Yogyakarta (ANTARA) - Sebagian besar masyarakat, khususnya di Pulau Jawa, tentu tidak asing dengan menu makanan berupa gulai kambing.
Masakan berkuah yang berbahan utama berupa daging kambing dan kental dengan rasa dari bumbu berbagai rempah itu sengaja disiapkan Takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta sebagai menu pertama takjil atau hidangan berbuka puasa pada Ramadhan tahun ini.
Gulai kambing memang menjadi menu buka puasa paling favorit dan populer di masjid yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1773 itu. Tak sedikit masyarakat baik lokal maupun dari luar daerah itu yang hafal dengan jadwal penyajian menu tersebut, yakni setiap hari Kamis selama Bulan Suci Ramadhan.
Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Azman Latif mengatakan bahwa pemilihan gulai kambing sebagai menu pertama pembuka puasa itu berdasarkan pertimbangan tentang banyaknya warga Yogyakarta maupun masyarakat dari luar daerah itu yang menyukai menu tersebut.
Tujuan utama pihaknya menyiapkan menu makanan berupa gulai kambing itu, yakni untuk membuat masyarakat merasakan kegembiraan dalam menyongsong Bulan Puasa Ramadhan.
"Kami punya kewajiban menggembirakan orang beribadah. Mereka harus kita dukung jangan sampai beribadah dalam keadaan sedih dan susah," kata Azman.
Penyajian menu gulai kambing itu merupakan tradisi khas di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Tradisi tersebut sudah mengakar sejak Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII serta pada masa kehidupan pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 1868-1923.
Pada saat itu, Raja Keraton Yogyakarta memulai tradisi memberikan sedekah kepada kaum duafa, berupa menu makanan gulai kambing. Hingga saat ini, tradisi tersebut masih dilanjutkan di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta selama Bulan Puasa Ramadhan.
Sebelum tiba waktu berbuka dan menyantap hidangan menarik itu, masyarakat biasanya sudah mulai berdatangan ke masjid setempat sejak pukul 16.00 WIB. Pada pukul 17.00 WIB, di serambi masjid tersebut sudah dipenuhi masyarakat yang datang dari berbagai daerah untuk mengikuti pengajian menjelang buka puasa. Pengajian tersebut disampaikan oleh berbagai tokoh.
Selain jamaah dari kalangan umat Muslim, tidak jarang masyarakat yang menghadiri acara buka bersama secara gratis di masjid tersebut juga berasal dari masyarakat umum dengan latar belakang, baik suku maupun agama yang berbeda-beda.
Menu buka puasa yang akan dihidangkan hingga berjumlah antara 1.400-2.000 bungkus setiap hari di masjid itu, selalu berganti. Selain gulai kambing, aneka menu tradisional lainnya juga disajikan pada kesempatan tersebut, yakni brongkos, asem-asem ayam, sambal goreng krecek, serta opor ayam.
Baca juga: Ribuan wisatawan memadati pantai Gunung Kidul untuk "padusan"
Seleksi Ketat
Sebagai masjid bersejarah yang lekat dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, penyajian makanan untuk berbuka puasa untuk masyarakat. tidak bisa hanya sembarangan. Seluruh hidangan yang akan disajikan telah melalui seleksi secara ketat dari belasan pelaku usaha katering. Seleksi ketat itu, antara lain mulai dari aspek rasa, kebersihan, kesehatan, hingga penyajiannya.
Selain menyangkut kualitas, kata dia, aspek kesehatan dan kebersihan memang menjadi prioritas utama. Hal itu, untuk melindungi para jamaah dari keracunan makanan atau hal lain yang tidak dikehendaki bersama.
Untuk memastikan kesehatan masakan terjamin, bahkan pihak panitia harus mengecek kondisi tempat untuk memasak di masing-masing pemilik usaha katering.
Yayanti, salah satu pengusaha katering yang akan menyajikan gulai kambing di Masjid Gedhe Kauman itu, mengakui bahwa pihaknya harus bersaing dengan pengusaha katering lainnya.
