Jakarta (ANTARA) - Menghadapi tantangan misinformasi, Tiktok telah memulai program cek fakta Asia Pasifik dengan menggandeng sejumlah ahli cek fakta sebagai mitra.
"Kami telah memulai Program cek fakta Asia Pasifik, bekerja sama dengan pemeriksa fakta terkemuka di industri, AFP dan Lead Stories," ujar Director, Trust & Safety, TikTok, Asia Pacific, dikutip dari laman resmi TikTok, Jumat.
Arjun mengatakan TikTok sebagai platform sosial bertanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan pengalaman edukasi pengguna dan mencegah penyebaran berita palsu.
"Kami telah meningkatkan upaya untuk mengidentifikasi konten yang tidak terverifikasi yang beredar di internet, yang mungkin terlihat sebagai "fakta" atau "berita" di mata publik," kata Arjun.
Selain itu, TikTok telah menerapkan sistem untuk memungkinkan pengguna dengan mudah melaporkan misnformasi dalam aplikasi.
TikTok juga memperluas tim internal yang bertanggung jawab untuk mendeteksi dan mencegah misinformasi serta disinformasi.
"Misinformasi atau disinformasi yang disengaja seperti itu dapat menyebabkan kerusakan di dunia nyata, dan bertentangan dengan misi kami untuk membangun komunitas berbasis kepercayaan, dimana interaksi yang otentik dapat berkembang," ujar Arjun.
Program pemeriksa fakta pihak ketiga ini memanfaatkan tim pemeriksa fakta yang meninjau dan memverifikasi laporan konten.
Setelah informasi dipastikan salah atau menyesatkan, TikTok mengambil langkah proaktif untuk menghapus konten sesuai dengan Panduan Komunitas dan memberi tahu pengguna.
"Kami berkomitmen untuk memerangi misinformasi yang berbahaya, yang berhubungan dengan bidang medis dan pemilu, media sintetis, berita palsu, dan konspirasi di platform kami, dengan Program Pemeriksaan Fakta baru ini," kata Arjun.
Kemitraan ini akan mencakup AFP yang bertugas di Filipina, Indonesia, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru, sedangkan Lead Stories memperluas cakupannya ke Thailand dan Korea.
Tim ini juga akan memeriksa dan memberikan rekomendasi seputar fungsi tertentu, termasuk kebijakan, produk, dan proses.
Awal bulan ini, TikTok juga telah meluncurkan Dewan Penasihat Keamanan Asia Pasifik, yang akan membantu memberikan saran tentang kebijakan moderasi konten dan masalah kepercayaan dan keamanan khusus untuk Asia Pasifik.
Dalam rangka membangun komitmen terhadap transparansi, Tiktok juga merilis Laporan Transparansi global untuk enam bulan pertama tahun 2020, yang merinci bagaimana TikTok bekerja untuk menciptakan platform yang aman dan terjamin.
"Misinformasi dan disinformasi adalah tantangan yang terus dihadapi industri ini dan kami yakin Program Pemeriksaan Fakta Asia Pasifik ini akan membantu memastikan bahwa pengguna kami dapat terus membuat dan belajar di TikTok dengan aman dan nyaman," ujar Arjun.
"Kami telah memulai Program cek fakta Asia Pasifik, bekerja sama dengan pemeriksa fakta terkemuka di industri, AFP dan Lead Stories," ujar Director, Trust & Safety, TikTok, Asia Pacific, dikutip dari laman resmi TikTok, Jumat.
Arjun mengatakan TikTok sebagai platform sosial bertanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan pengalaman edukasi pengguna dan mencegah penyebaran berita palsu.
"Kami telah meningkatkan upaya untuk mengidentifikasi konten yang tidak terverifikasi yang beredar di internet, yang mungkin terlihat sebagai "fakta" atau "berita" di mata publik," kata Arjun.
Selain itu, TikTok telah menerapkan sistem untuk memungkinkan pengguna dengan mudah melaporkan misnformasi dalam aplikasi.
TikTok juga memperluas tim internal yang bertanggung jawab untuk mendeteksi dan mencegah misinformasi serta disinformasi.
"Misinformasi atau disinformasi yang disengaja seperti itu dapat menyebabkan kerusakan di dunia nyata, dan bertentangan dengan misi kami untuk membangun komunitas berbasis kepercayaan, dimana interaksi yang otentik dapat berkembang," ujar Arjun.
Program pemeriksa fakta pihak ketiga ini memanfaatkan tim pemeriksa fakta yang meninjau dan memverifikasi laporan konten.
Setelah informasi dipastikan salah atau menyesatkan, TikTok mengambil langkah proaktif untuk menghapus konten sesuai dengan Panduan Komunitas dan memberi tahu pengguna.
"Kami berkomitmen untuk memerangi misinformasi yang berbahaya, yang berhubungan dengan bidang medis dan pemilu, media sintetis, berita palsu, dan konspirasi di platform kami, dengan Program Pemeriksaan Fakta baru ini," kata Arjun.
Kemitraan ini akan mencakup AFP yang bertugas di Filipina, Indonesia, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru, sedangkan Lead Stories memperluas cakupannya ke Thailand dan Korea.
Tim ini juga akan memeriksa dan memberikan rekomendasi seputar fungsi tertentu, termasuk kebijakan, produk, dan proses.
Awal bulan ini, TikTok juga telah meluncurkan Dewan Penasihat Keamanan Asia Pasifik, yang akan membantu memberikan saran tentang kebijakan moderasi konten dan masalah kepercayaan dan keamanan khusus untuk Asia Pasifik.
Dalam rangka membangun komitmen terhadap transparansi, Tiktok juga merilis Laporan Transparansi global untuk enam bulan pertama tahun 2020, yang merinci bagaimana TikTok bekerja untuk menciptakan platform yang aman dan terjamin.
"Misinformasi dan disinformasi adalah tantangan yang terus dihadapi industri ini dan kami yakin Program Pemeriksaan Fakta Asia Pasifik ini akan membantu memastikan bahwa pengguna kami dapat terus membuat dan belajar di TikTok dengan aman dan nyaman," ujar Arjun.