Jakarta (ANTARA) - Film horor “Mantra Surugana” karya sutradara Dyan Sunu Prastowo mengangkat budaya mantra dari Sunda kuno dan kisah dibaliknya untuk diungkap melalui cerita di dalamnya.
Dalam acara peluncuran trailer perdana dan poster film “Mantra Surugana” di XXI Gandaria City, Jakarta, Selasa, Kepala Eksekutif Produser Peregrine Studio Ervina Isleyen mengatakan film tersebut dibuat dengan mengangkat salah satu tradisi naskah lama dari Sunda, yakni mantra Sunda. Pihak produksi pun sengaja melibatkan konsultan bahasa dan sejarah Sunda kuno untuk mengetahui lebih dalam tradisi mantra tersebut.
“Dari literasi yang disampaikan ke kita, sebelum datangnya Islam, masyarakat Sunda menggunakan mantra sebagai kehidupannya,” kata Ervina.
Masyarakat Sunda kuno telah terbiasa menggunakan mantra sebagai bagian dari kesehariannya, terutama ketika ingin meminta sesuatu yang baik, seperti meminta kesembuhan dari penyakit, hasil panen yang baik, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, hakikat mantra bergeser ke arah negatif saat seseorang mulai menggunakannya untuk perbuatan buruk, seperti menyakiti orang lain.
Kata “Surugana” dalam film tersebut diambil dari nama iblis yang dipercaya lahir dan ada di sekitar wilayah Jawa Barat atau di tataran Tanah Sunda. Iblis Surugana atau memiliki nama asli Hurugana biasa dipanggil dengan mantra ketika seseorang memiliki niat buruk dan mengirimkannya ke orang lain agar ia sakit atau terkena sial.
Ervina mengatakan penggantian nama iblis “Hurugana” menjadi “Surugana” merupakan nasihat dari konsultan sejarah Sunda mereka karena dipercaya saat iblis tersebut dengan nama aslinya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Film "Mantra Surugana" angkat mantra Sunda kuno di dalamnya
Dalam acara peluncuran trailer perdana dan poster film “Mantra Surugana” di XXI Gandaria City, Jakarta, Selasa, Kepala Eksekutif Produser Peregrine Studio Ervina Isleyen mengatakan film tersebut dibuat dengan mengangkat salah satu tradisi naskah lama dari Sunda, yakni mantra Sunda. Pihak produksi pun sengaja melibatkan konsultan bahasa dan sejarah Sunda kuno untuk mengetahui lebih dalam tradisi mantra tersebut.
“Dari literasi yang disampaikan ke kita, sebelum datangnya Islam, masyarakat Sunda menggunakan mantra sebagai kehidupannya,” kata Ervina.
Masyarakat Sunda kuno telah terbiasa menggunakan mantra sebagai bagian dari kesehariannya, terutama ketika ingin meminta sesuatu yang baik, seperti meminta kesembuhan dari penyakit, hasil panen yang baik, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, hakikat mantra bergeser ke arah negatif saat seseorang mulai menggunakannya untuk perbuatan buruk, seperti menyakiti orang lain.
Kata “Surugana” dalam film tersebut diambil dari nama iblis yang dipercaya lahir dan ada di sekitar wilayah Jawa Barat atau di tataran Tanah Sunda. Iblis Surugana atau memiliki nama asli Hurugana biasa dipanggil dengan mantra ketika seseorang memiliki niat buruk dan mengirimkannya ke orang lain agar ia sakit atau terkena sial.
Ervina mengatakan penggantian nama iblis “Hurugana” menjadi “Surugana” merupakan nasihat dari konsultan sejarah Sunda mereka karena dipercaya saat iblis tersebut dengan nama aslinya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Film "Mantra Surugana" angkat mantra Sunda kuno di dalamnya