Jakarta (Antaranews Jogja) - Imbal hasil obligasi AS membuat nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, melemah sebesar 19 poin sehingga menjadi Rp15.194 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp15.175 per dolar AS.

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova, di Jakarta, Jumat mengatakan sentimen imbal hasil obligasi Amerika Serikat masih menjadi salah satu faktor yang membebani pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS.

"Imbal hasil obligasi AS yang berada di atas angka tiga persen memicu dana-dana di pasar negara berkembang mengalir ke sana sehingga permintaan dolar AS meningkat dan menekan rupiah," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, fluktuasi rupiah relatif kondusif masih di bawah angka Rp15.200 per dolar AS, menunjukkan fundamental ekonomi nasional yang solid.

"Kondisi nilai tukar rupiah saat ini menunjukkan kepercayaan pelaku pasar terhadap kondisi perekonomian domestik di tengah perkembangan global yang bervariasi," katanya.

Ia mengatakan pelaku pasar optimistis pertumbuhan ekonomi 2018 dapat mencapai di atas lima persen, situasi itu cukup berpengaruh positif bagi rupiah secara jangka menengah dan panjang.

"Jangka pendek rupiah akan tetap berfluktuasi merespon sentimen berita terbaru, namun untuk jangka panjang pergerakannya masih akan positif," katanya.

 

Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024