Yogyakarta (ANTARA) - Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Kebun telah memberangkatkan banyak lulusan SMA/SMK sederajat untuk bekerja di Jepang dalam rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
"LPK Kebun didirikan oleh para profesional, master, dan doktoral dari universitas ternama di Jepang yang diinisiasi ASEAN Nagoya Club (ANC) Japan. Berbekal pengalaman dan jaringan bisnis dengan perusahaan Jepang, kami ingin membantu para lulusan SMA/SMK serta perguruan tinggi untuk memiliki kesempatan magang dan bekerja di Jepang," kata Founder sekaligus Advisor LPK Kebun Indra Kesuma Nasution dalam rilis, Rabu.
Di Negeri Sakura, lanjut Indra, potensi para lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi ini bisa dikembangkan karena mereka dapat bekerja di sejumlah perusahaan yang menerapkan budaya disiplin tinggi. Apa yang dilakukan LPK Kebun ini juga bertujuan untuk mendukung program Pemerintah Indonesia dalam rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Menurut dia, angka pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran pada Agustus 2021 mencapai 9,1 juta orang.
Tingginya angka pengangguran di Indonesia, terlebih di masa pandemi COVID-19, mendorong LPK Kebun yang didirikan Indra Kesuma Nasution Ph.D dan Dr.Eng Mardiansyah Mardis pada 2017 itu untuk jemput bola dengan melakukan sosialisasi langsung ke peserta di daerah. Selain itu, LPK Kebun juga bekerja sama dengan lembaga pelatihan kerja (LPK) di sejumlah daerah.
Wakil Direktur LPK Kebun Popo Febrian M.Hum menuturkan, sebelum diberangkatkan ke Jepang, para peserta mendapatkan pelatihan dan pendidikan di LPK Kebun yang berada di Bekasi, Jawa Barat. Mereka lebih dulu diseleksi dengan ketat untuk menjaga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan standar perusahaan Jepang.
Di LPK Kebun, para calon peserta dilatih Bahasa Jepang. Jadi begitu siap diberangkatkan, Bahasa Jepang mereka sudah berada di level N3 atau N4 atau sesuai standar yang telah ditentukan.
"Selain itu, mereka juga dilatih bagaimana membentuk karakter, kepribadian, dan kedisiplinan. Dua poin penting dalam standar pendidikan kami adalah 'Seikaku' yang berarti cara mereka berperilaku, dan 'komunikeshon noryoku' yang berarti kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Jepang," kata Popo.
Popo menambahkan, sampai saat ini sudah ribuan orang merasakan manfaat magang di Jepang. Para peserta ini menjalani program magang di Jepang selama satu atau tiga tahun, sesuai pilihan mereka.
Sementara ratusan calon peserta lainnya tinggal menunggu untuk diberangkatkan. Bahkan, pihaknya juga telah bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, di antaranya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Para peserta magang ini mendapatkan kesempatan untuk bekerja di berbagai perusahaan, seperti perusahaan konstruksi, permesinan, TI, elektronik, peternakan, pertanian, danpengolahan makanan. Di perusahaan-perusahaan tersebut mereka mendapat gaji berkisar Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Manfaat dari program magang LPK Kebun ini sangat dirasakan oleh para peserta. Salah satunya adalah Muhammad Teguh Hidayat. Pemuda 19 tahun asal Medan, Sumatera Utara, ini mengaku sangat bersyukur bisa mengenal LPK Kebun.
"Saya bisa magang dan bahkan sekarang lanjut bekerja di salah satu perusahaan peternakan di Jepang ini karena peran besar dari LPK Kebun. Saat 'training' di LPK Kebun, kemampuan saya dalam berbicara Bahasa Jepang meningkat pesat. Selain itu, saya juga jauh lebih disiplin. Apa yang saya pelajari di LPK Kebun pun akhirnya bisa saya terapkan saat magang hingga sekarang bekerja di perusahaan ini," ucap Teguh.
Di Suzuki Chikusan, tempatnya magang di Hokaido, Teguh mendapatkan gaji sekitar Rp15 juta per bulan. Setelah menyelesaikan masa magang, ia kemudian lolos seleksi untuk bekerja sebagai karyawan kontrak dengan bayaran sekitar Rp20 juta per bulan.
"Bisa magang dan sekarang bekerja di Jepang merupakan hal yang menyenangkan dan membanggakan bagi saya. Di sini saya juga bisa nabung. Rencananya sebagian tabungan akan saya gunakan untuk modal usaha saat nanti kembali ke Indonesia," katanya.
