Sleman, (Antara Jogja) - Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) menemukan ada tambahan tiga ekor burung elang yang berdiam di hutan lereng Gunung Merapi sehingga saat ini total populasi elang menjadi enam ekor.
"Memang terpantau beberapa waktu lalu jumlahnya saat ini ada penambahan tiga ekor," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Tri Atmojo, Rabu.
Menurut dia, tambahan jumlah elang ini diketahui ketika petugas TNGM melakukan pengamatan beberapa waktu lalu. Saat berada di Bukit Plawangan petugas menjumpai ada tiga ekor elang.
"Elang yang sempat terpantau tersebut masih kecil, elang-elang tersebut nampak terpantau di Bukit Plawangan," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah penambahan tersebut merupakan hasil perkawinan tiga ekor Elang Jawa yang ada Merapi atau bukan. Sehingga, pihaknya juga belum bisa memastikan jenisnya.
"Kami belum tahu itu hasil perkawinan tiga indukan yang sudah ada di hutan Merapi atau bukan. Selain itu kami juga belum tahu jenisnya apa," katanya.
Tri Atmojo mengatakan, pihak TNGM berencana akan melakukan pengamatan kembali secara intensif guna memastikan jenis tiga ekor elang yang baru ini. Selain itu, pihaknya juga akan merencanakan upaya perlindunganya agar tiga ekor elang ini tetap aman disarangnya.
"Kami akan amati secara intensif termasuk upaya perlindunganya," katanya.
Penjabat Fungsional Pengendali Ekosistem HutanTNGM Dhany Suryawan mengatakan pada kisaran waktu 2009 hingga 2011, jumlah Elang Jawa yang terpantau di kawasan hutan Gunung Merapi pernah mencapai enam ekor.
"Ada beberapa faktor yang memengaruhi seperti bias metode pengamatan, dan ada burung yang bermigrasi ke daerah utara atau sekitar hutang Gunung Merbabu," katanya.
Ia mengatakan, di hutan Merapi sendiri saat ini terpantau ada lima jenis elang yakni jenis Elang Jawa, Elang Hitam, Elang Brontok, Elang Sikep, Elang Madu, dan Elang Bido.
"Dari lima jenis itu, Elang Jawa yang paling sulit berkembang populasinya. Ini dikarenakan binatang tersebut hanya bertelur satu kali dalam setahun dan telur yang dihasilkan hanya satu buah itupun jika tidak dicuri oleh binatang lain," katanya.
Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta Edy Mintaryanto mengatakan, Elang Jawa kini masuk dalam daftar satwa endemik Pulau Jawa yang terancam punah.
"Elang Jawa menjadi salah satu perhatian kami karena populasinya tinggal sedikit," katanya.
Berdasar data BKSDA, di lereng Gunung Merapi sisi selatan terpantau setidaknya 94 jenis burung dari 33 famili. Burung ini tidak endemis di Merapi, namun juga bisa hidup di wilayah lain.
"Selain Elang Jawa, burung jenis Elang Bondol juga menjadi perhatian karena rentan terhadap perburuan," katanya.
(U.V001)
"Memang terpantau beberapa waktu lalu jumlahnya saat ini ada penambahan tiga ekor," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Tri Atmojo, Rabu.
Menurut dia, tambahan jumlah elang ini diketahui ketika petugas TNGM melakukan pengamatan beberapa waktu lalu. Saat berada di Bukit Plawangan petugas menjumpai ada tiga ekor elang.
"Elang yang sempat terpantau tersebut masih kecil, elang-elang tersebut nampak terpantau di Bukit Plawangan," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah penambahan tersebut merupakan hasil perkawinan tiga ekor Elang Jawa yang ada Merapi atau bukan. Sehingga, pihaknya juga belum bisa memastikan jenisnya.
"Kami belum tahu itu hasil perkawinan tiga indukan yang sudah ada di hutan Merapi atau bukan. Selain itu kami juga belum tahu jenisnya apa," katanya.
Tri Atmojo mengatakan, pihak TNGM berencana akan melakukan pengamatan kembali secara intensif guna memastikan jenis tiga ekor elang yang baru ini. Selain itu, pihaknya juga akan merencanakan upaya perlindunganya agar tiga ekor elang ini tetap aman disarangnya.
"Kami akan amati secara intensif termasuk upaya perlindunganya," katanya.
Penjabat Fungsional Pengendali Ekosistem HutanTNGM Dhany Suryawan mengatakan pada kisaran waktu 2009 hingga 2011, jumlah Elang Jawa yang terpantau di kawasan hutan Gunung Merapi pernah mencapai enam ekor.
"Ada beberapa faktor yang memengaruhi seperti bias metode pengamatan, dan ada burung yang bermigrasi ke daerah utara atau sekitar hutang Gunung Merbabu," katanya.
Ia mengatakan, di hutan Merapi sendiri saat ini terpantau ada lima jenis elang yakni jenis Elang Jawa, Elang Hitam, Elang Brontok, Elang Sikep, Elang Madu, dan Elang Bido.
"Dari lima jenis itu, Elang Jawa yang paling sulit berkembang populasinya. Ini dikarenakan binatang tersebut hanya bertelur satu kali dalam setahun dan telur yang dihasilkan hanya satu buah itupun jika tidak dicuri oleh binatang lain," katanya.
Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta Edy Mintaryanto mengatakan, Elang Jawa kini masuk dalam daftar satwa endemik Pulau Jawa yang terancam punah.
"Elang Jawa menjadi salah satu perhatian kami karena populasinya tinggal sedikit," katanya.
Berdasar data BKSDA, di lereng Gunung Merapi sisi selatan terpantau setidaknya 94 jenis burung dari 33 famili. Burung ini tidak endemis di Merapi, namun juga bisa hidup di wilayah lain.
"Selain Elang Jawa, burung jenis Elang Bondol juga menjadi perhatian karena rentan terhadap perburuan," katanya.
(U.V001)