Klungkung (ANTARA) - Anggota DPD Made Mangku Pastika mengaku salut dengan kegigihan Sanggar Lukis Klasik Wasundari di Kabupaten Klungkung, Bali, yang tetap konsisten mengajarkan anak-anak melukis wayang khas Kamasan, meskipun sang maestro Nyoman Mandra telah berpulang.

"Saya tertarik dengan keteguhan sanggar ini yang terus menekuni dan melestarikan warisan nenek moyang, dengan model lukisan seperti ini yang tidak ada di tempat lain," kata Pastika saat berkunjung ke Sanggar Wasundari, Klungkung, Senin.

Dalam penyerapan aspirasi bertajuk Membangun Generasi Muda Cinta Seni Budaya tersebut itu, ia berbincang dengan Ni Wayan Sri Wedari yang merupakan putri dari almarhum Nyoman Mandra, sang maestro lukis Wayang Kamasan sekaligus perintis sanggar.

"Di sini, secara sistematis terus mendidik generasi penerus, apalagi tanpa biaya. Saya salut dengan semangat itu. Kualitas lukisan Wayang Kamasan di sini luar biasa, warnanya bagus, detailnya bagus," ucap anggota Komite 2 DPD itu.

Oleh karena itu, kunjungannya di sanggar yang berlokasi di Desa Kamasan tersebut juga untuk memberikan motivasi agar jangan sampai berhenti mendidik generasi muda dalam mewarisi seni lukis Kamasan yang kental dengan filsafat.

"Kami harapkan juga diberikan penjelasan karakter dari wayang-wayang yang dibuat. Buatkan juga brosur yang tidak saja menampilkan lukisan, tetapi juga narasi atau ceritanya," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.

Pastika mencontohkan sejumlah pemilik museum lukisan di Bali bisa menjadi terkenal dan lukisan laku dengan harga mahal, meskipun bukan pelukis. Hal itu karena mereka sukses menceritakan atau memberi narasi dari koleksi lukisan yang dimiliki.

"Kata marketing zaman sekarang, yang penting menjual narasi, bukan sekadar menjual produk atau barang," katanya didampingi staf ahli DPD Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja itu.

Ia pun sempat menceritakan betapa kekagumannya pada sosok maestro lukis Wayang Kamasan Nyoman Mandra, yang lukisannya sangat bagus dan detail, serta sejak puluhan tahun sudah mendidik generasi muda agar mau belajar melukis Wayang Kamasan.

"Bahkan meskipun dalam kondisi sakit, Beliau mau khusus membuatkan lukisan untuk saya," kata mantan Kapolda Bali tersebut.

Sementara itu Ni Wayan Sri Wedari, penerus Sanggar Lukis Klasik Wasundari mengatakan anak-anak yang belajar melukis Wayang Kamasan tak saja dari desa setempat, juga tidak sedikit dari luar daerah dan bahkan wisatawan mancanegara.

"Kami merasa berkewajiban agar lukisan Wayang Kamasan tidak sampai punah. Pesan terakhir dari Bapak kepada kami agar tetap melestarikan pakem yang ada dan dapat melukis wayang dengan baik," ucapnya.

Sebelum tahun 2000-an, anak-anak yang belajar melukis di Sanggar Wasundari mencapai ratusan, sehingga pihaknya sampai kekurangan tempat untuk melatih anak-anak, bahkan mereka yang belajar harus membawa tempat duduk sendiri dari rumah.

"Saat ini yang belajar melukis di sini ada sekitar 40-an, mulai dari siswa SD hingga SMA. Kami memberikan materi belajar ada tahapan-tahapannya. Kalau sudah mahir melukis di kertas, baru nantinya melukis di kanvas," ujarnya.

Saat awal-awal pandemi COVID-19, Sanggar Wasundari juga tetap melatih anak-anak melukis secara daring. Hasil lukisan dari anak-anak sanggar pun tidak sedikit yang juga dijual karena memang karyanya yang bagus.

"Kami sangat senang anak-anak bersemangat turut melestarikan lukisan Wayang Kamasan karena kita telah mewarisi gaya lukisan dari para leluhur yang bernilai tinggi. Melalui lukisan juga menjadi sumber penghidupan kami," ucapnya.

Sri Wedari mengaku senang dengan kedatangan Made Mangku Pastika yang turut memberikan motivasi dan bantuan pada anak-anak sanggar. Tidak saja kali ini, bahkan sudah sejak saat masih menjabat Gubernur Bali.

Dalam kesempatan tersebut, Pastika juga menyerahkan bantuan seperangkat meja dan kursi untuk digunakan anak-anak sanggar berlatih melukis dan juga bantuan paket bahan pokok. Anggota DPD Made Mangku Pastika bersama Ni Wayan Sri Wedari, anak-anak sanggar dan para pelukis Wayang Kamasan berfoto bersama disela-sela kunjungannya di Kamasan, Klungkung, Senin (2/5/2022). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.
 

Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024