Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau kelompok petani untuk bersiap memasuki masa tanam padi karena musim hujan diprediksi terjadi pada awal Oktober 2020.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Sabtu, mengatakan berdasarkan informasi BMKG, diperkirakan awal musim hujan terjadi pada Oktober atau dasarian ketiga Oktober dan diperkirakan berlangsung hingga dasarian pertama November 2020.
"Ini berarti musim hujan diperkirakan akan datang dalam waktu kurang dari sebulan lagi. Untuk itu, kami minta segera kelompok tani segera menyiapkan lahan pertanian, pupuk hingga benih dengan baik," kata Bambang.
Ia mengatakan Dinas Pertanian dan Pangaan Gunung Kidul, saat ini sudah mulai mendistribusikan bantuan benih hingga pupuk bersubsidi ke kelompok tani.
Kendati begitu, Bambang mengakui sampai saat ini masih ada petani yang masih melakukan penanaman ubi kayu. Sebagian wilayah pun belum mulai memanen hasil dari ubi kayu tersebut.
"Kami perkirakan lumbung cadangan pangan rumah tangga tani saat ini masih berlimpah, sehingga mereka belum tergesa untuk memanen ubi kayunya," katanya.
Untuk itu, ia meminta para petani mempercepat proses panen ubi kayu tersebut. Pascapanen, lahan yang digunakan akan dipersiapkan untuk memulai masa tanam padi pertama di periode 2020/2021.
"Kami minta tanaman ubi kayu segera dipanen supaya segera dapat mempersiapkan masa tanam berikutnya," katanya.
Kabid Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Raharjo Yuwono mengatakan pada musim kemarau ini, petani di Gunung Kidul memang secara umum memilih menanam ubi kayu. Sebab sesuai kondisi iklim, tanaman ini dianggap lebih hemat air apalagi saat ini di beberapa wilayah mengalami kekeringan.
"Pola budi daya pangan di Gunung Kidul memang demikian. Kalau tidak menanam ubi kayu, mereka memilih tidak menanam sama sekali sampai musim hujan datang," katanya.
Namun bukan berarti petani tak melakukan antisipasi. Ia mengatakan mereka memaksimalkan penggunaan dam parit yang menampung air dari hujan dan sungai sekitarnya. Air inilah yang digunakan untuk mengairi lahan.
Selama musim kemarau ini, Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul sebelum menerima laporan dari kelompok tani mengenai masalah irigasi. Bahkan Raharjo menyebut ada beberapa wilayah yang tetap melakukan penanaman padi.
BMKG sendiri beberapa waktu lalu menyebut musim kemarau kali ini cenderung basah. Hujan tetap turun meski curah sedikit, yaitu di kisaran 50 sampai 100 mm di September ini.
"Seperti di wilayah Pringombo, Nglipar. Padi di sana kondisinya sehat meskipun di musim kemarau saat ini," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Sabtu, mengatakan berdasarkan informasi BMKG, diperkirakan awal musim hujan terjadi pada Oktober atau dasarian ketiga Oktober dan diperkirakan berlangsung hingga dasarian pertama November 2020.
"Ini berarti musim hujan diperkirakan akan datang dalam waktu kurang dari sebulan lagi. Untuk itu, kami minta segera kelompok tani segera menyiapkan lahan pertanian, pupuk hingga benih dengan baik," kata Bambang.
Ia mengatakan Dinas Pertanian dan Pangaan Gunung Kidul, saat ini sudah mulai mendistribusikan bantuan benih hingga pupuk bersubsidi ke kelompok tani.
Kendati begitu, Bambang mengakui sampai saat ini masih ada petani yang masih melakukan penanaman ubi kayu. Sebagian wilayah pun belum mulai memanen hasil dari ubi kayu tersebut.
"Kami perkirakan lumbung cadangan pangan rumah tangga tani saat ini masih berlimpah, sehingga mereka belum tergesa untuk memanen ubi kayunya," katanya.
Untuk itu, ia meminta para petani mempercepat proses panen ubi kayu tersebut. Pascapanen, lahan yang digunakan akan dipersiapkan untuk memulai masa tanam padi pertama di periode 2020/2021.
"Kami minta tanaman ubi kayu segera dipanen supaya segera dapat mempersiapkan masa tanam berikutnya," katanya.
Kabid Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Raharjo Yuwono mengatakan pada musim kemarau ini, petani di Gunung Kidul memang secara umum memilih menanam ubi kayu. Sebab sesuai kondisi iklim, tanaman ini dianggap lebih hemat air apalagi saat ini di beberapa wilayah mengalami kekeringan.
"Pola budi daya pangan di Gunung Kidul memang demikian. Kalau tidak menanam ubi kayu, mereka memilih tidak menanam sama sekali sampai musim hujan datang," katanya.
Namun bukan berarti petani tak melakukan antisipasi. Ia mengatakan mereka memaksimalkan penggunaan dam parit yang menampung air dari hujan dan sungai sekitarnya. Air inilah yang digunakan untuk mengairi lahan.
Selama musim kemarau ini, Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul sebelum menerima laporan dari kelompok tani mengenai masalah irigasi. Bahkan Raharjo menyebut ada beberapa wilayah yang tetap melakukan penanaman padi.
BMKG sendiri beberapa waktu lalu menyebut musim kemarau kali ini cenderung basah. Hujan tetap turun meski curah sedikit, yaitu di kisaran 50 sampai 100 mm di September ini.
"Seperti di wilayah Pringombo, Nglipar. Padi di sana kondisinya sehat meskipun di musim kemarau saat ini," katanya.