Gunung Kidul (ANTARA) - Balai Besar Veteriner Wates merekomendasikan Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak mengeluarkan hewan ternak dari lokasi penyebaran bakteri antraks di Kecamatan Gedangsari dan Ponjong untuk mencegah penyebaran antraks.
Kepala Balai Besar Veteriner Wates Hendra Wibawa di Gunung Kidul, Senin, mengatakan berdasarkan hasil investigasi BBVet Wates dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Gunung Kidul di dua kecamatan tersebut ditemukan 11 ekor sapi dan empat ekor kambing positif bakteri antraks.
"Untuk mencegah penyebaran bakteri antraks, kami merekomendasikan hendaknya pemkab tidak mengeluarkan sapi atau hewan ternak lain dari wilayah itu sampai pengendalian selesai. Kemudian, perlu adanya percepatan pengobatan pada hewan ternak dan vaksinasi di lokasi dan sekitar penyebaran antraks," kata Hendra.
Selain itu, BBVet Wates merekomendasikan kepada Pemkab Gunung Kidul memperketat keluar masuk hewan ternak di wilayah penyebaran antraks supaya mudah dikendalikan.
"Perlu adanya pengawasan yang ketat hewan yang keluar dan masuk ke Gunung Kidul, khususnya di lokasi penyebaran antraks," katanya.
Menurut Hendra, hewan yang terkena antraks bisa disembuhkan bila ditangani dengan cepat, mulai dari pemberian obat dan pelaksanaan vaksinasi. Penyembuhan membutuhkan waktu tiga sampai empat minggu dengan catatan dilakukan pengobatan dengan cepat.
"Pengobatan dan vaksinasi, serta penanganan yang cepat dapat mengendalikan penyebaran bakteri antraks," katanya.
Ia juga mengaku indikasi penyebaran bakteri antraks di Gunung Kidul terjadi pada pertengahan Desember, tapi BBVet Wates mendapatkan laporan pada Januari. Setelah mendapat laporan, BBVet Wates dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunung Kidul melakukan investigasi.
"Sampai saat ini tidak ada penambahan kematian hewan ternak, karena Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah bergerak cepat melakukan pengobatan supaya bakteri antraks tidak menyebar," katanya.
Sementara itu, Bupati Gunung Kidul Sunaryanta mengakui adanya temuan hewan terkena bakteri antraks. Namun, masyarakat yang positif antraks belum ada dari hasil laboratorium.
"Masyarakat ada indikasi terkena bakteri antraks, namun secara medis belum ada yang menyatakan kondisi itu. Kita tunggu saja," katanya.
Kepala Balai Besar Veteriner Wates Hendra Wibawa di Gunung Kidul, Senin, mengatakan berdasarkan hasil investigasi BBVet Wates dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Gunung Kidul di dua kecamatan tersebut ditemukan 11 ekor sapi dan empat ekor kambing positif bakteri antraks.
"Untuk mencegah penyebaran bakteri antraks, kami merekomendasikan hendaknya pemkab tidak mengeluarkan sapi atau hewan ternak lain dari wilayah itu sampai pengendalian selesai. Kemudian, perlu adanya percepatan pengobatan pada hewan ternak dan vaksinasi di lokasi dan sekitar penyebaran antraks," kata Hendra.
Selain itu, BBVet Wates merekomendasikan kepada Pemkab Gunung Kidul memperketat keluar masuk hewan ternak di wilayah penyebaran antraks supaya mudah dikendalikan.
"Perlu adanya pengawasan yang ketat hewan yang keluar dan masuk ke Gunung Kidul, khususnya di lokasi penyebaran antraks," katanya.
Menurut Hendra, hewan yang terkena antraks bisa disembuhkan bila ditangani dengan cepat, mulai dari pemberian obat dan pelaksanaan vaksinasi. Penyembuhan membutuhkan waktu tiga sampai empat minggu dengan catatan dilakukan pengobatan dengan cepat.
"Pengobatan dan vaksinasi, serta penanganan yang cepat dapat mengendalikan penyebaran bakteri antraks," katanya.
Ia juga mengaku indikasi penyebaran bakteri antraks di Gunung Kidul terjadi pada pertengahan Desember, tapi BBVet Wates mendapatkan laporan pada Januari. Setelah mendapat laporan, BBVet Wates dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunung Kidul melakukan investigasi.
"Sampai saat ini tidak ada penambahan kematian hewan ternak, karena Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah bergerak cepat melakukan pengobatan supaya bakteri antraks tidak menyebar," katanya.
Sementara itu, Bupati Gunung Kidul Sunaryanta mengakui adanya temuan hewan terkena bakteri antraks. Namun, masyarakat yang positif antraks belum ada dari hasil laboratorium.
"Masyarakat ada indikasi terkena bakteri antraks, namun secara medis belum ada yang menyatakan kondisi itu. Kita tunggu saja," katanya.