Yogyakarta, (Antara Jogja) - Tenaga Profesional Lembaga Ketahanan Nasional Bidang Pemantapan Nilai Kebangsaan Irjen Pol (Purn) Srijono berharap budaya saling menyalahkan yang terbangun saat ini perlu segera dihilangkan karena tidak sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.
"Jangan saling menyalahkan, lihat diri masing-masing kira-kira apa yang mau kita perbuat untuk bangsa," kata Srijono dalam Seminar Pamantapan Nilai Kebangsaan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat.
Menurut Srijono, di antara nilai kebangsaan yang belum optimal diimplementasikan saat ini adalah nilai gotong royong, toleransi, dan keadilan sosial yang masuk dalam Sesanti Bhineka Tunggal Ika.
"Kalau saling mementingkan diri sendiri dan kelompok mau dibawa ke mana negeri ini," kata dia.
Cerminan negatif dari budaya saling menyalahkan dan mementingkan diri dan kelompok, menurut dia, dapat terlihat dalam sejarah Kerajaan Singosari.
Akibat perpecahan dan saling memperjuangkan kepentingan sendiri, ujarnya, kerajaan itu tidak berumur panjang.
"Yang seharusnya dibangun saat ini adalah bagaimana caranya bersama-sama memajukan bangsa. Jangan sampai menghabiskan energi hanya untuk sesuatu yang tidak produktif," kata dia.
Menurut dia, meski memiliki sumber daya alam dan populasi penduduk yang melimpah, Indonesia saat ini masih harus bersaing dengan negara-negara maju lain yang terus berfokus membangun budaya bekerja keras.
Prancis, menurut dia, salah satu contoh negara maju yang justru berhasil mengolah sumber daya alam Indonesia yang belum optimal digarap.
"Prancis berhasil memproduksi parfum dengan kualitas terbaik di dunia. Padahal 95 persen bahan bakunya dibeli dari Indonesia dengan harga yang sangat murah," kata dia.
Oleh sebab itu, Srijono memandang perlu dilakukan kembali pemantapan nilai-nilai kebangsaan dengan menonjolkan budaya gotong royong, bekerja keras, dan saling berempati untuk kepentingan seluruh rakyat tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan.
"Saya rasa lembaga pendidikan perlu kembali memperkuat penanaman nilai-nilai kebangsaan sejak dini," kata dia.***2***
(L007)
"Jangan saling menyalahkan, lihat diri masing-masing kira-kira apa yang mau kita perbuat untuk bangsa," kata Srijono dalam Seminar Pamantapan Nilai Kebangsaan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat.
Menurut Srijono, di antara nilai kebangsaan yang belum optimal diimplementasikan saat ini adalah nilai gotong royong, toleransi, dan keadilan sosial yang masuk dalam Sesanti Bhineka Tunggal Ika.
"Kalau saling mementingkan diri sendiri dan kelompok mau dibawa ke mana negeri ini," kata dia.
Cerminan negatif dari budaya saling menyalahkan dan mementingkan diri dan kelompok, menurut dia, dapat terlihat dalam sejarah Kerajaan Singosari.
Akibat perpecahan dan saling memperjuangkan kepentingan sendiri, ujarnya, kerajaan itu tidak berumur panjang.
"Yang seharusnya dibangun saat ini adalah bagaimana caranya bersama-sama memajukan bangsa. Jangan sampai menghabiskan energi hanya untuk sesuatu yang tidak produktif," kata dia.
Menurut dia, meski memiliki sumber daya alam dan populasi penduduk yang melimpah, Indonesia saat ini masih harus bersaing dengan negara-negara maju lain yang terus berfokus membangun budaya bekerja keras.
Prancis, menurut dia, salah satu contoh negara maju yang justru berhasil mengolah sumber daya alam Indonesia yang belum optimal digarap.
"Prancis berhasil memproduksi parfum dengan kualitas terbaik di dunia. Padahal 95 persen bahan bakunya dibeli dari Indonesia dengan harga yang sangat murah," kata dia.
Oleh sebab itu, Srijono memandang perlu dilakukan kembali pemantapan nilai-nilai kebangsaan dengan menonjolkan budaya gotong royong, bekerja keras, dan saling berempati untuk kepentingan seluruh rakyat tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan.
"Saya rasa lembaga pendidikan perlu kembali memperkuat penanaman nilai-nilai kebangsaan sejak dini," kata dia.***2***
(L007)