Kulon Progo (Antara Jogja) - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Jawa Tengah berkomitmen untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah dan pelaku usaha mikro kecil menengah, salah satunya dengan memberdayakan nasabah purnabakti.
Kepala Cabang BTPN Purna Bakti Wilayah Jawa Tengah Heri Suseno di Kulon Progo, Selasa, mengatakan BTPN Purna Bakti memberikan pelatihan kepada nasabah purna bakti tentang cara memulai usaha budi daya jumur tiram, jamur kuping dan jamur lingzhi yang bermanfaat untuk kesehatan di Dusun Kanoman, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kami menyadari bahwa untuk bisa tetap produktif dan sejahtera setelah purna tugas, nasabah tidak hanya membutuhkan akses keuangan, tapi juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas," kata Heri.
Ia mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut, BTPN melaksanakan model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk layanan serta kegiatan sehari-hari. Sinergi antara kedua misi tersebut tercermin melalui "daya".
Daya merupakan program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan. Daya memiliki tiga pilar yakni daya sehat sejahtera, daya tumbuh komunitas, dan daya tumbuh usaha. Daya diterapkan pada unit bisnis BTPN yaitu BTPN Purna Bakti.
"Khusus bagi nasabah pensiunan, BTPN memahami bahwa pensiunan tidak hanya membutuhkan layanan jasa keuangan yang cepat dan mudah, juga memiliki kebutuhan lain yakni tetap sehat dan sejahtera. Agar tetap sejahtera, dan produktif di usia senja, BTPN menyiapkan program pelatihan usaha bagi nasabah purnabakti," katanya.
Pensiun dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Subandi, 63, menekuni budi daya jamur.
Ia mengatakan budi daya jamur tidak membutuhkan modal yang besar, hanya membutuhkan dana Rp1,5 juta.
"Usaha jamur ini hanya sebagai pekerjaan sambilan, bukan pekerjaan utama. Yang utama adalah kemauan untuk berusaha dan memberdayakan diri," katanya.
Ia mengatakan untuk menghasilkan siklus budi daya jamur yang konstan, idealnya membutuhkan 500 baglog. Satu baglog jamur harganya Rp2.000 atau modal awal Rp1 juta.
"Kalau di bawah 500 baglog, tanggung jawabnya kurang. Sehingga, minimal 500 baglog supaya bertanggung jawab dan menghasilkan jamur maksimal," katanya.
(KR-STR)
Kepala Cabang BTPN Purna Bakti Wilayah Jawa Tengah Heri Suseno di Kulon Progo, Selasa, mengatakan BTPN Purna Bakti memberikan pelatihan kepada nasabah purna bakti tentang cara memulai usaha budi daya jumur tiram, jamur kuping dan jamur lingzhi yang bermanfaat untuk kesehatan di Dusun Kanoman, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kami menyadari bahwa untuk bisa tetap produktif dan sejahtera setelah purna tugas, nasabah tidak hanya membutuhkan akses keuangan, tapi juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas," kata Heri.
Ia mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut, BTPN melaksanakan model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk layanan serta kegiatan sehari-hari. Sinergi antara kedua misi tersebut tercermin melalui "daya".
Daya merupakan program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan. Daya memiliki tiga pilar yakni daya sehat sejahtera, daya tumbuh komunitas, dan daya tumbuh usaha. Daya diterapkan pada unit bisnis BTPN yaitu BTPN Purna Bakti.
"Khusus bagi nasabah pensiunan, BTPN memahami bahwa pensiunan tidak hanya membutuhkan layanan jasa keuangan yang cepat dan mudah, juga memiliki kebutuhan lain yakni tetap sehat dan sejahtera. Agar tetap sejahtera, dan produktif di usia senja, BTPN menyiapkan program pelatihan usaha bagi nasabah purnabakti," katanya.
Pensiun dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Subandi, 63, menekuni budi daya jamur.
Ia mengatakan budi daya jamur tidak membutuhkan modal yang besar, hanya membutuhkan dana Rp1,5 juta.
"Usaha jamur ini hanya sebagai pekerjaan sambilan, bukan pekerjaan utama. Yang utama adalah kemauan untuk berusaha dan memberdayakan diri," katanya.
Ia mengatakan untuk menghasilkan siklus budi daya jamur yang konstan, idealnya membutuhkan 500 baglog. Satu baglog jamur harganya Rp2.000 atau modal awal Rp1 juta.
"Kalau di bawah 500 baglog, tanggung jawabnya kurang. Sehingga, minimal 500 baglog supaya bertanggung jawab dan menghasilkan jamur maksimal," katanya.
(KR-STR)