Yogyakarta (ANTARA) - Usai melakukan pemantauan kondisi stok pangan dan pola konsumsi masyarakat saat terjadi pandemi COVID-19, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta menyebut stok pangan mencukupi, tetapi terjadi penurunan tingkat konsumsi di masyarakat.

“Kami melakukan pendataan terhadap persediaan 11 jenis bahan kebutuhan pokok, baik yang dijual di toko, pasar maupun di distributor. Rata-rata, semua komoditas dalam kondisi mencukupi,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, meskipun sebagian bahan kebutuhan pokok di Kota Yogyakarta didatangkan dari luar daerah, namun tidak ada hambatan dalam proses distribusi dari distributor sehingga ketersediaannya pun cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kami lakukan pendataan untuk bahan pokok seperti beras, gula pasir, minyak goreng, telur, dan lainnya,” katanya.

Pendataan persediaan bahan kebutuhan pokok tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut dari instruksi Kementerian Dalam Negeri agar semua daerah membentuk tim ketahanan pangan daerah.

“Dari kegiatan pendataan tersebut juga bisa dipetakan daerah atau kecamatan mana saja yang kesulitan mengakses bahan kebutuhan pokok,” katanya.

Hanya saja, lanjut Sugeng, kesulitan akses bahan kebutuhan pokok tersebut tidak lantas dimaknai sebagai kesulitan warga menjangkau bahan kebutuhan pokok, tetapi lebih disebabkan daya beli warga menurun karena kondisi ekonominya terdampak pandemi.

“Saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta juga memiliki cadangan beras sebanyak 16,7 ton. Saya kira jumlahnya cukup banyak dan bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu saat dibutuhkan,” katanya.

Sedangkan untuk pola konsumsi, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta membedakannya dalam dua kategori yaitu pola konsumsi rumah tangga dan pola konsumsi industri pendukung jasa pariwisata.

Untuk konsumsi rumah tangga, Sugeng mengatakan tidak terjadi penurunan tingkat konsumsi yang signifikan selama pandemi COVID-19 yaitu turun lima hingga 10 persen.

“Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada warga miskin terdampak pandemi COVID-19 bisa mendorong tingkat konsumsi masyarakat sehingga tetap terjaga,” katanya.

Namun tingkat konsumsi untuk industri jasa pendukung pariwisata mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu mencapai sekitar 50 persen disebabkan hampir tidak ada kegiatan pariwisata selama pandemi.

Sebelumnya Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan kekuatan gotong royong masyarakat mendukung kondisi ketahanan pangan di Kota Yogyakarta selama masa pandemi.

“Muncul gerakan ngluwihi mbagehi (melebihkan membagi) yaitu memberikan bantuan ke warga yang membutuhkan. Bahkan nilai bantuan sosial dari masyarakat secara langsung untuk warga lainnya cukup banyak. Masing-masing lebih Rp3 miliar untuk April dan Mei,” katanya.

 


Pewarta : Eka Arifa Rusqiyati
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024