Jakarta (ANTARA) - Head of Research DBS Group Maynard Arif menilai risiko El Nino di Indonesia cenderung lebih berdampak terhadap kenaikan harga komoditas agro atau sektor pertanian seperti beras, kelapa sawit, serta jagung.
Ia menjelaskan bahwa kenaikan harga komoditas agro seperti beras medium yang telah mencapai Rp13.300 per kg diakibatkan oleh produksi yang terhambat akibat kekeringan ekstrem yang disebabkan oleh El Nino.
“Untuk komoditas-komoditas yang kita bilang agro commodity atau menyangkut sektor pertanian biasanya harga ini akan naik karena El Nino membawa dampak untuk produksi,” kata Maynard dalam Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS di Jakarta, Senin.
Namun berkaca pada data historis tahun 2015-2016, periode El Nino pada saat itu justru ditandai oleh pola menurunnya harga komoditas lain seperti minyak.
“El Nino yang melanda selalu ditandai peningkatan harga, tetapi untuk oil (minyak), harganya malah turun meskipun ada El Nino. Jadi menurut kami untuk El Nino lebih berdampak kepada agro commodity,” jelas Maynard.
Sebagai informasi, El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya. Hal itu menyebabkan perubahan pola cuaca global yang dapat berdampak pada produksi pertanian.
Menurut Maynard, pada sektor pertanian Indonesia, kelapa sawit (CPO), beras, serta jagung menjadi komoditas yang paling terdampak adanya El Nino. Selain itu dari sisi makro, pemerintah juga harus berhati-hati dengan El Nino karena potensi dampak yang ditimbulkan terhadap peningkatan inflasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bank DBS: El Nino lebih berdampak pada kenaikan harga komoditas agro
Ia menjelaskan bahwa kenaikan harga komoditas agro seperti beras medium yang telah mencapai Rp13.300 per kg diakibatkan oleh produksi yang terhambat akibat kekeringan ekstrem yang disebabkan oleh El Nino.
“Untuk komoditas-komoditas yang kita bilang agro commodity atau menyangkut sektor pertanian biasanya harga ini akan naik karena El Nino membawa dampak untuk produksi,” kata Maynard dalam Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS di Jakarta, Senin.
Namun berkaca pada data historis tahun 2015-2016, periode El Nino pada saat itu justru ditandai oleh pola menurunnya harga komoditas lain seperti minyak.
“El Nino yang melanda selalu ditandai peningkatan harga, tetapi untuk oil (minyak), harganya malah turun meskipun ada El Nino. Jadi menurut kami untuk El Nino lebih berdampak kepada agro commodity,” jelas Maynard.
Sebagai informasi, El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya. Hal itu menyebabkan perubahan pola cuaca global yang dapat berdampak pada produksi pertanian.
Menurut Maynard, pada sektor pertanian Indonesia, kelapa sawit (CPO), beras, serta jagung menjadi komoditas yang paling terdampak adanya El Nino. Selain itu dari sisi makro, pemerintah juga harus berhati-hati dengan El Nino karena potensi dampak yang ditimbulkan terhadap peningkatan inflasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bank DBS: El Nino lebih berdampak pada kenaikan harga komoditas agro