Yogyakarta (Antara Jogja) - Seniman memiliki peran efektif menumbuhkan semangat patriotisme dan nasionalisme bangsa melalui karyanya menjelang Hari Ulang Tahun ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia, kata maestro seni rupa Djoko Pekik.

"Seperti zaman perjuangan dulu, pelukis-pelukis mampu mengobarkan semangat rakyat melalui karya-karyanya," kata Djoko Pekik (78) di Yogyakarta, Rabu.

Pelukis senior berjuluk pelukis satu miliar itu mengatakan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, para seniman memiliki kedekatan khusus dengan presiden, sebab dipandang efektif menciptakan karya yang mampu menumbuhkan semangat perjuangan rakyat.

Bahkan, pelukis yang telah berkarya sejak 1953 itu mengatakan, pascakemerdekaan hingga era 70-an, tema kemerdekaan masih menjadi tema idola bagi para seniman lukis sebagai ungkapan kegembiraan Kemerdekaan Indonesia menjelang 17 Agustus.

"Karena bagi mereka (seniman) dulu, kemerdekaan betul-betul bagai rasa emas," ujar perupa yang populer dengan karya lukis berjudul "Berburu Celeng" ini.

Menurut maestro seni rupa itu, lukisan atau karya seni lainnya merupakan sarana penyampaian ide yang paling mudah diserap masyarakat. Sehingga melalui karya pula pemaknaan kembali kemerdekaan Indonesia dapat mudah tersampaikan.

"Karena karya seni dapat menjadi simbol yang menggambarkan semangat perjuangan," ucapnya.

Kendati demikian, ia menyayangkan, saat ini seniman-seniman khususnya yang bergelut di bidang lukis, enggan mengangkat tema kemerdekaan atau perjuangan nasional sebab tema tersebut telah dianggap kuno.

"Seharusnya meski kuno, semangat perjuangan tetap disampaikan kepada masyarakat," imbuhnya.

Untuk konteks saat ini, tema kemerdekaan, menurut Pekik, bukan melulu terfokus pada pencitraan situasi perjuangan melawan penjajah, namun juga dapat berupa kritik membangun terhadap peristiwa kontemporer baik di bidang politik, ekonomi, maupun hukum.

"Kalau sekarang orang melukis situasi gerilya dipandang lucu dan kuno," tambah Pekik.

(T.L007)

Pewarta : Oleh Luqman Hakim
Editor : Agus Priyanto
Copyright © ANTARA 2024