Yogyakarta (ANTARA) - Warga Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, mulai memasang patok tanah mereka sendiri sebagai bentuk dukungan kelanjutan pembangunan Bendungan Bener yang menjadi megaproyek pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Yogyakarta.
"Kemarin (29/4) masyarakat yang ingin segera dibebaskan tanahnya secara bersama-sama memasang patok tanahnya sendiri. Hal itu wujud dukungan agar segera dilakukan dan dilanjutkan proyek pembangunan Bendungan Bener," kata Kepala Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Bener, Yusra dalam keterangan tertulis, Jumat.
Menurut dia, pemasangan patok tanah oleh warga yang ingin segera tanahnya dibebaskan juga sebagai wujud pembelaan kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak yang beberapa kali mencoba datang ke lokasi selalu dihadang dan diusir beberapa orang tak dikenal di wilayah Wadas.
"Beberapa kali kami sempat dihadang dan diusir. Karenanya warga melakukan pematokan tanahnya sendiri wujud dukungan, persejutuan dan pembelaan terhadap BBWS. Harapannya agar tanah miliknya segera dibebaskan," katanya.
Yusra menjelaskan, mayoritas masyarakat di Desa Wadas dan desa-desa lainnya yang setuju sekaligus mendukung pembangunan Bendungan Bener, menyatakan sanggup membebaskan tanahnya dengan ganti rugi yang telah disepakati.
Akan tetapi, kata dia, disinyalir ada beberapa orang atau kelompok yang mengatasnamakan komunitas atau LSM mendatangi masyarakat Wadas dan desa lainnya untuk mengintimidasi, memprovokasi dan berikan tekanan agar masyarakat menolak proyek pembangunan bendungan.
Tekanan-tekanan yang nyaris sebagai bentuk teror kepada masyarakat tersebut menurutnya telah mencederai kehidupan bermasyarakat warga Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo yang selama ini hidup dalam kerukunan, tenang, nyaman dan damai.
"Kami menerima adanya laporan telah terjadi aksi intimidasi dan tekanan kepada masyarakat, utamanya yang setuju dan mendukung pembangunan bendungan. Mayoritas warga setuju dan telah disepakati pembebasan tanah mengingat proyek bendungan ini punya manfaat besar demi kesejahteraan masyarakat," katanya.
Namun seiring perjalanan waktu, masyarakat mulai berani melakukan perlawanan kepada kelompok-kelompok tak bertanggungjawab tersebut, salah satunya dengan memasang sejumlah poster dan spanduk tolak intervensi, dan diadudomba oleh pihak luar, dan terbaru mulai memasang patok tanahnya sendiri.
"Kemarin (29/4) masyarakat yang ingin segera dibebaskan tanahnya secara bersama-sama memasang patok tanahnya sendiri. Hal itu wujud dukungan agar segera dilakukan dan dilanjutkan proyek pembangunan Bendungan Bener," kata Kepala Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Bener, Yusra dalam keterangan tertulis, Jumat.
Menurut dia, pemasangan patok tanah oleh warga yang ingin segera tanahnya dibebaskan juga sebagai wujud pembelaan kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak yang beberapa kali mencoba datang ke lokasi selalu dihadang dan diusir beberapa orang tak dikenal di wilayah Wadas.
"Beberapa kali kami sempat dihadang dan diusir. Karenanya warga melakukan pematokan tanahnya sendiri wujud dukungan, persejutuan dan pembelaan terhadap BBWS. Harapannya agar tanah miliknya segera dibebaskan," katanya.
Yusra menjelaskan, mayoritas masyarakat di Desa Wadas dan desa-desa lainnya yang setuju sekaligus mendukung pembangunan Bendungan Bener, menyatakan sanggup membebaskan tanahnya dengan ganti rugi yang telah disepakati.
Akan tetapi, kata dia, disinyalir ada beberapa orang atau kelompok yang mengatasnamakan komunitas atau LSM mendatangi masyarakat Wadas dan desa lainnya untuk mengintimidasi, memprovokasi dan berikan tekanan agar masyarakat menolak proyek pembangunan bendungan.
Tekanan-tekanan yang nyaris sebagai bentuk teror kepada masyarakat tersebut menurutnya telah mencederai kehidupan bermasyarakat warga Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo yang selama ini hidup dalam kerukunan, tenang, nyaman dan damai.
"Kami menerima adanya laporan telah terjadi aksi intimidasi dan tekanan kepada masyarakat, utamanya yang setuju dan mendukung pembangunan bendungan. Mayoritas warga setuju dan telah disepakati pembebasan tanah mengingat proyek bendungan ini punya manfaat besar demi kesejahteraan masyarakat," katanya.
Namun seiring perjalanan waktu, masyarakat mulai berani melakukan perlawanan kepada kelompok-kelompok tak bertanggungjawab tersebut, salah satunya dengan memasang sejumlah poster dan spanduk tolak intervensi, dan diadudomba oleh pihak luar, dan terbaru mulai memasang patok tanahnya sendiri.