Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Ribuan alumni Universitas Gadjah Mada mengikuti pawai "Nitilaku" atau napak tilas dengan berjalan kaki dari Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Kampus UGM, Bulaksumur, Minggu, untuk mengenang proses perjalanan berdirinya kampus itu.
Ribuan peserta pawai yang mengenakan pakaian adat daerah maing-masing dilepas oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Gubernur Jateng sekaligus Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo, serta Rektor UGM Panut Mulyono.
"Inilah cara kita menghayati sebuah perjalanan panjang (berdirinya UGM) yang diwujudkan dalam kegiatan fisik, ada seni, dan budaya," kata Ganjar di sela acara itu.
Kegiatan yang mengusung tema "Perguruan Kebangsaan" itu menjadi bagian dalam rangkaian Dies Natalis UGM ke-69 serta Dies Natalis Kagama ke-60.
Menurut Ganjar, kegiatan Nitilaku memiliki filosofi dan pesan agar civitas dan alumni Kampus UGM tidak pernah lupa dengan peran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berkontribusi besar dalam penderian kampus itu. "Kampus enggak boleh lupa dengan keraton," kata dia.
Dalam kegiatan Nitilaku yang dimulai dari Pagelaran Keraton Yogyakarta, para peserta yang mengenakan aneka kostum daerah harus menyusuri perkampungan warga yang menjadi rute untuk menuju titi akhir di kampus UGM. "Di antara Keraton dan kampus (UGM) selalu ada masyarakat yang tercermin dalam kampung," kata dia.
Selain itu, menurut Ganjar, pengemasan acara pawai yang menonjolkan konsep zaman dahulu (jadul) juga memiliki tujuan agar masyarakat, khususnya para alumni UGM tidak lupa dengan sejarah.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan saat awal berdiri, UGM melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Keraton Yogyakarta. Usai kampus UGM dibangun, kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke Gedung Pusat UGM
"Salah satu tujuannya untuk mengenang kembali masa-masa berdirinya UGM, di sana peran Keraton Yogyakarta sangat vital," kata Panut.
Ia berharap melalui kegiatan Nitilaku ini tidak hanya sebagai media mengenang masa lalu UGM. Namun, juga diharapkan dapat menjaga semangat UGM untuk terus meningkatkan kontribusi bagi bangsa bersama masyarakat.
Selain itu, juga bisa dijadikan sebagai kegiatan tahunan yang dapat berkontribusi dan menjadi wisata baru di DIY.
Ribuan peserta pawai yang mengenakan pakaian adat daerah maing-masing dilepas oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Gubernur Jateng sekaligus Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo, serta Rektor UGM Panut Mulyono.
"Inilah cara kita menghayati sebuah perjalanan panjang (berdirinya UGM) yang diwujudkan dalam kegiatan fisik, ada seni, dan budaya," kata Ganjar di sela acara itu.
Kegiatan yang mengusung tema "Perguruan Kebangsaan" itu menjadi bagian dalam rangkaian Dies Natalis UGM ke-69 serta Dies Natalis Kagama ke-60.
Menurut Ganjar, kegiatan Nitilaku memiliki filosofi dan pesan agar civitas dan alumni Kampus UGM tidak pernah lupa dengan peran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berkontribusi besar dalam penderian kampus itu. "Kampus enggak boleh lupa dengan keraton," kata dia.
Dalam kegiatan Nitilaku yang dimulai dari Pagelaran Keraton Yogyakarta, para peserta yang mengenakan aneka kostum daerah harus menyusuri perkampungan warga yang menjadi rute untuk menuju titi akhir di kampus UGM. "Di antara Keraton dan kampus (UGM) selalu ada masyarakat yang tercermin dalam kampung," kata dia.
Selain itu, menurut Ganjar, pengemasan acara pawai yang menonjolkan konsep zaman dahulu (jadul) juga memiliki tujuan agar masyarakat, khususnya para alumni UGM tidak lupa dengan sejarah.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan saat awal berdiri, UGM melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Keraton Yogyakarta. Usai kampus UGM dibangun, kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke Gedung Pusat UGM
"Salah satu tujuannya untuk mengenang kembali masa-masa berdirinya UGM, di sana peran Keraton Yogyakarta sangat vital," kata Panut.
Ia berharap melalui kegiatan Nitilaku ini tidak hanya sebagai media mengenang masa lalu UGM. Namun, juga diharapkan dapat menjaga semangat UGM untuk terus meningkatkan kontribusi bagi bangsa bersama masyarakat.
Selain itu, juga bisa dijadikan sebagai kegiatan tahunan yang dapat berkontribusi dan menjadi wisata baru di DIY.