Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta memiliki 20 bank sampah yang akan dioptimalkan untuk mendukung pengelolaan sampah yang dihasilkan pasar tradisional sebagai bentuk komitmen gerakan nol sampah anorganik pada 2023.
“Kami memiliki 20 bank sampah yang akan dioptimalkan mengelola sampah anorganik dari 29 pasar tradisional,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Veronica Ambar Ismuwardani di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, pedagang pasar tradisional menjadi bagian tidak terpisahkan dari gerakan nol sampah anorganik di Kota Yogyakarta yang akan dimulai pada awal Januari 2023.
Baca juga: DLH Yogyakarta buka Klinik Bank Sampah bangkitkan bank sampah mati suri
Pedagang diminta melakukan pemilahan sampah sejak dari sumbernya dan hanya bisa membuang sampah organik sedangkan sampah anorganik dikelola di bank sampah pasar.
Selain memberikan sosialisasi melalui paguyuban pedagang pasar, juga akan dibentuk satuan tugas untuk memantau konsistensi dan komitmen pedagang dalam melakukan gerakan nol sampah anorganik.
“Bisa berkoordinasi dengan petugas keamanan di masing-masing pasar agar gerakan berjalan dengan baik karena pemantauan pelaksanaan gerakan sangat penting,” katanya.
Dinas Perdagangan juga merencanakan pemberian reward dalam mendukung gerakan tersebut melalui lomba kebersihan pasar setiap enam bulan sekali.
“Dengan reward diharapkan dapat memacu pedagang untuk konsisten mengelola sampah sejak dari sumbernya,” katanya.
Volume sampah dari pasar tradisional di Kota Yogyakarta rata-rata mencapai 26,95 ton per hari dan yang terkelola sekitar 9,8 ton per hari melalui pemilahan sampah organik dan anorganik.
Dengan demikian, volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan rata-rata 17 ton per hari terdiri dari 10,9 ton sampah organik dan 6,1 ton sampah anorganik.
"Kami akan upayakan untuk terus menekan potensi sampah yang dibuang ke TPA Piyungan bersama-sama dengan pedagang melakukan pemilahan sampah sejak dari sumbernya," kata Ambar.
Baca juga: Yogyakarta segera memiliki galeri khusus produk daur ulang bank sampah
Baca juga: Pemkot Yogyakarta siapkan insentif pengelolaan sampah
“Kami memiliki 20 bank sampah yang akan dioptimalkan mengelola sampah anorganik dari 29 pasar tradisional,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Veronica Ambar Ismuwardani di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, pedagang pasar tradisional menjadi bagian tidak terpisahkan dari gerakan nol sampah anorganik di Kota Yogyakarta yang akan dimulai pada awal Januari 2023.
Baca juga: DLH Yogyakarta buka Klinik Bank Sampah bangkitkan bank sampah mati suri
Pedagang diminta melakukan pemilahan sampah sejak dari sumbernya dan hanya bisa membuang sampah organik sedangkan sampah anorganik dikelola di bank sampah pasar.
Selain memberikan sosialisasi melalui paguyuban pedagang pasar, juga akan dibentuk satuan tugas untuk memantau konsistensi dan komitmen pedagang dalam melakukan gerakan nol sampah anorganik.
“Bisa berkoordinasi dengan petugas keamanan di masing-masing pasar agar gerakan berjalan dengan baik karena pemantauan pelaksanaan gerakan sangat penting,” katanya.
Dinas Perdagangan juga merencanakan pemberian reward dalam mendukung gerakan tersebut melalui lomba kebersihan pasar setiap enam bulan sekali.
“Dengan reward diharapkan dapat memacu pedagang untuk konsisten mengelola sampah sejak dari sumbernya,” katanya.
Volume sampah dari pasar tradisional di Kota Yogyakarta rata-rata mencapai 26,95 ton per hari dan yang terkelola sekitar 9,8 ton per hari melalui pemilahan sampah organik dan anorganik.
Dengan demikian, volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan rata-rata 17 ton per hari terdiri dari 10,9 ton sampah organik dan 6,1 ton sampah anorganik.
"Kami akan upayakan untuk terus menekan potensi sampah yang dibuang ke TPA Piyungan bersama-sama dengan pedagang melakukan pemilahan sampah sejak dari sumbernya," kata Ambar.
Baca juga: Yogyakarta segera memiliki galeri khusus produk daur ulang bank sampah
Baca juga: Pemkot Yogyakarta siapkan insentif pengelolaan sampah