Denpasar (ANTARA) - Puluhan remaja dan anak-anak dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi Bali mendapatkan sejumlah teori mengenai seni lukis wayang klasik sekaligus melukis wayang bersama dalam ajang Pesta Kesenian Bali ke-44.
"Melalui lokakarya ini juga untuk menyamakan persepsi terkait teknik-teknik melukis wayang klasik, khususnya seni lukis wayang gaya Kamasan," kata Cokorda Alit Artawan saat menjadi narasumber Kriyaloka Seni Lukis Wayang Klasik di Denpasar, Selasa.
Alit Artawan yang juga akademisi di ISI Denpasar itu, menyampaikan seni lukis wayang klasik bisa tetap eksis hingga sekarang karena khas dan memiliki banyak keunggulan.
Perkembangan seni lukis wayang klasik di Bali, jika dilihat dari sejarahnya ditemukan pertama pada Prasasti Raja Anak Wungsu pada abad ke-11, kemudian berlanjut pada masa Kerajaan Gelgel di Kabupaten Klungkung pada 1686 Masehi.
Puncak perkembangan seni lukis wayang klasik terjadi pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong pada abad ke-17 hingga ke-18 dengan kemunculan seniman pelopor seni lukis Kamasan yang bernama I Gede Mersadi dan bergelar Sangging Modara.
Seni lukis wayang klasik dengan ciri khasnya masing-masing tidak saja berkembang di Kamasan, Kabupaten Klungkung, tetapi juga berkembang di daerah Peliatan dan Ubud di Kabupaten Gianyar, serta di daerah Julah, Kabupaten Buleleng.
"Awal mulanya, seni lukis wayang klasik digunakan lebih banyak untuk kebutuhan ritual upacara, barulah kemudian berkembang sebagai sarana edukasi dan juga berdampak memberi kesejahteraan bagi senimannya," ucapnya pada acara yang digelar di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali itu.
Pria yang telah berpameran hingga luar negeri itu menambahkan tokoh dan cerita yang diangkat dalam seni lukis wayang klasik diambil dari kisah Ramayana, Mahabharata, Sutasoma, Cupak, Calonarang, Panji, Tantri, Arja dan sebagainya.
"Zaman sudah menguji betapa keberadaan seni lukis wayang klasik bisa tetap eksis sampai sekarang karena detail pengerjaan dan kekuatan warnanya benar-benar dijaga. Warna Bali itu tidak terkalahkan dan memang terlihat hidup dalam berbagai cuaca," ujar Alit Artawan.
Bahan warna yang dipakai untuk "warna Bali dibuat secara tradisional.
"Melalui lokakarya ini juga untuk menyamakan persepsi terkait teknik-teknik melukis wayang klasik, khususnya seni lukis wayang gaya Kamasan," kata Cokorda Alit Artawan saat menjadi narasumber Kriyaloka Seni Lukis Wayang Klasik di Denpasar, Selasa.
Alit Artawan yang juga akademisi di ISI Denpasar itu, menyampaikan seni lukis wayang klasik bisa tetap eksis hingga sekarang karena khas dan memiliki banyak keunggulan.
Perkembangan seni lukis wayang klasik di Bali, jika dilihat dari sejarahnya ditemukan pertama pada Prasasti Raja Anak Wungsu pada abad ke-11, kemudian berlanjut pada masa Kerajaan Gelgel di Kabupaten Klungkung pada 1686 Masehi.
Puncak perkembangan seni lukis wayang klasik terjadi pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong pada abad ke-17 hingga ke-18 dengan kemunculan seniman pelopor seni lukis Kamasan yang bernama I Gede Mersadi dan bergelar Sangging Modara.
Seni lukis wayang klasik dengan ciri khasnya masing-masing tidak saja berkembang di Kamasan, Kabupaten Klungkung, tetapi juga berkembang di daerah Peliatan dan Ubud di Kabupaten Gianyar, serta di daerah Julah, Kabupaten Buleleng.
"Awal mulanya, seni lukis wayang klasik digunakan lebih banyak untuk kebutuhan ritual upacara, barulah kemudian berkembang sebagai sarana edukasi dan juga berdampak memberi kesejahteraan bagi senimannya," ucapnya pada acara yang digelar di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali itu.
Pria yang telah berpameran hingga luar negeri itu menambahkan tokoh dan cerita yang diangkat dalam seni lukis wayang klasik diambil dari kisah Ramayana, Mahabharata, Sutasoma, Cupak, Calonarang, Panji, Tantri, Arja dan sebagainya.
"Zaman sudah menguji betapa keberadaan seni lukis wayang klasik bisa tetap eksis sampai sekarang karena detail pengerjaan dan kekuatan warnanya benar-benar dijaga. Warna Bali itu tidak terkalahkan dan memang terlihat hidup dalam berbagai cuaca," ujar Alit Artawan.
Bahan warna yang dipakai untuk "warna Bali dibuat secara tradisional.