Meski hampir setiap tahun lolos sebagai salah satu penyaji hidangan buka puasa di masjid itu, setiap Bulan Ramadhan Yayanti harus kembali mengikuti tahap
seleksi secara ketat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Dari puluhan usaha katering yang mengajukan, menurut Yayanti, hanya 11 katering yang dinyatakan lolos bekerja sama dengan pihak Takmir Masjid Gedhe Kauman pada Ramadhan tahun ini.
Untuk memasak gulai kambing yang sehat dan berkualitas, warga kompleks Masjid Gedhe Kauman itu, mengakui bahwa dirinya harus mencari penyedia daging kambing yang telah dikenal dalam menerapkan metode penyembelihan hingga pengelolaan daging kambing yang sehat serta sesuai ketentuan.
Untuk penyajian 1.800 bungkus masakan gulai kambing pada hari pertama, pemilik warung makan di Jalan K.H. Ahmad Dahlan Kota Yogyakarta itu diminta menyediakan sebanyak 350 bungkus.
Adapun 1.450 bungkus lainnya disajikan oleh sejumlah pengusaha katering lain yang juga dinyatakan telah memenuhi syarat oleh takmir masjid. Untuk harga setiap satu bungkus gulai kambing, takmir membeli Rp11 ribu dari Yayanti.
Seluruh hidangan takjil di Masjid Gedhe Kauman merupakan murni hasil gotong royong atau sumbangan dari masyarakat.
Pada Ramadhan tahun ini, banyak masyarakat yang berbondong-bondong memberikan donasi hingga terkumpul dana dengan nilai totalnya mencapai Rp650 juta. Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, pada 2009 sumbangan donatur mencapai Rp130 juta dan pada 2010 terus meningkat menjadi Rp170 juta.
Selain untuk keperluan takjil, dana dari sumbangan yang terkumpul dari masyarakat tersebut juga digunakan untuk membiayai beragam keperluan, untuk kegiatan Ramadhan lainnya di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta itu.
Baca juga: Ribuan warga Bantul rayakan 'padusan' menjelang bulan Ramadhan
Masakan berkuah yang berbahan utama berupa daging kambing dan kental dengan rasa dari bumbu berbagai rempah itu sengaja disiapkan Takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta sebagai menu pertama takjil atau hidangan berbuka puasa pada Ramadhan tahun ini.
Gulai kambing memang menjadi menu buka puasa paling favorit dan populer di masjid yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1773 itu. Tak sedikit masyarakat baik lokal maupun dari luar daerah itu yang hafal dengan jadwal penyajian menu tersebut, yakni setiap hari Kamis selama Bulan Suci Ramadhan.
Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Azman Latif mengatakan bahwa pemilihan gulai kambing sebagai menu pertama pembuka puasa itu berdasarkan pertimbangan tentang banyaknya warga Yogyakarta maupun masyarakat dari luar daerah itu yang menyukai menu tersebut.
Tujuan utama pihaknya menyiapkan menu makanan berupa gulai kambing itu, yakni untuk membuat masyarakat merasakan kegembiraan dalam menyongsong Bulan Puasa Ramadhan.
"Kami punya kewajiban menggembirakan orang beribadah. Mereka harus kita dukung jangan sampai beribadah dalam keadaan sedih dan susah," kata Azman.
Penyajian menu gulai kambing itu merupakan tradisi khas di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Tradisi tersebut sudah mengakar sejak Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII serta pada masa kehidupan pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 1868-1923.
Pada saat itu, Raja Keraton Yogyakarta memulai tradisi memberikan sedekah kepada kaum duafa, berupa menu makanan gulai kambing. Hingga saat ini, tradisi tersebut masih dilanjutkan di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta selama Bulan Puasa Ramadhan.
Sebelum tiba waktu berbuka dan menyantap hidangan menarik itu, masyarakat biasanya sudah mulai berdatangan ke masjid setempat sejak pukul 16.00 WIB. Pada pukul 17.00 WIB, di serambi masjid tersebut sudah dipenuhi masyarakat yang datang dari berbagai daerah untuk mengikuti pengajian menjelang buka puasa. Pengajian tersebut disampaikan oleh berbagai tokoh.
