Jakarta (Antara) - Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta persoalan impor senjata api yang dilakukan instansinya tidak dijadikan polemik kembali di kalangan masyarakat.
Polemik itu tidak perlu terjadi lagi karena saat ini pemerintah sudah membentuk tim internal yang dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto.
"Oleh karena itu, saya berpikir bahwa polemik mengenai senjata api termasuk yang di Brimob tidak menjadi polemik yang berkelanjutan," kata Tito dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi III DPR, Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan saat ini pemerintah sudah membentuk tim internal yang dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) untuk membuat aturan teknis mengenai regulasi pembelian senjata api.
Menurut dia, biarkan tim internal pemerintah dulu untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi dan nanti tentunya dari polhukam akan menyampaikan ke publik.
Tito juga menegaskan hubungan antara Polri dengan TNI merupakan hal yang penting dalam menjaga NKRI sehingga pembelian senjata api impor yang membuat perspektif di publik hubungan kedua institusi itu mengalami konflik, tidak benar.
"Bapak Panglima TNI (Jenderal TNI Gatot Nurmantyo) sepakat dengan kami saat apel lalu, sudah menyampaikan tegas dengan Polri bahwa hubungan Polri dengan TNI di semua lini harus solid. Saya sudah perintahkan jajaran Polri jangan terpengaruh dengan isu-isu ini," ujarnya.
Sebelumnya beredar informasi bahwa ada senjata yang ditahan Badan Intelijen Strategis (BAIS TNI) yaitu senjata Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kal 40 x 46 milimeter sebanyak 280 pucuk dan 5.932 butir peluru.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto membenarkan informasi yang menyebutkan bahwa senjata yang berada di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten adalah milik instansinya.
Menurut Setyo, pengadaan senjata tersebut semuanya sudah sesuai dengan prosedur, mulai dari perencanaan hingga proses lelang.
"Kemudian proses berikutnya ditinjau staf Irwasum dan BPKP. Sampai dengan pengadaannya dan pembeliannya pihak ketiga dan proses masuk ke Indonesia dan masuk ke pabean Soekarno-Hatta," ujarnya.
Namun, Setyo membantah penahanan tersebut karena pengadaan ini sudah diketahui Dankor Brimob Irjen Pol Murad Ismail dan BAIS TNI. ***2*** (I028)