Yogyakarta (ANTARA) - Pemanfaatan transaksi secara digital atau non tunai dengan menggunakan QRIS oleh pedagang di Pasar Beringharjo Yogyakarta terus ditingkatkan dan ditargetkan pada akhir tahun akan ada 4.000 pedagang yang memanfaatkannya.
"Literasi transaksi digital terus kami gencarkan ke pedagang karena banyak manfaat dari penggunaan transaksi non tunai," kata Vice President Bank Mandiri Area Yogyakarta Evi Martiani usai memberikan corporate social responsibility di Pasar Beringharjo Yogyakarta, Rabu.
Saat ini, terdapat sekitar 1.300 pedagang dari total 5.280 pedagang di Pasar Beringharjo yang sudah memanfaatkan QRIS dari bank milik pemerintah tersebut.
Baca juga: Pelaku UMKM harus beradaptasi dengan transaksi digital
Sebagian besar adalah pedagang di Pasar Beringharjo sisi barat dan tengah yang menjual suvenir dan oleh-oleh khas Yogyakarta, sedangkan untuk pedagang di Pasar Beringharjo sisi timur yang menjual kebutuhan pokok belum banyak yang memanfaatkannya.
"Padahal, jumlah pedagang di Beringharjo sisi timur adalah yang terbanyak di banding sisi barat dan tengah. Ini menjadi tantangan untuk meningkatkan literasi," katanya.
Menurut dia, salah satu keunggulan penggunaan transaksi digital menggunakan QRIS adalah pedagang tidak perlu mengurus uang karena uang dari konsumen langsung masuk ke rekening. Selain itu, pedagang juga bisa terhindar dari uang palsu dan salah hitung.
"Hanya saja, masih banyak pedagang yang terbiasa langsung menerima uang. Sebenarnya, ini hanya perlu penyesuaian saja," katanya.
Ia memastikan, keamanan transaksi secara digital karena akan ada notifikasi melalui pesan singkat di telepon setiap ada uang atau transaksi yang masuk ke rekening.
Penggunaan QRIS untuk pedagang pasar tradisional akan diperluas yaitu di Pasar Kranggan dan Pasar Pingit sesuai hasil koordinasi dengan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta.
Sementara itu, Vivina Elisa Dewi, salah satu pedagang batik di Pasar Beringharjo mengatakan, penggunaan QRIS untuk transaksi sangat mudah.
"Pembayaran jadi simpel, tidak kena uang palsu dan tidak repot harus menghitung uang karena semuanya langsung masuk rekening," katanya.
Ia mengatakan, banyak konsumen yang sudah memanfaatkan transaksi digital tersebut karena merasa lebih mudah saat membayar. "Di zaman sekarang ini, barang yang pasti dibawa kemana-mana adalah HP. Terkadang ada yang lupa bawa dompet, tetapi HP selalu di bawa," katanya.
Salah satu konsumennya, lanjut dia, memilih berbelanja di kios batik miliknya karena sudah memiliki QRIS. "Konsumen ini kebetulan tidak membawa uang tunai, makanya memilih toko yang sudah pakai QRIS," katanya.
Ia bahkan sempat menerima transaksi dengan nilai cukup besar, sekitar Rp10 juta dan konsumen memilih menggunakan QRIS.
"Mungkin kalau harus menerima uang Rp10 juta pasti repot menghitungnya," katanya.
"Literasi transaksi digital terus kami gencarkan ke pedagang karena banyak manfaat dari penggunaan transaksi non tunai," kata Vice President Bank Mandiri Area Yogyakarta Evi Martiani usai memberikan corporate social responsibility di Pasar Beringharjo Yogyakarta, Rabu.
Saat ini, terdapat sekitar 1.300 pedagang dari total 5.280 pedagang di Pasar Beringharjo yang sudah memanfaatkan QRIS dari bank milik pemerintah tersebut.
Baca juga: Pelaku UMKM harus beradaptasi dengan transaksi digital
Sebagian besar adalah pedagang di Pasar Beringharjo sisi barat dan tengah yang menjual suvenir dan oleh-oleh khas Yogyakarta, sedangkan untuk pedagang di Pasar Beringharjo sisi timur yang menjual kebutuhan pokok belum banyak yang memanfaatkannya.
"Padahal, jumlah pedagang di Beringharjo sisi timur adalah yang terbanyak di banding sisi barat dan tengah. Ini menjadi tantangan untuk meningkatkan literasi," katanya.
Menurut dia, salah satu keunggulan penggunaan transaksi digital menggunakan QRIS adalah pedagang tidak perlu mengurus uang karena uang dari konsumen langsung masuk ke rekening. Selain itu, pedagang juga bisa terhindar dari uang palsu dan salah hitung.
"Hanya saja, masih banyak pedagang yang terbiasa langsung menerima uang. Sebenarnya, ini hanya perlu penyesuaian saja," katanya.
Ia memastikan, keamanan transaksi secara digital karena akan ada notifikasi melalui pesan singkat di telepon setiap ada uang atau transaksi yang masuk ke rekening.
Penggunaan QRIS untuk pedagang pasar tradisional akan diperluas yaitu di Pasar Kranggan dan Pasar Pingit sesuai hasil koordinasi dengan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta.
Sementara itu, Vivina Elisa Dewi, salah satu pedagang batik di Pasar Beringharjo mengatakan, penggunaan QRIS untuk transaksi sangat mudah.
"Pembayaran jadi simpel, tidak kena uang palsu dan tidak repot harus menghitung uang karena semuanya langsung masuk rekening," katanya.
Ia mengatakan, banyak konsumen yang sudah memanfaatkan transaksi digital tersebut karena merasa lebih mudah saat membayar. "Di zaman sekarang ini, barang yang pasti dibawa kemana-mana adalah HP. Terkadang ada yang lupa bawa dompet, tetapi HP selalu di bawa," katanya.
Salah satu konsumennya, lanjut dia, memilih berbelanja di kios batik miliknya karena sudah memiliki QRIS. "Konsumen ini kebetulan tidak membawa uang tunai, makanya memilih toko yang sudah pakai QRIS," katanya.
Ia bahkan sempat menerima transaksi dengan nilai cukup besar, sekitar Rp10 juta dan konsumen memilih menggunakan QRIS.
"Mungkin kalau harus menerima uang Rp10 juta pasti repot menghitungnya," katanya.