Bantul (ANTARA) - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Muhammad Mardiono mengunjungi rumah anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal akibat tepapar COVID-19 di Dusun Paker, Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden, agar semua aparatur negara, pejabat tinggi negara, termasuk saya sebagai anggota Watimpres yang membidangi kesejahteraan rakyat untuk memantau, meninjau keadaan di lapangan apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita," kata Mardiono usai tinjauan di Bantul, Sabtu.
Menurut dia, pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung hampir dua tahun berdampak pada korban meninggal sebanyak 144.116 jiwa per 6 Januari 2022, sementara menurut data Kemensos hingga akhir September 2021, terdapat 30.766 anak menjadi yatim, piatu dan yatim piatu akibat COVID-19.
"Makanya hari ini saya menjalankan arahan Bapak Presiden dalam rangka mengetahui persis di lapangan, karena korban COVID-19 yang jumlahnya 140 ribu lebih ini menyisakan duka terhadap adik-adik kita, generasi penerus bangsa yang kehilangan ayah, dan ibunya," katanya.
Oleh karena itu, lanjut anggota Wantimpres, keberadaan anak yatim, piatu dan yatim piatu di Indonesia mencapai 30 ribu anak termasuk yang ada di Bantul tersebut harus mendapat perhatian khusus dari negara bersama pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah pusat.
"Mari bergandeng tangan, bergotong royong kita pantau bersama agar adik-adik ini tidak kehilangan kesempatan untuk menempuh pendidikan, berjuang meniti, menapaki masa depan. Dan ini perlu perhatikan khusus, apalagi adik-adik ini pernah mengalami trauma yang mendalam," katanya.
Dia mengatakan, kunjungan kerja menindaklanjuti arahan Presiden untuk meninjau sekaligus memberikan santunan dalam bentuk pembayaran kebutuhan dan biaya sekolah terhadap anak-anak korban akibat COVID-19 secara nasional dimulai dari Kabupaten Bantul, dan kemudian berlanjut ke daerah lain.
"Di Kabupaten Bantul itu ada sembilan adik-adik usia tiga sampai 14 tahun yang ayah ibunya meninggal akibat COVID-19, jadi ini menjalankan tugas negara dan sesuai arahan Pak Presiden, dan secara nasional saya mulai memantau dari Bantul," katanya.
"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden, agar semua aparatur negara, pejabat tinggi negara, termasuk saya sebagai anggota Watimpres yang membidangi kesejahteraan rakyat untuk memantau, meninjau keadaan di lapangan apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita," kata Mardiono usai tinjauan di Bantul, Sabtu.
Menurut dia, pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung hampir dua tahun berdampak pada korban meninggal sebanyak 144.116 jiwa per 6 Januari 2022, sementara menurut data Kemensos hingga akhir September 2021, terdapat 30.766 anak menjadi yatim, piatu dan yatim piatu akibat COVID-19.
"Makanya hari ini saya menjalankan arahan Bapak Presiden dalam rangka mengetahui persis di lapangan, karena korban COVID-19 yang jumlahnya 140 ribu lebih ini menyisakan duka terhadap adik-adik kita, generasi penerus bangsa yang kehilangan ayah, dan ibunya," katanya.
Oleh karena itu, lanjut anggota Wantimpres, keberadaan anak yatim, piatu dan yatim piatu di Indonesia mencapai 30 ribu anak termasuk yang ada di Bantul tersebut harus mendapat perhatian khusus dari negara bersama pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah pusat.
"Mari bergandeng tangan, bergotong royong kita pantau bersama agar adik-adik ini tidak kehilangan kesempatan untuk menempuh pendidikan, berjuang meniti, menapaki masa depan. Dan ini perlu perhatikan khusus, apalagi adik-adik ini pernah mengalami trauma yang mendalam," katanya.
Dia mengatakan, kunjungan kerja menindaklanjuti arahan Presiden untuk meninjau sekaligus memberikan santunan dalam bentuk pembayaran kebutuhan dan biaya sekolah terhadap anak-anak korban akibat COVID-19 secara nasional dimulai dari Kabupaten Bantul, dan kemudian berlanjut ke daerah lain.
"Di Kabupaten Bantul itu ada sembilan adik-adik usia tiga sampai 14 tahun yang ayah ibunya meninggal akibat COVID-19, jadi ini menjalankan tugas negara dan sesuai arahan Pak Presiden, dan secara nasional saya mulai memantau dari Bantul," katanya.