Bantul (ANTARA) - Tim akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian pada lokasi jalan ambles di wilayah pedukuhan Wunut, Desa Sriharjo, Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, guna mencarikan solusi untuk perbaikan kerusakan jalan itu.
"Kami akan lakukan penelitian terlebih dahulu di titik yang teridentifikasi longsor. Dengan demikian, rekomendasi bisa kami berikan dan bisa dicarikan solusi yang tepat bagi pemerintah," kata Dosen Teknik Sipil UGM, Ali Awaludin melalui keterangan tertulis Pemkab Bantul, Kamis.
Pihaknya juga telah meninjau kondisi jalan ambles di Desa Sriharjo bersama Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, dan kemudian akan berkoordinasi dengan tim terkait untuk kajian mendalam dan penelitian bersama Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman Bantul.
"Jadi, tidak hanya asal perbaikan saja. Tetapi bagaimana membuat struktur bangunan yang kuat, yang mampu menopang beban lalu lintas di atasnya," katanya.
Dia mengatakan, dugaan awal fenomena jalan ambles di ruas jalan penghubung Desa Sriharjo dengan Selopamioro itu karena air yang berada di bawah tanah membuat tanah menjadi lunak, dan mengakibatkan jalan menjadi retak dan mempercepat proses longsor atau ambles.
Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, tinjauan lapangan bersama UGM tersebut diharapkan dapat memberi pemahaman yang menyeluruh terkait fenomena yang terjadi di Desa Sriharjo.
Apalagi, kata dia, dengan adanya penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh pakar geologi dan teknik sipil itu, pemerintah daerah akan mendapatkan rekomendasi tentang konstruksi bangunan yang tepat dan memadai dalam penanggulangan jalan ambles.
"Dengan melakukan penelitian lebih lanjut, nantinya Pemkab Bantul akan mendapatkan rekomendasi lengkap agar perbaikan jalan juga bisa dilakukan secara tepat. Bagaimana sifat tanahnya, bagaimana konstruksi yang pas, dan sebagainya," katanya.
Apalagi, Bupati yang meninjau lokasi jalan ambles setelah dilaporkan ambles pada akhir Desember 2022, lalu bahwa turunnya atau amblesnya jalan baru 30 centimeter, akan tetapi hingga kini dilaporkan sudah hampir tiga meter.
"Jadi setiap hari itu terjadi penurunan dan turunnya di mana, kita enggak tahu. Saya tanya kepada petugas kita yang di Dinas PU itu tidak ke luar ke sungai tidak, berarti ditengarai amblesnya ke dalam tidak keluar di aliran sungai," katanya.
"Kami akan lakukan penelitian terlebih dahulu di titik yang teridentifikasi longsor. Dengan demikian, rekomendasi bisa kami berikan dan bisa dicarikan solusi yang tepat bagi pemerintah," kata Dosen Teknik Sipil UGM, Ali Awaludin melalui keterangan tertulis Pemkab Bantul, Kamis.
Pihaknya juga telah meninjau kondisi jalan ambles di Desa Sriharjo bersama Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, dan kemudian akan berkoordinasi dengan tim terkait untuk kajian mendalam dan penelitian bersama Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman Bantul.
"Jadi, tidak hanya asal perbaikan saja. Tetapi bagaimana membuat struktur bangunan yang kuat, yang mampu menopang beban lalu lintas di atasnya," katanya.
Dia mengatakan, dugaan awal fenomena jalan ambles di ruas jalan penghubung Desa Sriharjo dengan Selopamioro itu karena air yang berada di bawah tanah membuat tanah menjadi lunak, dan mengakibatkan jalan menjadi retak dan mempercepat proses longsor atau ambles.
Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, tinjauan lapangan bersama UGM tersebut diharapkan dapat memberi pemahaman yang menyeluruh terkait fenomena yang terjadi di Desa Sriharjo.
Apalagi, kata dia, dengan adanya penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh pakar geologi dan teknik sipil itu, pemerintah daerah akan mendapatkan rekomendasi tentang konstruksi bangunan yang tepat dan memadai dalam penanggulangan jalan ambles.
"Dengan melakukan penelitian lebih lanjut, nantinya Pemkab Bantul akan mendapatkan rekomendasi lengkap agar perbaikan jalan juga bisa dilakukan secara tepat. Bagaimana sifat tanahnya, bagaimana konstruksi yang pas, dan sebagainya," katanya.
Apalagi, Bupati yang meninjau lokasi jalan ambles setelah dilaporkan ambles pada akhir Desember 2022, lalu bahwa turunnya atau amblesnya jalan baru 30 centimeter, akan tetapi hingga kini dilaporkan sudah hampir tiga meter.
"Jadi setiap hari itu terjadi penurunan dan turunnya di mana, kita enggak tahu. Saya tanya kepada petugas kita yang di Dinas PU itu tidak ke luar ke sungai tidak, berarti ditengarai amblesnya ke dalam tidak keluar di aliran sungai," katanya.