Yogyakarta (ANTARA) - Sebanyak 15 dalang mementaskan wayang sinema di Kompleks Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Senin malam, dalam malam tirakatan memperingati 73 tahun peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.

Tidak seperti pergelaran wayang kulit pada umumnya, pentas wayang dimainkan secara bersama-sama oleh belasan dalang dari balik layar dengan didukung audio dan animasi.

"Wayang sinema dengan cerita Serangan Umum 1 Maret ini untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan dan memaparkan spirit baru melalui seni budaya," kata Sutradara Wayang Sinema, Aneng Kiswantoro, seusai pertunjukan.

Dia menyebut dalang yang dilibatkan mencapai 15 orang untuk menghidupkan cerita sejarah Serangan Umum 1 Maret secara kolosal yang melibatkan banyak tokoh.

Sejumlah tokoh utama dalam pertunjukan wayang berdurasi 27 menit itu, antara lain Panglima Besar Jenderal Sudirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Letkol Soeharto.

"Tidak seperti wayang kulit purwa, karakter-karakternya kami buat sendiri," ujar dia.

Dengan durasi yang terbatas, Aneng berharap pertunjukan wayang yang dihelat Pemda DIY dengan menggunakan Dana Keistimewaan itu mampu membuat generasi muda mengingat peristiwa besar sejarah kedaulatan Indonesia sekaligus mencintai wayang.

"Karena Serangan Umum 1 Maret saat itu untuk meyakinkan masyarakat luas bahkan internasional bahwa Indonesia masih kokoh. Saat itu Belanda membuat propaganda bahwa Indonesia sudah lemah," kata dia.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Laksmi Pratiwi mengatakan pementasan wayang sinema mewakili kreativitas milenial saat ini.

Pertunjukan yang melibatkan para seniman di Yogyakarta itu juga sebagai bagian menyambut momentum penetapan 1 Maret sebagai hari Penegakan Kedaulatan Negara oleh Presiden Joko Widodo.

"Pertama kali dalam sejarah kita memperingati peristiwa 1 Maret sebagai hari besar nasional," kata dia.

Dengan demikian, kata dia, peringatan itu perlu dimaknai dengan mengakomodasi semua level masyarakat untuk mengisi kedaulatan negara ke depan.

"Jadi ini bukan milik salah satu unsur penggiat sejarah saja, bukan milik Wehrkreis III saja atau milik pemda saja," kata dia.
 

Pewarta : Luqman Hakim
Editor : Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024