikus.
"Makanya kami ingin membangkitkan semangat petani yang beberapa tahun terakhir kehilangan semangat akibat berulang kali gagal karena tikus. Sehingga dengan dorongan bantuan dan fasilitasi dari pemerintah petani bisa kembali budi daya padi," katanya.
Ia mengatakan, berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk menangani lahan bero itu di antaranya pembersihan semak, penyemprotan gulma, pembuatan jalan usaha tani dan penyempurnaan saluran irigasi.
"Kemudian ada pengolahan lahan seperti pembenahan pematang, pengairan, pentraktoran, selanjutnya baru memasuki fase tanam mulai dari pembibitan, penanaman, pemupukan hingga perawatan," katanya.
Wagiyono mengatakan, keinginan petani untuk melakukan budidaya tanaman padi di bulak sawah bero itu tidak lain untuk mendukung program pemerintah dalam peningkatan produksi pangan khususnya beras.
"Kami ingin mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang selama ini bero, sehingga harapannya mendapat dukungan dari pemerintah, demi terlaksananya keinginan kami dalam mendukung program swasembada beras," katanya.
Menurut dia, lahan sawah bero yang dimiliki sebanyak 152 petani ini jika nantinya berhasil ditanami maka bisa meningkatkan produksi padi Bantul, dan pihaknya menargetkan produktivitas sekitar tujuh ton gabah kering panen per hektare.
(KR-HRI)