Jakarta (ANTARA) - Anak usaha BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Jakarta Konsultindo (Jakkon) menyatakan pameran seni gambar Among Jiwo karya jurnalis senior Yusuf Susilo Hartono di Museum Nasional, Jakarta, merupakan jalan pembuka bagi Ikonik Indonesia.
"Saat ini pameran Among Jiwo bisa disebut soft launching dari aktivasi satu unit baru bernama Ikonik Indonesia yang akan menyentuh ruang-ruang ikonik seperti Museum Nasional ini dan dijalankan dengan konsep kolaborasi berbagai pihak," kata Managing Director PT Jakkon Hani Sumarno di Museum Nasional Jakarta, Rabu.
Hani menuturkan Ikonik Indonesia merupakan satu unit baru di Jakkon yang menggarap bidang Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
Hani menyebutkan keberadaan Ikonik Indonesia untuk memberi ruang pada masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi bangunan atau ruang ikonik.
"Karena di Indonesia itu banyak venue atau ruang yang ikonik namun belum termanfaatkan lebih jauh, di sisi lain banyak individu yang membutuhkan ruang untuk berekspresi. Kami ingin memberi aktivasi ruang itu dengan jiwa dan gagasan dari para individu tersebut," ucapnya.
Karena sistem yang digunakan adalah kolaborasi, Hani mengaku investasi yang disiapkan perusahaan relatif kecil untuk unit yang rencananya akan aktif mulai 2023 tersebut.
"Tapi fokus kami adalah value, seperti kegiatan pameran ini, tentu akan ada value public relationshipnya ke depan, minimal dari reputasi yang ada kita coba jadikan itu sebagai modal dasar utama sehingga sehingga Ikonik Indonesia bisa segera ambil peran," tuturnya.
Pameran Among Jiwo yang disebut sang seniman Yusuf Susilo Hartono merupakan jalan menemukan jati diri tersebut, menampilkan perjalanan lintas masa selama 40 tahun dari sang seniman yang merupakan saksi nyata transformasi kebudayaan di Indonesia, mulai dari era Orde Baru, awal Reformasi hingga era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Yusuf Susilo sudah menghasilkan karya berupa sketsa, gambar, dan lukisan yang dibuat dari medium berbeda-beda seperti kopi, cat air, pensil, hingga aklirik dan digunakan sesuai obyek yang akan dilukisnya.
Perjalanan hidup Yusuf Susilo sekaligus jejak tiga era yang ditangkap oleh intuisi seni, menjadikan karya-karya yang ditampilkan dalam pameran selama lima hari di Museum Nasional Indonesia ini mewakili rasa kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan dinamika yang terjadi.
Yusuf Susilo memamerkan karyanya dalam tiga among esensi yang terbagi dalam sembilan zona di pameran tersebut seperti Among Diri, Keluarga dan Tanah Asal, yang menggambarkan lanskap Bojonegoro pada 1982.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jakkon: Pameran Among Jiwo jadi jalan pembuka bagi Ikonik Indonesia
"Saat ini pameran Among Jiwo bisa disebut soft launching dari aktivasi satu unit baru bernama Ikonik Indonesia yang akan menyentuh ruang-ruang ikonik seperti Museum Nasional ini dan dijalankan dengan konsep kolaborasi berbagai pihak," kata Managing Director PT Jakkon Hani Sumarno di Museum Nasional Jakarta, Rabu.
Hani menuturkan Ikonik Indonesia merupakan satu unit baru di Jakkon yang menggarap bidang Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
Hani menyebutkan keberadaan Ikonik Indonesia untuk memberi ruang pada masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi bangunan atau ruang ikonik.
"Karena di Indonesia itu banyak venue atau ruang yang ikonik namun belum termanfaatkan lebih jauh, di sisi lain banyak individu yang membutuhkan ruang untuk berekspresi. Kami ingin memberi aktivasi ruang itu dengan jiwa dan gagasan dari para individu tersebut," ucapnya.
Karena sistem yang digunakan adalah kolaborasi, Hani mengaku investasi yang disiapkan perusahaan relatif kecil untuk unit yang rencananya akan aktif mulai 2023 tersebut.
"Tapi fokus kami adalah value, seperti kegiatan pameran ini, tentu akan ada value public relationshipnya ke depan, minimal dari reputasi yang ada kita coba jadikan itu sebagai modal dasar utama sehingga sehingga Ikonik Indonesia bisa segera ambil peran," tuturnya.
Pameran Among Jiwo yang disebut sang seniman Yusuf Susilo Hartono merupakan jalan menemukan jati diri tersebut, menampilkan perjalanan lintas masa selama 40 tahun dari sang seniman yang merupakan saksi nyata transformasi kebudayaan di Indonesia, mulai dari era Orde Baru, awal Reformasi hingga era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Yusuf Susilo sudah menghasilkan karya berupa sketsa, gambar, dan lukisan yang dibuat dari medium berbeda-beda seperti kopi, cat air, pensil, hingga aklirik dan digunakan sesuai obyek yang akan dilukisnya.
Perjalanan hidup Yusuf Susilo sekaligus jejak tiga era yang ditangkap oleh intuisi seni, menjadikan karya-karya yang ditampilkan dalam pameran selama lima hari di Museum Nasional Indonesia ini mewakili rasa kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan dinamika yang terjadi.
Yusuf Susilo memamerkan karyanya dalam tiga among esensi yang terbagi dalam sembilan zona di pameran tersebut seperti Among Diri, Keluarga dan Tanah Asal, yang menggambarkan lanskap Bojonegoro pada 1982.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jakkon: Pameran Among Jiwo jadi jalan pembuka bagi Ikonik Indonesia