Gunung Kidul (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merawat 12 orang yang diduga terpapar penyakit antraks, satu orang di antaranya sudah meninggal dunia pada akhir 2019.
Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti di Gunung Kidul, Jumat mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah para pasien itu positif antraks atau tidak.
"Kami masih menunggu sampel darah yang diperiksa di laboratorium di Bogor, Jawa Barat," kata Triyani.
Ia mengatakan sejak kasus antraks muncul pertengahan 2019, RSUD Wonosari menyiapkan ruangan dan dokter penyakit dalam untuk menangani jika ada pasien dugaan antraks. Sejak Desember 2019, pihaknya menerima 12 orang yang berasal dari daerah diduga terpapar antraks, satu di antaranya meninggal dunia.
Ia mengatakan ada pasien yang mengarah ke antraks, dari wilayah sapi yang mati yang berada di Desa Gombang, Kecamatan Ponjong. Manajemen RSUD Wonosari sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas Karangmojo, diterima di IGD ini diagnosanya masih terduga.
"Jadi jika dua kriteria ini pasien berasal dari wilayah diduga ada antraks dan berasal dari wilayah ada diduga antraks itu. Dokter penyakit dalam akan mendiagnosa suspect. Kami tidak bisa mendiagnosa itu antraks, karena pastinya diagnosa antraks harus ada hasil laboratirum sampel darah yang dikirim ke Bogor," katanya.
Triyani mengatakan darah pasien yang diduga terpapar antraks langsung dikirim ke laboratorium oleh Dinas Kesehatan. Pasien yang dirawat sebelumnya mengonsumsi daging sapi yang terkena antraks.
"Sampel darah pasien yang mengirim Dinas Kesehatan, kami belum menerima hasil laboratorium. Sehingga pasien kami rawat sampai membaik dan yang meninggal ini masih suspect,” katanya.
Ia mengatakan pasien dengan gejala batuk akan dilakukan isolasi, karena bisa juga terpapar Tubercolosis. Namun demikian, untuk terduga penyakit antraks diberikan satu ruangan yang sama agar memudahkan untuk penanganan.
"Gejala antraks berbeda-beda, kalau yang berat kami rumah sakit Tipe C di sini, dengan istilahnya punya keterbatasan. Kalau memang dari SDM dan peralatan tidak memungkinkan akan dirujuk," katanya.
Sememtara itu, Kepala Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, Supriyanto, mengakui ada warganya yang meninggal dunia belum lama ini. Di sana ada beberapa ternak yang mati mendadak, dan belum diketahui penyebabnya.
Dia mengakui seekor sapi disembelih warga saat hampir mati, dan dua sapi lainnya dikubur. "Sapi yang hampir mati disembelih oleh warga, dan dagingnya dibagikan ke beberapa warga. Itu sapi yang mati pertama,” katanya.
Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti di Gunung Kidul, Jumat mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah para pasien itu positif antraks atau tidak.
"Kami masih menunggu sampel darah yang diperiksa di laboratorium di Bogor, Jawa Barat," kata Triyani.
Ia mengatakan sejak kasus antraks muncul pertengahan 2019, RSUD Wonosari menyiapkan ruangan dan dokter penyakit dalam untuk menangani jika ada pasien dugaan antraks. Sejak Desember 2019, pihaknya menerima 12 orang yang berasal dari daerah diduga terpapar antraks, satu di antaranya meninggal dunia.
Ia mengatakan ada pasien yang mengarah ke antraks, dari wilayah sapi yang mati yang berada di Desa Gombang, Kecamatan Ponjong. Manajemen RSUD Wonosari sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas Karangmojo, diterima di IGD ini diagnosanya masih terduga.
"Jadi jika dua kriteria ini pasien berasal dari wilayah diduga ada antraks dan berasal dari wilayah ada diduga antraks itu. Dokter penyakit dalam akan mendiagnosa suspect. Kami tidak bisa mendiagnosa itu antraks, karena pastinya diagnosa antraks harus ada hasil laboratirum sampel darah yang dikirim ke Bogor," katanya.
Triyani mengatakan darah pasien yang diduga terpapar antraks langsung dikirim ke laboratorium oleh Dinas Kesehatan. Pasien yang dirawat sebelumnya mengonsumsi daging sapi yang terkena antraks.
"Sampel darah pasien yang mengirim Dinas Kesehatan, kami belum menerima hasil laboratorium. Sehingga pasien kami rawat sampai membaik dan yang meninggal ini masih suspect,” katanya.
Ia mengatakan pasien dengan gejala batuk akan dilakukan isolasi, karena bisa juga terpapar Tubercolosis. Namun demikian, untuk terduga penyakit antraks diberikan satu ruangan yang sama agar memudahkan untuk penanganan.
"Gejala antraks berbeda-beda, kalau yang berat kami rumah sakit Tipe C di sini, dengan istilahnya punya keterbatasan. Kalau memang dari SDM dan peralatan tidak memungkinkan akan dirujuk," katanya.
Sememtara itu, Kepala Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, Supriyanto, mengakui ada warganya yang meninggal dunia belum lama ini. Di sana ada beberapa ternak yang mati mendadak, dan belum diketahui penyebabnya.
Dia mengakui seekor sapi disembelih warga saat hampir mati, dan dua sapi lainnya dikubur. "Sapi yang hampir mati disembelih oleh warga, dan dagingnya dibagikan ke beberapa warga. Itu sapi yang mati pertama,” katanya.