Jakarta (ANTARA) - Atlet-atlet nasional gagal menembus catatan waktu Limit A yang merupakan syarat mengikuti Olimpiade Tokyo 2020 dalam kejuaraan nasional Festival Akuatik Indonesia (FAI) 2019 di Gelora Bung Karno.

Dalam Kejurnas renang tersebut, catatan waktu atlet-atlet Indonesia dari berbagai nomor masih belum bisa tembus dari batas minimum Limit A Olimpiade. Meski begitu Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) menganggap Kejurnas sebagai pengukur kemampuan atlet.

"Ini bisa jadi pengukur kemampuan atlet-atlet kita. Ini harus menjadi evaluasi atlet, ternyata saya kurang segini, saya masih harus Improve segini. Ini kan baru awal belum akhir segalanya. Evaluasi harus terus kita lakukan," ujar Wakil Ketua Umum PB PRSI, Harlin E. Rahardjo, Minggu.

Merujuk pada situs resmi FINA, limit A untuk nomor 100 meter gaya punggung putra adalah 53,85 detik, 400 meter gaya ganti (01 menit 59.67 detik), 800 meter gaya bebas (07 menit 54.31 detik), 1500 meter gaya bebas (15 menit 00.99), dan 100 meter gaya kupu-kupu (52.77 detik).

Nomor-nomor itu yang akan coba dikejar perenang Indonesia seperti Siman Sudartawa, A Fadlan Prawira, hingga Triadi Fauzi dalam Olimpiade Tokyo 2020.

Siman akan mengejar di nomor 100 meter gaya punggung, Fadlan akan mengejar di nomor 400 meter gaya ganti, 800 meter gaya bebas, dan 1500 meter gaya bebas, sementara Triadi akan mengejar di 100 meter gaya kupu-kupu.

Menurut dia, masih ada bagi para atlet untuk mengejar batas waktu syarat olimpiade hingga Juni 2020 mendatang. Ia berharap para atlet bisa mengembangkan potensinya baik saat Pelatnas maupun di klubnya masing-masing.

Ia juga mengaku bangga atas suksesnya Kejurnas FAI 2019, karena penyelenggaraan ini diakui Federasi Renang Internasional (FINA). Dengan begitu, Indonesia bisa mudah menyelenggarakan turnamen yang diakui induk federasi renang tersebut.

"Indonesia bisa diakui menjadi kualifikasi FINA. Ada perenang Jepang yang datang ke sini, itu berarti apa? Tim panitia penyelenggara kita itu mendapat pengakuan, jadi kalau kita bikin turnamen internasional lagi itu lebih mudah," katanya.

Disinggung mengenai agenda Pelatnas, saat ini PRSI tengah menyusun program untuk diajukan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ditargetkan, Pelatnas bisa dimulai pada Mei 2019 untuk persiapan SEA Games di Manila, Filipina.

Menyoal anggaran, PRSI juga dipusingkan dengan batasan anggaran untuk Pelatnas. Awalnya menganggarkan Rp50 milyar  dengan rincian 26 atlet renang, 12 atlet loncat indah dan 13 atlet polo air. Namun yang disetujui hanya Rp9 miliar.

Dengan begitu, PRSI harus memutar otak agar Pelatnas berjalan dengan lancar dan optimal, salah satunya pengurangan atlet dari cabang renang dan loncat indah.

"Jadi renang itu dari 26 atlet yang tadinya kita ajukan mungkin jadi 10. Loncat indah dari 12 jadi 2. Nah yang ga bisa dikurangi itu polo air. Cuma polo air trial ke Serbianya jadi kita masih memikirkan bagaimana mencari budget tambahan," kata dia.

"Dan padahal polo air bisa mendapatkan emas. Potensi emasnya besar, renang pun, dari empat kita bisa tambah menjadi lima sampai enam (emas), cuma tergantung gimana kita ke depan," kata dia.


Pewarta : Asep Firmansyah
Editor : Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024