Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemuda dan Olahraga RI menyatakan kesiapannya membangun laboratorium antidoping di Indonesia sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap penegakan anti doping.
"Pertimbangan utama kita akan bangun laboratorium anti doping di Indonesia, karena selama ini untuk tes doping kita harus mengirim sample ke luar negeri dan itu biayanya mahal sehingga berpengaruh terhadap sedikitnya jumlah sample tes doping di Indonesia," kata Menpora Zainudin Amali saat keterangan resmi usai rapat virtual bersama dengan Presiden Badan Anti Doping Dunia (WADA) Witold Banka di Montreal Kanada, Rabu.
"Ke depan dengan adanya labolatorium ini saya berharap jumlah tes bisa meningkat signifikan," sambung dia yang dalam rapat virtual itu didampingi Sesmenpora Gatot S Dewa Broto, Ketua Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) Zaini Khadafi Saragih dan Sekretaris LADI Firtian Judiswandarta.
Bentuk komitmen pemerintah terhadap lembaga anti doping adalah dengan meningkatkan anggaran dibanding tahun sebelumnya.
"Kami sampaikan bahwa rencana keuangan dukungan terhadap LADI meningkat sekitar 500 persen pada tahun 2021, yang diantaranya akan digunakan untuk peningkatan jumlah tes doping dan pembangunan labolatorium di Indonesia," kata Zainuddin.
"Kami sangat mendukung program anti doping di Indonesia dan tidak mentolerir kasus doping sekecil apapun, jika ditemukan indikasi maka kami berkomitmen untuk memberikan sanksi berat kepada pihak-pihak yang terlibat."
"Komitmen peningkatan jumlah tes doping dan rencana pembanguan labolatorium doping merupakan bagian dari keseriusan kami dalam upaya 'bidding' tuan rumah Olimpiade 2032," kata dia.
Banka mengapreasiasi pertemuan virtual ini dan mengajak berbagai pihak bersinergi dalam mengkampanyekan program anti doping.
"Diskusi ini penting bagi WADA, saya sampaikan terima kasih atas kerja samanya dengan WADA. Salah satu ide kunci ialah mendorong lebih banyak sektor publik yang terlibat dalam kampanye anti doping. Pertemuan hari ini sangat penting, semoga kerja sama ini bisa berjalan dengan baik," kata Banka.
LADI turut menyambut baik pesan Menpora yang akan membangun laboratorium anti doping di Indonesia apalagi jumlah labolatorium anti doping masih sangat terbatas khususnya untuk wilayah Asia.
"Di seluruh dunia hanya sekitar 30, di Asia Tenggara hanya dua di Penang Malaysia dan di Bangkok Thailand. Jadi kalau kita kirim sampel harus ke India, Qatar, atau Bangkok Thailand. Oleh karenanya saya menyambut baik dan mendukung apa yang disampaikan Menpora RI yang berencana membangun laboratorium anti doping di Indonesia," jelas dia.
"Pertimbangan utama kita akan bangun laboratorium anti doping di Indonesia, karena selama ini untuk tes doping kita harus mengirim sample ke luar negeri dan itu biayanya mahal sehingga berpengaruh terhadap sedikitnya jumlah sample tes doping di Indonesia," kata Menpora Zainudin Amali saat keterangan resmi usai rapat virtual bersama dengan Presiden Badan Anti Doping Dunia (WADA) Witold Banka di Montreal Kanada, Rabu.
"Ke depan dengan adanya labolatorium ini saya berharap jumlah tes bisa meningkat signifikan," sambung dia yang dalam rapat virtual itu didampingi Sesmenpora Gatot S Dewa Broto, Ketua Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) Zaini Khadafi Saragih dan Sekretaris LADI Firtian Judiswandarta.
Bentuk komitmen pemerintah terhadap lembaga anti doping adalah dengan meningkatkan anggaran dibanding tahun sebelumnya.
"Kami sampaikan bahwa rencana keuangan dukungan terhadap LADI meningkat sekitar 500 persen pada tahun 2021, yang diantaranya akan digunakan untuk peningkatan jumlah tes doping dan pembangunan labolatorium di Indonesia," kata Zainuddin.
"Kami sangat mendukung program anti doping di Indonesia dan tidak mentolerir kasus doping sekecil apapun, jika ditemukan indikasi maka kami berkomitmen untuk memberikan sanksi berat kepada pihak-pihak yang terlibat."
"Komitmen peningkatan jumlah tes doping dan rencana pembanguan labolatorium doping merupakan bagian dari keseriusan kami dalam upaya 'bidding' tuan rumah Olimpiade 2032," kata dia.
Banka mengapreasiasi pertemuan virtual ini dan mengajak berbagai pihak bersinergi dalam mengkampanyekan program anti doping.
"Diskusi ini penting bagi WADA, saya sampaikan terima kasih atas kerja samanya dengan WADA. Salah satu ide kunci ialah mendorong lebih banyak sektor publik yang terlibat dalam kampanye anti doping. Pertemuan hari ini sangat penting, semoga kerja sama ini bisa berjalan dengan baik," kata Banka.
LADI turut menyambut baik pesan Menpora yang akan membangun laboratorium anti doping di Indonesia apalagi jumlah labolatorium anti doping masih sangat terbatas khususnya untuk wilayah Asia.
"Di seluruh dunia hanya sekitar 30, di Asia Tenggara hanya dua di Penang Malaysia dan di Bangkok Thailand. Jadi kalau kita kirim sampel harus ke India, Qatar, atau Bangkok Thailand. Oleh karenanya saya menyambut baik dan mendukung apa yang disampaikan Menpora RI yang berencana membangun laboratorium anti doping di Indonesia," jelas dia.