Selain jamaah dari kalangan umat Muslim, tidak jarang masyarakat yang menghadiri acara buka bersama secara gratis di masjid tersebut juga berasal dari masyarakat umum dengan latar belakang, baik suku maupun agama yang berbeda-beda.
Menu buka puasa yang akan dihidangkan hingga berjumlah antara 1.400-2.000 bungkus setiap hari di masjid itu, selalu berganti. Selain gulai kambing, aneka menu tradisional lainnya juga disajikan pada kesempatan tersebut, yakni brongkos, asem-asem ayam, sambal goreng krecek, serta opor ayam.
Baca juga: Ribuan wisatawan memadati pantai Gunung Kidul untuk "padusan"
Seleksi Ketat
Sebagai masjid bersejarah yang lekat dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, penyajian makanan untuk berbuka puasa untuk masyarakat. tidak bisa hanya sembarangan. Seluruh hidangan yang akan disajikan telah melalui seleksi secara ketat dari belasan pelaku usaha katering. Seleksi ketat itu, antara lain mulai dari aspek rasa, kebersihan, kesehatan, hingga penyajiannya.
Selain menyangkut kualitas, kata dia, aspek kesehatan dan kebersihan memang menjadi prioritas utama. Hal itu, untuk melindungi para jamaah dari keracunan makanan atau hal lain yang tidak dikehendaki bersama.
Untuk memastikan kesehatan masakan terjamin, bahkan pihak panitia harus mengecek kondisi tempat untuk memasak di masing-masing pemilik usaha katering.
Yayanti, salah satu pengusaha katering yang akan menyajikan gulai kambing di Masjid Gedhe Kauman itu, mengakui bahwa pihaknya harus bersaing dengan pengusaha katering lainnya.
Meski hampir setiap tahun lolos sebagai salah satu penyaji hidangan buka puasa di masjid itu, setiap Bulan Ramadhan Yayanti harus kembali mengikuti tahap
seleksi secara ketat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Dari puluhan usaha katering yang mengajukan, menurut Yayanti, hanya 11 katering yang dinyatakan lolos bekerja sama dengan pihak Takmir Masjid Gedhe Kauman pada Ramadhan tahun ini.
Untuk memasak gulai kambing yang sehat dan berkualitas, warga kompleks Masjid Gedhe Kauman itu, mengakui bahwa dirinya harus mencari penyedia daging kambing yang telah dikenal dalam menerapkan metode penyembelihan hingga pengelolaan daging kambing yang sehat serta sesuai ketentuan.
Untuk penyajian 1.800 bungkus masakan gulai kambing pada hari pertama, pemilik warung makan di Jalan K.H. Ahmad Dahlan Kota Yogyakarta itu diminta menyediakan sebanyak 350 bungkus.
Adapun 1.450 bungkus lainnya disajikan oleh sejumlah pengusaha katering lain yang juga dinyatakan telah memenuhi syarat oleh takmir masjid. Untuk harga setiap satu bungkus gulai kambing, takmir membeli Rp11 ribu dari Yayanti.
Seluruh hidangan takjil di Masjid Gedhe Kauman merupakan murni hasil gotong royong atau sumbangan dari masyarakat.
Pada Ramadhan tahun ini, banyak masyarakat yang berbondong-bondong memberikan donasi hingga terkumpul dana dengan nilai totalnya mencapai Rp650 juta. Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, pada 2009 sumbangan donatur mencapai Rp130 juta dan pada 2010 terus meningkat menjadi Rp170 juta.
Selain untuk keperluan takjil, dana dari sumbangan yang terkumpul dari masyarakat tersebut juga digunakan untuk membiayai beragam keperluan, untuk kegiatan Ramadhan lainnya di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta itu.
Baca juga: Ribuan warga Bantul rayakan 'padusan' menjelang bulan Ramadhan