Bantul (ANTARA) - Staf Ahli Bupati Bantul Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yus Warseno menyatakan rangkaian kegiatan Festival Kesenian Yogyakarta Tahun 2023 yang digelar di empat kabupaten/kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya di Kabupaten Bantul diharapkan bisa menjadi ruang dalam pelestarian seni dan budaya daerah ini.
"Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) bukan sekadar hiburan semata, melainkan sebagai wadah yang memberikan inspirasi dan apresiasi terhadap keindahan seni budaya yang telah menghiasi sejarah panjang peradaban manusia," katanya di Bantul, Minggu.
Menurut dia, kekayaan seni dan budaya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Bantul. Untuk itu, harus selalu diberikan ruang dalam melestarikan potensi seni dan budaya, salah satunya melalui FKY.
"Kesenian tidak hanya sebagai wujud kreativitas, tetapi juga sebagai salah satu sarana pembentukan karakter, ekspresi, identitas dan alat pemersatu masyarakat," katanya.
FKY merupakan agenda rutin setiap tahun di DIY. Empat kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul, Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta setiap tahun secara bergiliran dijadikan pusat lokasi FKY. Tahun ini Kulon Progo menjadi pusat FKY 2023 dengan mengambil tajuk "Kembul Mumbul".
Meski lokasi utama berada di Kabupaten Kulon Progo, beberapa kegiatan yang menjadi rangkaian dari festival tersebut juga digelar di daerah lain, salah satunya berlokasi di Lapangan Wijirejo, Kecamatan Pandak, Bantul pada Jumat (13/10).
Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Nugroho Eko Setyanto mengatakan, kegiatan FKY di Pandak Bantul antara lain, bazar usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Reog Keprajuritan, Gejog Lesung, Tari Tradisional dan Dolanan Anak, Karawitan, dan diakhiri dengan penampilan kethoprak.
"Festival Kesenian Yogyakarta merupakan kegiatan rutin tahunan di DIY. Untuk di Pandak, ada beberapa kegiatan diantaranya bazar UMKM, juga kegiatan-kegiatan kesenian dan diakhiri dengan kethoprak," katanya.
Pihaknya berharap, agar perhelatan seni budaya tersebut dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan yang terlibat, dan masyarakat makin cinta terhadap budaya daerah.
"Tema "Kembul-Mumbul" dalam Festival Kesenian Yogyakarta dapat diartikan sebagai ketahanan pangan di DIY. Harapannya juga dapat memberikan manfaat bagi pegiat seni budaya, dan tentunya masyarakat supaya lebih mencintai budaya," katanya.
"Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) bukan sekadar hiburan semata, melainkan sebagai wadah yang memberikan inspirasi dan apresiasi terhadap keindahan seni budaya yang telah menghiasi sejarah panjang peradaban manusia," katanya di Bantul, Minggu.
Menurut dia, kekayaan seni dan budaya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Bantul. Untuk itu, harus selalu diberikan ruang dalam melestarikan potensi seni dan budaya, salah satunya melalui FKY.
"Kesenian tidak hanya sebagai wujud kreativitas, tetapi juga sebagai salah satu sarana pembentukan karakter, ekspresi, identitas dan alat pemersatu masyarakat," katanya.
FKY merupakan agenda rutin setiap tahun di DIY. Empat kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul, Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta setiap tahun secara bergiliran dijadikan pusat lokasi FKY. Tahun ini Kulon Progo menjadi pusat FKY 2023 dengan mengambil tajuk "Kembul Mumbul".
Meski lokasi utama berada di Kabupaten Kulon Progo, beberapa kegiatan yang menjadi rangkaian dari festival tersebut juga digelar di daerah lain, salah satunya berlokasi di Lapangan Wijirejo, Kecamatan Pandak, Bantul pada Jumat (13/10).
Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Nugroho Eko Setyanto mengatakan, kegiatan FKY di Pandak Bantul antara lain, bazar usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Reog Keprajuritan, Gejog Lesung, Tari Tradisional dan Dolanan Anak, Karawitan, dan diakhiri dengan penampilan kethoprak.
"Festival Kesenian Yogyakarta merupakan kegiatan rutin tahunan di DIY. Untuk di Pandak, ada beberapa kegiatan diantaranya bazar UMKM, juga kegiatan-kegiatan kesenian dan diakhiri dengan kethoprak," katanya.
Pihaknya berharap, agar perhelatan seni budaya tersebut dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan yang terlibat, dan masyarakat makin cinta terhadap budaya daerah.
"Tema "Kembul-Mumbul" dalam Festival Kesenian Yogyakarta dapat diartikan sebagai ketahanan pangan di DIY. Harapannya juga dapat memberikan manfaat bagi pegiat seni budaya, dan tentunya masyarakat supaya lebih mencintai budaya," katanya.