"LPK Kebun didirikan oleh para profesional, master, dan doktoral dari universitas ternama di Jepang yang diinisiasi ASEAN Nagoya Club (ANC) Japan. Berbekal pengalaman dan jaringan bisnis dengan perusahaan Jepang, kami ingin membantu para lulusan SMA/SMK serta perguruan tinggi untuk memiliki kesempatan magang dan bekerja di Jepang," kata Founder sekaligus Advisor LPK Kebun Indra Kesuma Nasution dalam rilis, Rabu.
Di Negeri Sakura, lanjut Indra, potensi para lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi ini bisa dikembangkan karena mereka dapat bekerja di sejumlah perusahaan yang menerapkan budaya disiplin tinggi. Apa yang dilakukan LPK Kebun ini juga bertujuan untuk mendukung program Pemerintah Indonesia dalam rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Menurut dia, angka pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran pada Agustus 2021 mencapai 9,1 juta orang.
Tingginya angka pengangguran di Indonesia, terlebih di masa pandemi COVID-19, mendorong LPK Kebun yang didirikan Indra Kesuma Nasution Ph.D dan Dr.Eng Mardiansyah Mardis pada 2017 itu untuk jemput bola dengan melakukan sosialisasi langsung ke peserta di daerah. Selain itu, LPK Kebun juga bekerja sama dengan lembaga pelatihan kerja (LPK) di sejumlah daerah.
Wakil Direktur LPK Kebun Popo Febrian M.Hum menuturkan, sebelum diberangkatkan ke Jepang, para peserta mendapatkan pelatihan dan pendidikan di LPK Kebun yang berada di Bekasi, Jawa Barat. Mereka lebih dulu diseleksi dengan ketat untuk menjaga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan standar perusahaan Jepang.
Di LPK Kebun, para calon peserta dilatih Bahasa Jepang. Jadi begitu siap diberangkatkan, Bahasa Jepang mereka sudah berada di level N3 atau N4 atau sesuai standar yang telah ditentukan.
"Selain itu, mereka juga dilatih bagaimana membentuk karakter, kepribadian, dan kedisiplinan. Dua poin penting dalam standar pendidikan kami adalah 'Seikaku' yang berarti cara mereka berperilaku, dan 'komunikeshon noryoku' yang berarti kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Jepang," kata Popo.
Popo menambahkan, sampai saat ini sudah ribuan orang merasakan manfaat magang di Jepang. Para peserta ini menjalani program magang di Jepang selama satu atau tiga tahun, sesuai pilihan mereka.
Sementara ratusan calon peserta lainnya tinggal menunggu untuk diberangkatkan. Bahkan, pihaknya juga telah bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, di antaranya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Para peserta magang ini mendapatkan kesempatan untuk bekerja di berbagai perusahaan, seperti perusahaan konstruksi, permesinan, TI, elektronik, peternakan, pertanian, danpengolahan makanan. Di perusahaan-perusahaan tersebut mereka mendapat gaji berkisar Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Manfaat dari program magang LPK Kebun ini sangat dirasakan oleh para peserta. Salah satunya adalah Muhammad Teguh Hidayat. Pemuda 19 tahun asal Medan, Sumatera Utara, ini mengaku sangat bersyukur bisa mengenal LPK Kebun.
"Saya bisa magang dan bahkan sekarang lanjut bekerja di salah satu perusahaan peternakan di Jepang ini karena peran besar dari LPK Kebun. Saat 'training' di LPK Kebun, kemampuan saya dalam berbicara Bahasa Jepang meningkat pesat. Selain itu, saya juga jauh lebih disiplin. Apa yang saya pelajari di LPK Kebun pun akhirnya bisa saya terapkan saat magang hingga sekarang bekerja di perusahaan ini," ucap Teguh.
Di Suzuki Chikusan, tempatnya magang di Hokaido, Teguh mendapatkan gaji sekitar Rp15 juta per bulan. Setelah menyelesaikan masa magang, ia kemudian lolos seleksi untuk bekerja sebagai karyawan kontrak dengan bayaran sekitar Rp20 juta per bulan.
"Bisa magang dan sekarang bekerja di Jepang merupakan hal yang menyenangkan dan membanggakan bagi saya. Di sini saya juga bisa nabung. Rencananya sebagian tabungan akan saya gunakan untuk modal usaha saat nanti kembali ke Indonesia," katanya.