Kulon Progo (ANTARA) - Tim Pengendali Inflasi Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok atau pangan, keterjangkauan harga dan kelancaran distribusi hingga awal 2020.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kulon Progo Adnan Widodo di Kulon Progo, Senin, mengatakan untuk memengetahui hal tersebut dilakukan pemantauan harga bahan kebutuhan pokok secara berkala, pemantauan ketersediaan bahan kebutuhan pokok menjelang hari besar keagamaan.
"Pemkab melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berkoordinasi dengan TPID provinsi DIY, sehingga dapat diambil langkah-langkah antisipasi apabila terjadi perkembangan inflasi yang tinggi, misalnya melalui operasi pasar," kata Adnan.
Ia mengatakan TPID memiliki tugas antara melakukan pengumpulan data dan informasi perkembangan harga barang kebutuhan pokok dan penting serta jasa pada tingkat kabupaten, melakukan koordinasi dengan tim pengendalian inflasi provinsi.
"Selain itu, melakukan langkah-langkah lainnya dalam rangka penyelesaian hambatan dan permasalahan pengendalian inflasi pada tingkat kabupaten," katanya.
Selanjutnya, berdasarkan laporan perekonomian DIY triwulan II 2019 Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY diketahui bahwa perekonomian DIY secara umum tumbuh relatif solid dengan pencapaian di atas pertumbuhan ekonomi nasional, lapangan usaha konstruksi memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Program pembangunan infrastruktur yang mempunyai andil terhadap pertumbuhan ekonomi juga diupayakan tetap berlangsung di waktu mendatang contohnya pembangunan jalan jalur bedah menoreh, pembangunan objek wisata," katanya.
Lebih lanjut, Adnan mengatakan untuk memperkuat perekonomian daerah gerakan bela dan beli Kulon Progo yang telah dijalankan lebih didorong lagi. Dari sisi produksi produk-produk lokal ditingkatkan jumlah dan macamnya baik pada produk pangan, industri, kerajinan.
Dari segi konsumsi penggunaan produk lokal oleh masyarakat Kulon Progo juga didorong dengan dimulai contoh penggunaan produk lokal oleh aparatur sipil negara. Sebagai contoh, konsumsi bahan pangan yang mempunyai andil terhadap inflasi seperti protein yang berasal dari daging impor dikampanyekan untuk dikurangi, diganti dengan konsumsi ikan lele yang diproduksi oleh pembudi daya ikan Kulon Progo.
"Gerakan bela beli Kulon Progo juga sangat berdampak pada kenaikan ketahanan pangan lokal, sehingga masyarakat tidak mudah terkena resesi ekonomi yang sedang menghantam perekonomian Indonesia," katanya.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kulon Progo Adnan Widodo di Kulon Progo, Senin, mengatakan untuk memengetahui hal tersebut dilakukan pemantauan harga bahan kebutuhan pokok secara berkala, pemantauan ketersediaan bahan kebutuhan pokok menjelang hari besar keagamaan.
"Pemkab melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berkoordinasi dengan TPID provinsi DIY, sehingga dapat diambil langkah-langkah antisipasi apabila terjadi perkembangan inflasi yang tinggi, misalnya melalui operasi pasar," kata Adnan.
Ia mengatakan TPID memiliki tugas antara melakukan pengumpulan data dan informasi perkembangan harga barang kebutuhan pokok dan penting serta jasa pada tingkat kabupaten, melakukan koordinasi dengan tim pengendalian inflasi provinsi.
"Selain itu, melakukan langkah-langkah lainnya dalam rangka penyelesaian hambatan dan permasalahan pengendalian inflasi pada tingkat kabupaten," katanya.
Selanjutnya, berdasarkan laporan perekonomian DIY triwulan II 2019 Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY diketahui bahwa perekonomian DIY secara umum tumbuh relatif solid dengan pencapaian di atas pertumbuhan ekonomi nasional, lapangan usaha konstruksi memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Program pembangunan infrastruktur yang mempunyai andil terhadap pertumbuhan ekonomi juga diupayakan tetap berlangsung di waktu mendatang contohnya pembangunan jalan jalur bedah menoreh, pembangunan objek wisata," katanya.
Lebih lanjut, Adnan mengatakan untuk memperkuat perekonomian daerah gerakan bela dan beli Kulon Progo yang telah dijalankan lebih didorong lagi. Dari sisi produksi produk-produk lokal ditingkatkan jumlah dan macamnya baik pada produk pangan, industri, kerajinan.
Dari segi konsumsi penggunaan produk lokal oleh masyarakat Kulon Progo juga didorong dengan dimulai contoh penggunaan produk lokal oleh aparatur sipil negara. Sebagai contoh, konsumsi bahan pangan yang mempunyai andil terhadap inflasi seperti protein yang berasal dari daging impor dikampanyekan untuk dikurangi, diganti dengan konsumsi ikan lele yang diproduksi oleh pembudi daya ikan Kulon Progo.
"Gerakan bela beli Kulon Progo juga sangat berdampak pada kenaikan ketahanan pangan lokal, sehingga masyarakat tidak mudah terkena resesi ekonomi yang sedang menghantam perekonomian Indonesia," katanya.